Agus Sunyoto: Pemitosan Wali
Songo itu Ulah Belanda.
Usai menamatkan buku Ensiklopedia
Islam, hati Agus Sunyoto tiba-tiba
tersentak. Dalam buku yang
diterbitkan oleh Ikhtiar Baru Van
Houve tersebut, ia sama sekali tak
menemukan satu pun kata yang
menyebut Wali Songo. Ingatannya
kemudian melayang kepada sebuah
buku lain berjudul Walisanga Tak
Pernah Ada? karya Sjamsudduha,
yang pernah dibacanya beberapa
waktu sebelumnya.
“Saya pikir adalah ahistoris, kalau
ndak mau saya bilang naïf, saat kita
membahas perkembangan Islam di
Indonesia, sama sekali tidak
menyebut nama Wali Songo”, ujar
sejarawan kelahiran Surabaya, 54
tahun yang lalu itu.
Istilah Wali Songo memang kadung
dimengerti oleh sebgaian besar
masyarakat Islam Indonesia hanya
sebagai mitologi. Itu setidaknya
tercermin dari cerita-cerita yang
berserakan di kalangan masyarakat
yang hanya mengidentikan Wali
Songo dengan soal-soal karomah,
keajaiban dan realita supranatural
yang kadang tidak terjangkau otak
manusia modern. Yang terjadi
adalah sejarah Wali Songo jika tidak
dipuja-puja berlebihan malah
dijadikan bahan ejekan oleh
sebagian orang untuk merujuk
sebuah kepercayaan agama yang
berbau tahayul dan tidak rasional.
Agus tentu saja prihatin dengan
kondisi seperti itu. Dengan
mengandalkan dana yang tidak besar
dan didapat dari sumbangan
sanasini, ia lantas memutuskan
untuk membuat sebuah penelitian
sejarah ilmiah terkait dengan Wali
Songo. Beberap tahun kemudian
jadilah penelitiannya tersebut
menghasilkan sebuah buku yang
diberi judul Atlas Wali Songo
terbitan Pustaka Iman (Mizan Group)
pada 2012.
Benarkah Wali Songo hanya mitos
belaka? Bagaimana sesungguhnya
kisah sejarah 9 lelaki yang selama
ini disebut-sebut sebagai para pionir
Islamisasi di tanah Jawa dan
Nusantara itu? Beberapa waktu lalu,
Islam Indonesia berkesempatan
berbincang-bincang dengan Agus
Sunyoto. Berikut petikannya:
Mas Agus, saya mendengar
penulisan buku ini, berawal dari
“kekesalan” anda saat mengetahui
sebagian masyarakat Islam tidak
mengakui eksistensi Wali Songo
dalam sejarah Islam di Indonesia,
benarkah itu?
Kesal sih ndak. Saya cuma ingin
meluruskan bahwa kenyataan sejarah
justru membuktikan bahwa setelah
800 tahun penyebaran Islam di
Nusantara mengalami kemandekan
dan tidak bisa diterima secara luas.
Justru di era Wali Songo-lah
Islamisasi bisa berjalan secara
massif. Ini kan realitas sejarah yang
membuktikan bahwa Islamisasi itu
adalah hasil jerih payah Wali Songo.
Memang menurut kepercayaan anda,
Islam kapan sih datang ke
Indonesia?
Sudah sejak tahun 674 Masehi,
Islam sudah menginjakkan kaki di
Jawa. Itu didasarkan pada berita
yang disampaikan orang-orang Cina
di era Dinasti Tang yang menyebut
tentang kehadiran orang-orang Tazhi
(Arab) di Kerajaan Kalinga yang
dipimpin oleh Ratu Shima. Orang-
orang Tazhi yang mayoritas adalah
para pebisnis itu sangat kagum
dengan kondisi Kalinga yang
walaupun belum mengenal Islam,
tapi situasinya aman sejahtera.
Mereka lantas menyebarkan Islam?
Ya, tapi bisa disebut kurang
berhasil. Mengapa? Bisa jadi itu
terkait dengan cara penyampaian
mereka yang kurang
memperhitungkan kondisi sosial
budaya setempat, sehingga orang-
orang Jawa kurang tertarik kepada
Islam. Situasi tersebut berlangsung
sampai 800 tahun lamanya.
Kemunculan Wali Songo memecah
kebuntuan tersebut?
Ya betul sekali. Karena Wali Songo
sangat paham dengan kultur sosial
yang berlaku di kalangan masyarakat
Jawa menjadikan dakwah Islam yang
mereka sampaikan diterima secara
baik. Mereka masuk bisa lewat
wayang, kidung-kidung lokal yang
dimodifikasi dengan subtansi Islam,
ya banyaklah hal yang membuktikan
bahwa dakwah yang mereka lakukan
sangat fleksibel sehingga tanpa
harus kehilangan subtansinya, orang
merasa tertarik dengan Islam.
Jika betul Wali Songo adalah fakta
sejarah, lalu mengapa muncul
pendapat yang menyebut
keberadaan mereka hanya mitos
belaka?
Awalnya itu karena politik Belanda.
Pasca Perang Diponegoro (1825-1830)
, Belanda sangat phobi kepada hal-
hal yang berbau Islam dan tarekat.
Karena itu, dimunculkanlah bahwa
seolah-olah Islam adalah kekuatan
yang tak jelas asal usulnya dengan
menciptakan berbagai cerita-cerita
mitos.. Jadi ya pemitosan Wali Songo
itu ulah Belanda
Apa usaha nyata dari Belanda untuk
membuat Wali Songo terahistorisasi
di Nusantara?
Ada sebuah kitab yang bernama
Babad Kediri. Ini kitab dibuat tahun
1832, dua tahun setelah Perang
Diponegoro berakhir. Ceritanya,
seorang jaksa pribumi bernama
Porbowijoyo mendapat proyek dari
Residen Kediri yang Belanda totok
untuk membuat sebuah cerita yang
mengecilkan peran Wali Songo.
Lantas sang jaksa membayar seorang
dalang yang entah bagaimana ia lalu
kesurupan. Dalam situasi
“kesurupan” itulah, si dalang
meracau. Isinya bercerita tentang
sejarah Kediri dan pendeskreditan
Sunan Bonang, Sunan Giri dan
sunan-sunan lainnya. Isi racauan
inilah yang kemudian dicatat oleh
sang jaksa dan dijadikan kitab
berjudul Babad Kediri.
Saya heran, mengapa justru cerita
versi orang kesurupan ini, bisa lolos
dalam sejarah kita?
Ya para sejarawan kita kan umumnya
didikan Belanda. Yang kata Belanda
benar, ya benar juga kata mereka.
Termasuk racauan orang kesurupan
kalau datangnya dari Leiden ya itu
jadi sejarah.
Beralih kepada konflik Syeikh Siti
Jenar vs Wali Songo, itu benar-benar
terjadi?
Sebetulnya sih yang berkonflik itu
bukan Syeikh Siti Jenar lawan Wali
Songo, tapi Siti Jenar vs Sultan
Trenggono, anaknya Raden Patah
yang pendiri Kesultanan Demak itu.
Ceritanya, Siti Jenar yang
didikanBaghdad(di Baghdad
hubungan penguasa dan rakyat
sangat egaliter) itu merasa jengah
melihat orang-orang Jawa begitu
feodalnya hingga memperlakukan
para penguasanya layaknya Tuhan.
Sebagai contoh, kalau menghadap
raja, rakyat harus sujud. Lalu kata
“ing sun” yang artinya aku hanya
berhak diucapkan oleh raja, rakyat
hanya boleh memakai kata “kawulo”
yang artinya budak. Nah Syeikh Siti
Jenar merasa prilaku itu “mengotori”
ketauhidan seorang muslim. Ia
lantas mbalelo(berontak). Caranya,
dengan secara sengaja
mempraktekan kata “ing sun” untuk
dirinya dan para pengikutnya serta
menolak mentah-mentah untuk
bersujud kepada raja. Dalam
perspektif politik Sultan Trenggono
ini jelas subversiv dong. Maka
dikejar-kejarlah dia sebagai musuh
negara dan agama.
Katanya Syeikh Siti Jenar tertangkap
lantas dipancung?
Ah enggak benar itu. Pemancungan
itu cuma mitos saja. Yang benar
adalah Syeikh Siti Jenar lantas
disembunyikan oleh Sunan Gunung
Jati, hingga ia wafat biasa di
Cirebon. Lha dia kan orang Cirebon.
Terakhir nih Mas, orang kita
biasanya kalau menganalisa sejarah
menggunakan konsep mitos-logos
yang dipakai oleh para bule untuk
menganalisa sejarah mereka, dalam
kasus Wali Songo ini menurut saya
tentunya tidak tepat menggunakan
konsep itu sebagai pisau analisa.
Bagaimana menurut Mas Agus?
Mitos logos itu kan produk
modernisme. Sangat tidak relevan
jika itu dipakai sebagai pisau untuk
menganalisa sejarah kita yang
pemahamannya sering berbeda
dengan Barat. Jika dipaksakan kita
akan menjadi orang-orang yang
disebut Derrida (maksudnya Jacques
Derrida, filsuf post modernisme asal
Prancis) sebagai korban
logosentrisme.
Sumber:Islam Indonesia
Lebih Menarik Lagi: