Ridha
Seluruh Ulama telah ittifaq ( sepakat ) bahwa ridha itu sunat mu'akad ( mendekati wajib ).
Ada tiga pendapat tentang Ridha :
1. Ulama Khurasan, Ridha itu suatu kedudukan yang mulia yaitu puncak dari tawakkal. Berarti hamba meraih ridha ini dengan usaha.
1. Ulama Khurasan, Ridha itu suatu kedudukan yang mulia yaitu puncak dari tawakkal. Berarti hamba meraih ridha ini dengan usaha.
2. Ulama Irak, ridha itu keadaan jadi tidak bisa di upayakan oleh hamba. Berarti ridha turun di dalam hati hamba, Karena kedudukan dengan keadaan itu beda. kalau kedudukan di dapat karena usaha, sedangkan keadaan semata karena pemberian dan anugrah.
3. Dua pendapat ini dapat di satukan, bahwa permulaan ridha bisa di usahakan hamba, yang berarti termasuk kedudukan, sedangkan kesudahan ridha adalah keadaan dan tidak bisa di upayakan hamba. Maknanya Permulaan ridha itu kedudukan dan kesudahan ridha ialah keadaan.
Firqah awal atas dalil : HR.Muslim dan Imam Tirmidzi, yang artinya, Yang merasakan manisnya iman ialah orang yang ridha kepada Allah sebagai Rabb, Kepada Islam sebagai agama damw kepada Muhammad sebagai rasul.
Sabda Nabi saw lagi, Hadist mutafaqun alahi. Yang artinya : Siapa yang menggucapkan saat mendengar adzan, Aku ridha kepada Allah sebagai rabb, kepada islam sebagai agama dan kepada muhammad sebagai rasul, maka di ampuni dosanya.
Lebih Menarik Lagi: