JASMERAH | Blog Legenda Tauhid

JASMERAH


23.29 |

Agus Salim Cendikiawan Muslim
Tokoh Diplomasi Dalam Usaha
Mencapai Kemerdekaan Indonesia.

Cendikiawan dan pemimpin Islam
yang berpengaruh. Lahir di Kota
Gadang (Sumatera Barat), 8 Oktober1884.

Ia seorang poliglotyang
menguasai bahasa Belanda, Inggris,
Jerman, Perancis, Arab, Jepang, dan
Turki.
Dianugerahi gelar Pahlawan
Kemerdekaan Nasional oleh Presiden
RI Sesudah tamat HBS (Hoogere
Burger Schoof) memutuskan untuk
melanjutkan perjalanan sendiri
secara otodidak.

Bekerja pada Konsulat Belanda di
Jeddah (1906-1911), sambil
memperdalam pengetahuannya
tentang Islam dan seluk beluk
diplomasi internasional.
Duduk sebagai anggota pimpinan
Sarekat Islam; juga anggota
Volksraad. Karena terdapat
pertentangan faham dalam pimpinan
PSII, membuat Barisan Penyadar PSII
(November 1936) yang kemudian
menjelma menjadi Partai Penyadar
yang dipimpin oleh H.

Agus Salim-Sangaji. Aktif dalam Pan
Islam, karena cita-citanya ingin
mempersatukan umat Islam seluruh
dunia. 1931, ikut serta sebagai
penasihat teknis delegasi Verbond
van Vakvereenigingen (NVV) dalam
Konferensi Perburuhan Intemasional
di Jenewa.

Sejak Proklamasi 17 Agustus 1945,
Haji Agus Salim ikut aktif khususnya
dalam bidang diplomasi. Juni 1946 -
Juli 1947, menjabat sebagai Menteri
Muda Luar Negeri; (Juli 1947-
Desember 1949), sebagai Menteri
Luar Negeri; memimpin delegasi RI
ke Inter-Asian Relation Conference di
New Delhi (India, 1947), dan wakil RI
di UNO.

Mengunjungi negara-negara Arab,
untuk mendapatkan pengakuan
dengan cara menyebarkan cita-cita
revolusi Indonesia, sehingga Mesir
mengakui RI (10 Juni 1947).
Agus Salim, M. Natsir dan lain-lain
berkeliling dari Negara-ke Negara
untuk mendapatkan dukungan dan
pengakuan dunia.
Saat Delegasi resmi RI yang
dipimpin oleh Agus Salim yang pada
waktu itu menjabat sebagai Wakil
Menteri Luar Negeri mengunjungi
Mesir untuk mendapatkan
pengakuan dunia sejak proklamasi
Kemerdekaan.

Kunjungan ini menghasilkan
perjanjian persahabatan RI dan
Mesir (Juni, 1947). Tanggal 10 Juni
1947, Agus Salim berhasil
mendapatkan dukungan Mesir untuk
menjalin kekerabatan intim dengan
Indonesia.

Dukungan ini cukup heroik dan
penuh perjuangan. Pemerintah Mesir
mengirim langsung konsul
Jenderalnya di Bombay yang
bernama Mohammad Abdul Mun’im
ke Ibu Kota Negara, Yogyakarta,
dengan menembus blokade Belanda
untuk menyampaikan dokumen resmi
pengakuan Mesir kepada Negara
Republik Indonesia. Syukur
perjalanan Mohammad Abdul
Mun’im ke Yogyakarta yang penuh
resiko ini berhasil sampai tujuan.
Surat Resmi dari Pemerintah Mesir
sampai ke tangan Presiden
Soekarno.

Tidak hanya pemerintahannya saja,
Rakyat Mesir pun bersimpati dengan
perjuangan RI. Simpati ini berupa
sebuah resolusi dari hasil rapat
umum partai-partai politik dan
organisasi massa pada 30 Juli 1947
Mesir. Dalam rapat tersebut juga
dihadiri oleh Presiden Tunisia, Habib
Burguiba, Kepala Negara Maroko,
Allal A Fassi. Isi hasil rapat umum
rakyat Mesir tersebut yaitu: (1).
Pemboikotan barang-barang buatan
Belanda di seluruh negara-negara
Arab; (2). Pemutusan hub diplomatik
antara negara-negara Arab dan
Belanda. (3). Penutupan pelabuhan-
pelabuhan dan lapangan-lapangan
terbang di wilayah Arab terhadap
kapal-kapal dan pesawat-pesawat
Belanda (secara konkret poin ini
dilaksanakan di Terusan Suez); (3).
Pembentukan tim-tim kesehatan
untuk menolong korban-korban
agresi Belanda. Rakyat Mesir juga
mengirimkan misi Bulan Sabit Merah
ke Indonesia lengkap dengan obat,
alat kesehatan dan tim dokter.
Tanggal 19 Desember 1948, sewaktu
Yogyakarta diserbu oleh Belanda, ia
ikut ditangkap bersama dengan
Presiden Soekarno dan lain-lain, dan
diasingkan ke Berastagi, kemudian
Prapat dan Bangka. Setelah
pengakuan kedaulatan (akhir 1949),
ia aktif dalam bidang pendidikan,
walaupun masih juga menjalankan
tugas sebagai penasihat Pemerintah
RI.

Pada tahun 1953, memberikan kuliah
pada Cornell University, AS, tentang
agama Islam dan pergerakan
nasional di Indonesia; 1954,
menerima jabatan guru besar
Perguruan Tinggi Agama Islam
Negeri di Yogya, tapi wafat sebelum
mulai memberikan kuliah
perdananya.
Agus Salim wafat di Jakarta, 4
November 1954 dimakamkan di TMP
Kalibata. Untuk mengabadikan
namanya, jalan dimana ia tinggal di
Jakarta, diberi nama Jl. H. Agus
Salim yang terletak di kawasan
Menteng, Jakarta Selatan.

Sumber : www.jakarta.go.id


Lebih Menarik Lagi:


Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar