Tauhid al - Wujud | Blog Legenda Tauhid

Tauhid al - Wujud


06.20 |

Konsep ultimate dari tauhid, yaitu
tauhid al-wujud. Konsep ini
sedemikian tingginya sehingga para
nabi AhS sebelum Muhammad SAW
tidak mengajarkannya kepada umat
mereka (kecuali kepada beberapa
orang dekat tertentu saja,
tentunya).

 Kenapa? Karena budaya
dan tingkat pikir umat awal zaman,
in general, belumlah sampai untuk
bisa memahami tauhid al-wujud.
Para nabi AhS sebelum Muhammad
 
SAW itu "hanya" mengajarkan
tauhid al-ilah (uluhiyah), tauhid al-
rabb (rububiyah), dan tauhid al-
mulk (mulkiyah). Jika tauhid al-
wujud dipaksakan untuk diajarkan
kepada public waktu itu, kiranya
justru akan berakibat tidak baik,
wallahu a'lam. Isa AS, misalnya,
pernah mengatakan "There is still
much that I could say to you, but
the burden would be too great for
you now. However, when he comes
who is the spirit of truth (RUH AL-
 
HAQ, maksudnya adalah
Muhammad SAW), he will guide you
into ALL the truth; for he will not
speak on his own authority, but
will tell only what he hears [from
God] (persis seperti QS an-Najm:
wamaa yanthiqu 'anil hawa, inhuwa
illa wahyun yuha); and he will
make known to you the things that
are coming" (John 16: 12 and 13).
 
Ayat Kursi mengandungi makna
tauhid hingga level tertinggi, tauhid
al-wujud. Itulah sebabnya ayat ini
adalah ayat paling agung yang Allah
turunkan kepada Muhammad SAW
dan HANYA kepada Muhammad
 
SAW saja, untuk diajarkan kepada
umatnya dan HANYA umatnya saja.
Wujud adalah eksistensi. Dia bisa
material seperti kerikil, pohon,
kucing, suara, aliran listrik, tanah,
manusia (basyar), api, jin, cahaya,
 
malaikat, dll., dan bisa pula
immaterial seperti kenangan,
pandangan/opini/view, ilmu, dan
ruh.

 Nah, para ulama membagi
jenis wujud ini menjadi 3: (1)
Mumkin al-wujud, (2) Wajib al-
wujud, dan (3) Mumtani’ al-wujud.
Semua ciptaan Allah dikategorikan
mumkin al-wujud, yaitu eksistensi
relatif. Maksudnya, eksistensinya
 
HANYA MUNGKIN terjadi KARENA
adanya eksistensi lainnya. Kita
semua sudah mafhum bahwa si
Kitty kucing tetangga sebelah itu,
 
misalnya, nggak mungkin bisa
mewujud dengan sendirinya tanpa
adanya rangkaian sebab-akibat
 
yang mendahuluinya.
Demikianlah, boleh kita ambil satu
 
mahluk, anything, boleh yang
sederhana seperti sebiji kerikil
 
ataupun sebutir kurma, sampai
yang kompleks seperti seorang
bang Perdinan atau cak Joni, lalu
kita analisis rangkaian sebab-akibat
 
yang membawanya maujud di dunia
ini. At the end of the day, kita akan
sadar akan dua hal. Satu, rangkaian
sebab-akibat itu HARUS berhenti
 
pada THE ONE AND ONLY FIRST
THING. Rangkaian yang tak
terhingga jumlah rantainya dan
 
kompleks keterhubungannya
adalah sangat mungkin, mengingat
keterbatasan pikiran kita dalam
mengenali dan menghitung, BUT,
rangkaian yang unlimited adalah
tidak mungkin, sebab ini menjadi
never ending. Padahal kita tahu
bahwa eksistensi alam semesta ini
tentu ada awalnya, sebab kita lihat
terjadinya proses dari komponen-
komponen alam ini, seperti proses
 
tumbuh berkembang kemudian
layunya pohon-pohonan, maupun
tumbuh kembang matinya hewan
dan manusia. Nah, jika komponen-
komponennya berproses, tentu
alam sebagai suatu sistem, as a
whole, pun berproses, artinya ada
awal alam semesta dan ada
 
akhirnya pula.
Kesadaran kedua, keberlanjutan
eksistensi kerikil, atau kurma, atau
 
seorang manusia itu tentu
membutuhkan pula penopang,
yaitu wujud-wujud lainnya yang
melalui rangkaian sebab-akibat
tertentu membuat kerikil, atau
kurma, atau bang Perdinan, atau
cak Joni tetap eksis. Bang Perdinan
dan cak Joni, misalnya, tentu perlu
makan tiga kali sehari dan sesekali
 
diundang gus Dir atau mas Seno
ratiban dan makan bersama, dan
sebulan sekali menghadiri
khataman untuk makan siang
bersama, untuk mempertahankan
 
eksitensinya, bukan?
Semua ini menunjukkan bahwa
creatures itu tidaklah al-hayyu al-
 
qayyum. Semua ciptaan
membutuhkan keberadaan Sang
Wajib al-Wujud, Sang Eksistensi
Absolut, Sang Wujud Independent.
"Allahu laa ilaha illa huwa Al-Hayyu
Al-Qayyum", demikian kata
 
pembukaan ayat Kursi.
Maka, Allah itu eksistensinya
adalah langgeng, tiada awal tiada
akhir, dan TIDAK tergantung kepada
wujud-wujud lainnya, dan TIDAK
dikarenakan suatu rangkaian sebab-
akibat apapun. Konsekuensinya,
Allah itu menjadi tempat
bergantung dan sumber wujud dari
wujud-wujud lainnya. Demikian
secara singkat, hubungan antara
mumkin al-wujud dan wajib al-
wujud.
 
Jenis wujud ketiga adalah mumtani
al-wujud, yaitu wujud yang nggak
mungkin ada. Contohnya adalah
adanya Wajib al-wujud SELAIN
Allah. Tidak mungkin ada 2 atau
lebih wajib al-wujud. Logika salah
mengenai adanya wujud
independent lain selain Allah ini,
bukan tidak mungkin dianut oleh
sebagian orang, sebab boss-nya
penganut paham ini tak lain tak
bukan adalah Iblis sendiri, dan dia
rajin meniup-niupkannya kepada
manusia dan jin.
 
Ada suatu pertanyaan yang cukup
populer dari penganut paham ini:
"Kalau benar Tuhan itu Maha
Perkasa dan Maha Pencipta,
bisakah Dia menciptakan Sesuatu
yang Sama Perkasanya dengan
Dia?" Apapun jawaban dari
pertanyaan ini (ya ataupun tidak),
akan menafikan The One and Only
Wajib al-wujudnya Allah.
                   


Lebih Menarik Lagi:


Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar