Apa itu Hijab | Blog Legenda Tauhid

Apa itu Hijab


11.17 |

Syeikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary
“Sebenarnya, Allah Swt tertirai
darimu semata-mata karena sangat
Maha DekatNya padamu.”
Dalam syarahnya terhadap Al-Hikam,
Syeikh Zarruq menegaskan, bahwa
dekatnya Allah Swt itu tidak
dipahami sebagai dekatnya suatu
benda dengan benda lain, atau
dekatnya jarak, atau dekatnya
sesuatu yang dikaitkan dengan yang
lain. Karena dekat semacam itu
mustahil bagi Allah Swt.
Yang dimaksud dengan dekatNya
adalah kedekatan meliputiNya
melalui sifat Ilmu, Qudrat dan
IradatNya, selayaknya
keMahaBesaran dan
keMahaIndahanNya. Dan sudah
nyata bahwa Qudrat dan IradatNya
meliputi wujudnya hamba dan
IlmuNya meliputi seluruh waktu dan
gerak gerik hambaNya. Yang
menggerakkan aktivitas dan
mewujudkan makhluk adalah Dia,
karena itu Dialah yang Maha Dekat
kepada makhliuk dibanding adanya
makhluk itu sendiri.
Sedangkan hijab (tirai) bagi makhluk
muncul karena wujud makhluk atau
karena makhluk itu diwujudkan.
Ketika semakin kuat eksistensi wujud
makhluk dan semakin luas ekspresi
aktivitasnya, maka semakin kuat pula
hijab mereka, disebabkan kesibukan
mereka tersebut. Itulah realitas
manifestasi kedekatan yang meliputi.
Sedangkan kuatnya sifat Dekat
membuat makhluk terhijab dari
dekat dan yang mendekat. Dalam al-
Qur’an disebutkan, “Dan Kami lebih
dekat padanya dibanding kalian,
tetapi kalian tidak melihatnya.” (Al-
Waqi’ah 85)
Maka Syeikh Abul Abbas Al-Mursy
bermunajat: “Wahai Yang Maha
Dekat, Engkaulah Yang Dekat,
sedangkan akulah yang jauh.
Kedekatanmu padaku membuat aku
putus asa pada selain DiriMu,
sedangkan jauhku padaMu,
mengembalikan aku untuk terus
mencari anugerah dariMu. Maka
limpahkanlah anugerahMu padaku
sehingga hasratku terhapus oleh
kehendakMu, Wahai Yang Maha Kuat
nan Maha Mulia.”
Ibnu Athaillah as-Sakandary
melanjutkan:
“Allah Swt tertutup karena
dahsyatnya kejelasanNya, dan Dia
tersembunyi dari pandangan mata
karena agungnya cahayaNya.”
Kejelasan Allah Swt tampak dalam
tindakanNya, itulah yang membuat
para makhluk tertutup melihatNya
langsung. Kejelasan itu disebabkan
pancaran Nur SifatNya yang tampak
pada seluruh semesta makhluk, yang
dinunia ini hanya bisa dilihat secara
maknawi (spiritual). Kadar ruhani
maknawi seseorang sangat erat
kaitannya dengan aktivasi
penglihatannya di akhirat kelak,
menurut Sunnatullah Swt. Sangat
kuatnya wujud kejelasanNya,
membuat terhalangnya untuk
memandangNya.
Sebagaimana mata kelelawar ketika
tersorot oleh cahaya matahari,
semakin dekat cahaya itu semakin
buta matanya – “Dan bagi Allah
adalah contoh yang luhur“ –
Inilah para Sufi menegaskan, “Orang
yang memandang – dalam bertauhid
– seperti orang yang memandang
matahari, ketika pandangannya
semakin bertambah kuat ia semakin
buta.”
Maka Sayyidina Abu Bakr ash-
Shiddiq ra, mengatakan, “Maha Suci
Dzat yang tidak menjadikan jalan
bagi makhluk untuk mengenalNya,
kecuali jalan itu adalah
ketakberdayaan untuk
mengenalNya.”


Lebih Menarik Lagi:


Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar