Al Hallaj dan Syeh Siti Jenar adalah
dua orang sufi yang terkenal
dengan ucapan "ana al-Haq"-nya. Al
Hallaj kemudian dijatuhi hukuman
mati oleh kerajaan waktu itu,
sedangkan Syeh Siti Jenar
mematikan dirinya dengan
sukarela. Hal ini despite pengakuan
semua sufi yang sejaman dengan
keduanya (misal Juneid al
Baghdadi, dan wali sanga) bahwa
tauhid Al Hallaj maupun Siti Jenar
adalah benar belaka (misalnya, di
buku-buku tentang Syeh Siti Jenar
banyak dikutip dialog Sunan Geseng
dengan Syeh Siti Jenar yang
tercatat di Babad Tanah Jawa, yang
menyepakati mengenai wahdah al-
wujud). Tapi begitulah, Al Hallaj
dihukum mati, literally as
confirmed by ahli-ahli sejarah,
sedangkan Syeh Siti Jenar wallahu
a'lam. (bisa jadi beliau "dihukum
mati" not literally).
Al Haq adalah salah satu sifat Allah,
salah satu dari asma al Husna. Tapi,
klaim "ana al-Haq" dari Al Hallaj
tidaklah sama dengan klaim "saya
adalah Allah". Para alim yang
sejaman dengan Al Hallaj mengakui
kemurnian tauhid beliau. Jadi, Al
Hallaj dan Syeh Siti Jenar paham
betul bahwa Allah itu immaterial,
tak terikat ruang-waktu, dan laisa
kamitslihi syai' (QS Asy-Syura).
Semua muslimin mafhum belaka
bahwa manusia diciptakan Allah
untuk menjalankan tugas menjadi
khalifah Allah di muka bumi.
Khalifatullah berarti representasi
Allah, representasi al-Haq. Maka,
bagi para manusia sempurna, yang
telah berhasil me-nihil-kan hawa
nafsu jahal, mencapai tingkat ikhlas
tertinggi dan memaksimalkan akal,
akan terpantullah cahaya Allah dari
mereka, berupa sifat-sifat
kebaikan, kebenaran dan keadilan
sebagai wujud berjalannya fungsi
khalifatullah itu. Bagi mereka, "ana
al-Haq" adalah ucapan yang valid
belaka, seperti validnya ucapan
"saya adalah utusan Allah" dari
seorang Isa AS dan Muhammad
SAW.
Lebih Menarik Lagi: