Seringkali cinta terjalin antara dua orang bukan karena alasan keindahan dan kebaikan, keuntungan, atau manfaat lainnya. Cinta yang lebih tinggi dapat terjalin karena adanya keselarasan jiwa antara keduanya.
Cinta akan benar-benar utuh ketikalima faktor di bawah ini menyatu dalam diri seseorang. Dan lima faktor di bawah ini hanya dapat menyatu secara sempurna dalam pangkuan Allah SWT. Caranya adalah dengan selalu melakukan pemurinuan jiwa, pensucian jiwa, yaitu tazkiyah an-nafs. Seperti disebutkan oleh Sabda Rasulullah saw., bahwa Pensucian Jiwa Adalah Separuh Iman. Tazkiyah an-nafs menekankan laku tawbah, shabr, zuhd, khauf (takut) dan raja’(selalu berharap) secara terus menerus.
Puncak penyucian jiwa itu sendiri sebenarnya adalah pengosongan jiwa dari segala sesuatu selain Allah. Sehingga dengan kondisi seperti itu, hati benar-benar siap menerima makrifat dan hubb Allah (kecintaan kepada Allah). Dengan pensucian itu maka diharapkan memunculkan kekuatan dan keluasan makrifat atas hati. Makrifat atas hati ini akan membuahkan Syawq (rindu), Uns (mesra) dan Ridha kepada Allah SWT.
Dan dengan demikian sehingga empat macam tafakku bisa berjalan.( yaitu tafakkur syariat, tafakkur thariqat,tafakkur hakikat dan Tafakkur makrifat bisa berjalan )
Menurut Al Ghazali, terdapat lima faktor dan tingkatan yang membuat cinta itu tumbuh dan bersemi, yaitu sebagai berikut:
1. Mencintai diri sendiri
2. Mencintai orang yang berbuat baik kepada dirinya
3. Mencintai wujud dari yang dicintai itu sendiri.yang ke tiga ini maksudnya ialah, Bukan lagi mencintai orang lain karena ingin memperoleh di balik wujud sesuatu. Inilah cinta yang hakiki dan paling tinggi kedudukannya di dunia. Seseorang mencintai keindahan demi keindahan itu sendiri. Ia mencintai keindahan demi nilai keindahan itu sendiri, karena mengenal keindahan merupakan kenikmatan. Dan kenikmatan itu dicintai karena wujud itu sendiri, bukan karena yang lain, bukan karena kepentingan yang lain.
Mencintai siapapun yang memang berbuat kebaikan, meskipun kebaikan itu tidak untuk kepentingan dan eksistensi dirinya, bahkan tidak berdampak kepada dirinya.
4. Cinta Keindahan dan Kebaikan Substantif
Mencintai keindahan dan kebaikan tidak hanya bersifat lahir, wujud, tetapi juga mencintai keindahan, kebaikan secara batin, substantif. Kebaikan, keindahan, dan setiap yang dicintai selalu memiliki citra lahir dan batin. Citra lahir teridentifikasi melalui mata lahir dan dapat terekstraksi pada panca indera lainnya. Citra batin teridentifikasi melalui mata batin dan terekstraksi pada pengalaman abadi non materi. Inilah yang sebenarnya disebut cinta yang melampaui cinta materi.
5. Mencintai Siapapun dan Apapun yang Memiliki Keselarasan Batin
Lebih Menarik Lagi: