Menyeduh Waktu
seperti ranting disamping jendela
bertanggal daun-daun
menguning tiada bunga
terik mencumbu kemarau
kering berdahaga gemuruh dewi
hujan pun tiada
meringkuk di percumbuan awan-awan gulana barangkali asa tlah tersungkur di kelopak luka
berlarung harapan yang tertatih
diantara jerit dera lalu larut diantara seduhan waktu
berbunga yang aromanya tak lagi semerbak sempurna
api kemana engkau pergi?
rembulan enggan mewarnai malam penyaksi hingga berganti fajar pun terang tersembunyi ada bayang yang membelit hati
dan menjelma pada sunyi ranting
berayun diterpa sang angin senja
namun tiada beringsut dari tepian jendela “awan, aku disini saja menikmati semangkuk asa yang retak dimana-mana”
awan beranjak membuka celah matahari seakan mengeringkan luka pada kosongnya asa
“selalu ada cahaya,” katanya
Lebih Menarik Lagi: