Siapa itu BJ Habibie | Blog Legenda Tauhid

Siapa itu BJ Habibie


21.37 |

Nama Lengkap
Prof. DR (HC). Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie
Alias
Habibie | BJ Habibie
kategori
-
Agama
Islam
Tempat Lahir
Pare-Pare
Tanggal lahir
Kamis, 25 Juni 1936
Zodiac
Cancer
Hobby
Membaca
Warga Negara
Indonesia
Istri : Hasri Ainun Besari
BIOGRAFI
Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin
Jusuf Habibie atau dikenal sebagai BJ Habibie
(73 tahun) merupakan pria Pare-Pare (Sulawesi
Selatan) kelahiran 25 Juni 1936. Habibie menjadi
Presiden ke-3 Indonesia selama 1.4 tahun dan 2
bulan menjadi Wakil Presiden RI ke-7. Habibie
merupakan keturunan antara orang Jawa (ibunya)
dengan orang Makasar/Pare-Pare (ayahnya).
Dimasa kecil, Habibie telah menunjukkan
kecerdasan dan semangat tinggi pada ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya Fisika.
Selama enam bulan, ia kuliah di Teknik Mesin
Institut Teknologi Bandung (ITB), dan dilanjutkan
ke Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule –
Jerman pada 1955. Dengan dibiayai oleh ibunya,
R.A. Tuti Marini Puspowardoyo, Habibie muda
menghabiskan 10 tahun untuk menyelesaikan
studi S-1 hingga S-3 di Aachen-Jerman.
Pak Habibie melanjutkan program doktoral setelah
menikahi teman SMA-nya, Ibu Hasri Ainun Besari
pada tahun 1962. Bersama dengan istrinya
tinggal di Jerman, Habibie harus bekerja untuk
membiayai biaya kuliah sekaligus biaya rumah
tangganya. Habibie mendalami bidang Desain dan
Konstruksi Pesawat Terbang. Tahun 1965, Habibie
menyelesaikan studi S-3 nya dan mendapat gelar
Doktor Ingenieur (Doktor Teknik) dengan indeks
prestasi summa cum laude.
Selama menjadi mahasiswa tingkat doktoral, BJ
Habibie sudah mulai bekerja untuk menghidupi
keluarganya dan biaya studinya. Setelah lulus, BJ
Habibie bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm
atau MBB Hamburg (1965-1969 sebagai Kepala
Penelitian dan Pengembangan pada Analisis
Struktrur Pesawat Terbang, dan kemudian
menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi
pada industri pesawat terbang komersial dan
militer di MBB (1969-1973).
Atas kinerja dan kebriliannya, 4 tahun kemudian,
ia dipercaya sebagai Vice President sekaligus
Direktur Teknologi di MBB periode 1973-1978
serta menjadi Penasihast Senior bidang teknologi
untuk Dewan Direktur MBB (1978 ). Dialah
menjadi satu-satunya orang Asia yang berhasil
menduduki jabatan nomor dua di perusahaan
pesawat terbang Jerman ini.
Sebelum memasuki usia 40 tahun, karir Habibie
sudah sangat cemerlang, terutama dalam desain
dan konstruksi pesawat terbang. Habibie menjadi
“permata” di negeri Jerman dan iapun mendapat
“kedudukan terhormat”, baik secara materi
maupun intelektualitas oleh orang Jerman.
Selama bekerja di MBB Jerman, Habibie
menyumbang berbagai hasil penelitian dan
sejumlah teori untuk ilmu pengetahuan dan
teknologi dibidang Thermodinamika, Konstruksi
dan Aerodinamika. Beberapa rumusan teorinya
dikenal dalam dunia pesawat terbang seperti
“Habibie Factor“, “Habibie Theorem” dan “Habibie
Method“.
Pada tahun 1968, BJ Habibie telah mengundang
sejumlah insinyur untuk bekerja di industri
pesawat terbang Jerman. Sekitar 40 insinyur
Indonesia akhirnya dapat bekerja di MBB atas
rekomendasi Pak Habibie.
Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan skill dan
pengalaman (SDM) insinyur Indonesia untuk
suatu saat bisa kembali ke Indonesia dan
membuat produk industri dirgantara (dan
kemudian maritim dan darat). Dan ketika (Alm)
Presiden Soeharto mengirim Ibnu Sutowo ke
Jerman untuk menemui seraya membujuk Habibie
pulang ke Indonesia, BJ Habibie langsung
bersedia dan melepaskan jabatan, posisi dan
prestise tinggi di Jerman.
Hal ini dilakukan BJ Habibie demi memberi
sumbangsih ilmu dan teknologi pada bangsa ini.
Pada 1974 di usia 38 tahun, BJ Habibie pulang ke
tanah air. Iapun diangkat menjadi penasihat
pemerintah (langsung dibawah Presiden) di
bidang teknologi pesawat terbang dan teknologi
tinggi hingga tahun 1978. Meskipun demikian dari
tahun 1974-1978, Habibie masih sering pulang
pergi ke Jerman karena masih menjabat sebagai
Vice Presiden dan Direktur Teknologi di MBB.
Habibie mulai benar-benar fokus setelah ia
melepaskan jabatan tingginya di Perusahaan
Pesawat Jerman MBB pada 1978. Dan sejak itu,
dari tahun 1978 hingga 1997, ia diangkat menjadi
Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek)
sekaligus merangkap sebagai Ketua Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Disamping itu Habibie juga diangkat sebagai
Ketua Dewan Riset Nasional dan berbagai jabatan
lainnya.
Habibie mewarisi kondisi kacau balau pasca
pengunduran diri Soeharto akibat salah urus pada
masa orde baru, sehingga menimbulkan maraknya
kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh
wilayah Indonesia. Segera setelah memperoleh
kekuasaan Presiden Habibie segera membentuk
sebuah kabinet.
Salah satu tugas pentingnya adalah kembali
mendapatkan dukungan dari Dana Moneter
Internasional dan komunitas negara-negara donor
untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga
membebaskan para tahanan politik dan
mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat
dan kegiatan organisasi.
Pada era pemerintahannya yang singkat ia
berhasil memberikan landasan kokoh bagi
Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti
Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan
UU Partai Politik dan yang paling penting adalah
UU otonomi daerah.
Melalui penerapan UU otonomi daerah inilah
gejolak disintergrasi yang diwarisi sejak era Orde
Baru berhasil diredam dan akhirnya dituntaskan di
era presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tanpa
adanya UU otonomi daerah bisa dipastikan
Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni
Soviet dan Yugoslavia.
Setelah ia turun dari jabatannya sebagai presiden,
ia lebih banyak tinggal di Jerman daripada di
Indonesia. Tetapi ketika era kepresidenan Susilo
Bambang Yudhoyono, ia kembali aktif sebagai
penasehat presiden untuk mengawal proses
demokratisasi di Indonesia lewat organisasi yang
didirikannya Habibie Center.
Rasa cintanya yang besar pada mendiang
istrinya, Ainun dia tuangkan dalam bentuk buku.
Dia menulis buku yang berjudul Habibie & Ainun.
Buku ini di buat untuk alm. istrinya. Buku
tersebut berisikan mengenai kisah cinta sang
Profesor dengan istrinya.
Buku tersebut setebal 323 halaman itu,
menceritakan mulai dari awal pertemuan Habibie
dan Ainun, sampai akhinya Ainun
menghembuskan nafas terakhirnya karena
komplikasi penyakit pada 22 Mei 2010. Habibie
menghitung masa hidup bersama Ainun, sejak
menikah pada 12 Mei 1962, selama 48 tahun 10
hari
Oleh: Ratri Adityarani
PENDIDIKAN
S3: Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule
– Jerman
S2: Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule
– Jerman
S1: Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung
(ITB)
KARIR
Presiden RI ke-3
Wapres RI ke-7
Menteri Riset dan Teknologi ke-1
Vice President sekaligus Direktur Teknologi di
MBB
Kepala Penelitian dan Pengembangan pada
Analisis Struktrur Pesawat Terbang MBB
Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada
industri pesawat terbang komersial dan militer
di MBB
PENGHARGAAN
Edward Warner Award dan Award von Karman
Ganesha Praja Manggala Bhakti Kencana dari
Institut Teknologi Bandung


Lebih Menarik Lagi:


Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar