Dunia ini dan segala isinya bersifat
fana, artinya akan musnah atau
hancur pada saat nanti. Sehebat
apapun manusia untuk
mempertahankan dirinya dengan
menjaga kesehatan agar ia bisa
hidup lama di dunia ini, pasti maut
juga akan datang menjemputnya.
Begitu pula halnya sebesar apapun
dirinya untuk menjaga tubuhnya
agar tetap awet muda, baik dengan
kosmetik, operasi plastik dll, tentu
dia tidak bisa menghindar dari
bertambahnya umur. Semakin lama
ia hidup di dunia atau semakin
bertambah umurnya di dunia pada
hakikatnya semakin dekat ia kepada
kematian. Akan tetapi banyak yang
tidak sadar, dengan seiringnya waktu
dan umurnya pun semakin
bertambah malah membuat ia lupa
bahwa kematian sedang
menghampirinya tanpa ia ketahui.
Karena itu tanda orang yang lalai
dari kematian adalah semakin
bertambah umurnya semakin ia tidak
merenungi akan dirinya bahwa suatu
saat entah besok atau lusa, minggu
depan atau bulan depan ia akan
mati. Seiring dengan itu di hari
kelahirannya atau yang biasa di
sebut dengan ulang tahun dengan
bangganya ia bawa dirinya poya–
poya, hura–hura, bersuka ria dengan
gembiranya. Ada yang
melaksanakannya dirumah, di hotel–
hotel, di gedung, restoran, kafe,
bahkan ada yang merayakannya ke
tempat–tempat hiburan malam
seperti diskotik, karaoke & pub dsb.
Akan tetapi lain halnya mereka yang
mengerti akan hakikat kehidupan,
bahwa tidak lah ia hidup di dunia
ini melainkan hanya sementara
semakin bertambah umurnya
semakin dekat ia akan kematian
maka mereka tidak akan
membanggakan dirinya dengan
perayaan–perayaan yang melampaui
batas. Justru ia bawa dirinya kepada
hal–hal yang mendekatkan dirinya
kepada Tuhannya. Kalau pun juga ia
mengadakan suatu perayaan
hanyalah sebatas rasa syukur ia
kepada Tuhannya dengan
dianugrahkan Nya rahmat dan
nikmat atas dirinya.
Hidup di dunia tidak lain seperti
seorang pengembara yang pergi ke
suatu tujuan lalu berhenti sebentar
di bawah pohon untuk beristirahat.
Tentu ia tidak selamanya berhenti,
pasti ia akan meneruskan
perjalanannya untuk mencapai
tujuan yang di inginkannya.
Begitulah halnya hidup di dunia,
hanya sebatas tempat peristirahatan
ruh untuk memulihkan daya
ingatnya kepada Tuhannya. Dan ia
jaga dirinya di dalam peristirahatan
itu agar ia tidak tertidur atau
terlena, karena kalau sampai ia
tertidur maka ia akan hanyut di
dalam bayangan–bayangan (mimpi)
yang semakin membuatnya terlupa
kepada tujuan nya yang sebenarnya.
Bayangan–bayangan (mimpi) itu
adalah segala keadaan yang ada di
dalam kehidupan dunia ini, yang
dinyatakan Allah dalam firman Nya
sebagai permainan dan senda gurau.
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya
kehidupan dunia ini hanyalah
permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan
bermegah-megah antara kamu
serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak, seperti
hujan yang tanam-tanamannya
mengagumkan para petani;
kemudian tanaman itu menjadi
kering dan kamu lihat warnanya
kuning kemudian menjadi hancur.
Dan di akhirat (nanti) ada azab
yang keras dan ampunan dari Allah
serta keridhaan-Nya. Dan
kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang
menipu”. (QS, Al – Hadiid : 20)
Di ayat yang lain Allah pun
menegaskan :
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini
melainkan senda gurau dan main-
main. Dan sesungguhnya akhirat
itulah yang sebenarnya kehidupan,
kalau mereka mengetahui”. (QS, Al
– ‘Ankabuut : 64)
Karena itu sudah sepantasnyalah
kita bangun kan diri kita dari
kelalaian yang mungkin selama ini
kita terlena di dalam kehidupan
dunia sehingga membuat kita lupa
kepada tujuan hidup yang
sebenarnya yaitu Allah SWT.
Orang yang hatinya hidup atau
terbuka adalah mereka yang apabila
di ingatkan tentang kebenaran,
mereka mau mendengarkan dan mau
merenungkannya serta bangun dari
kelalaiannya selama ini.
Lebih Menarik Lagi: