Dzikir berasal dari kata dzakara, artinya ingat.
Dzikrullah yaitu ingat kepada Allah SWT yang
dilakukan dengan menyebut atau mengingat,
mengenang, merasakan, menghayati. Biasanya
dilakukan setelah melaksanakan shalat. Dasarnya
adalah sbb: Maka apabila kamu selesai
mengerjakan shalat maka berdzikirlah kamu
kepada Allah di waktu berdiri, duduk dan di waktu
berbaring. (QS. An Nisaa’ : 103)
Dzikir yang bersifat khusus ini banyak macamnya,
diantaranya: Tasbih (Subhanallâh), Tahmid
(Alhamdulillâh), Tahlil (Lâ Ilâha Illallâh), Takbir
(Allâhu akbar), Tilawatil Qur’an, dan sebagainya.
Dzikir secara sederhana bisa dikategorikan
menjadi dua yaitu dzikir Jahri (nyata) dan Dzikir
Sirri (rahasia) Dan rahasiakanlah (sirri)
perkataanmu atau nyatakanlah (jahri);
sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang
bergejolak di dalam dada. (Al Mulk : 13)
Dzikir Jahri atau Dzikir Jahar adalah dzikir yang
diucapkan. Dzikir yang dilaksanakan setelah
mengerjakan shalat, untuk memohon perlindungan
Allah. Sedangkan bacaan dzikir yang kita ucapkan
terbatas pada ruang dan waktu, artinya terbatas
pada tempat tertentu saja karena apabila sudah
di dalam wc bacaan dzikir tidak mungkin
diucapkan, dan terbatas pada waktu artinya
hanya dalam jumlah bilangan tertentu saja,
karena tidak mungkin kita ucapkan bacaan dzikir
tersebut terus menerus selama 24 jam penuh.
Dzikir yang diucapkan setelah shalat fardhu
dengan suara dan gema kuat dimaksudkan
menghasilkan nur dzikir di dalam rongga bathin
sehingga hati hidup dengan nur Ilahi. Sebab hati
itu keras seperti batu bisa dipecahkan dengan
kekuatan yang besar pula.
Dzikir Sirri atau dzikir khafi adalah dzikir yang
tersembunyi karena ia diingatkan di dalam hati,
tidak menggunakan mulut, melainkan dzawq
(perasaan) dan syu`ûr (kesadaran) yang ada di
dalam qalbu. Karenanya dzikir ini menjadi
tersamar (khafiy) dan hanya pelaku serta Allah
SWT saja yang dapat mengetahuinya.
Dengan Dzikir Sirri kita berusaha menghadirkan
Allah di dalam hati terus menerus, 24 jam penuh,
tanpa terbatas ruang dan waktu. Dan sebutlah
(nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan
merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan
tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan
petang, dan janganlah kamu termasuk orang-
orang yang lalai. (Al A’raaf : 205)
Dalam Dzikir Sirri orang mengingat Allah,
merasakan kehadiran Allah, menyadari
keberadaan Allah. Di dalam qalbunya tumbuh
rasa cinta, rasa rindu kepada Allah, rasa dekat,
bersahabat, seakan melihat Allah. Ihsan akan
muncul ketika dalam ibadah kita merasa melihat
Allah, atau setidaknya merasa sedang dilihat oleh
Allah SWT. Inilah dzikir yang hakiki, sebab
hubungan manusia dengan Allah SWT tidak terjadi
dengan tubuh jasmaninya melainkan dengan
qalbunya.
…Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
berhubungan dengan manusia melalui qalbunya…
(Al Anfaal : 24)
Maka dengan berdzikir mulut dilanjut dengan
dzikir qalbu maka akan muncul rasa rindu dan
dekat kepada Allah sekaligus manfaat lain yaitu
sel-sel kelenjar hormon bisa aktif yang akan
menimbulkan kehangatan dan daya tahan tubuh
terhadap berbagai penyakit.
Senantiasalah kita berdzikir sebanyak-banyaknya
dan dilakukan secara terus menerus, jikalau lupa,
ingat kembali, lupa, lalu ingatkan lagi, dan
seterusnya. “Hai orang-orang yang beriman,
berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir
yang sebanyak-banyaknya. (Al Ahzab : 41) ” …
Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa…”
(Al Kahfi : 24)
Dzikir Sirri atau dzikir Khofi atau dzikir ismu Dzat
dengan bacaan “ALLAH”, silsilahnya sampai
kepada Rasulullah SAW. melalui Sayidina Abu
Bakar Ash Shidiq RA . Sedang dzikir dengan
bacaan “LA ILAAHA ILLALLAH”, biasanya
dilakukan dzikir jahri atau Dzikir Nafi Itsbat, yang
silsilahnya sampai kepada Rasulullah SAW melalui
Sayidina Ali bin Abi Tholib karramallahu wajhah.
Kedua jenis dzikir dari kedua sahabat inilah yang
menjadi sumber utama pengamalan thoriqoh,
yang terus menerus bersambung sampai dengan
sekarang kepada kita semua.
Selain dzikir di atas, di Majelis Wirid KWA juga
dipraktekkan bersama beragam jenis doa yang
sangat bermanfaat untuk mendekatkan diri dan
menghadapkan diri (Tawajuh) kepada Allah.
Berikut contoh salah satu amalan doa dalam
Majelis Wirid KWA:
ILA SAYYIDINA MUHAMMAD WA ‘ALA ALIHI WA
ASHABIHI WA JAMI’I IHWANIHI MINAL ANBIYAI
WAL-MURSALIN KHUSUSON ILA NABI IDRIS WA
NABI ILYAS WA NABI KHIDIR WA ILA JAMI’I
MALAIKAH WA AULIYAI KHUSUSON ILA SYEIKH
ABDUL QODIR JAILANI, WA ILA JAMI’I AULIYAI FI
DAIROTI HADZA, ILA JIDDINA WA JADDATINA,
ILA ABAINA WA UMMAHATINA,,WA JAMI’I
MUSLIMIN WAL MUSLIMAT JAMI’AHUM AL
FATIHAH…..
====YA GHIYATSAL MUSTAGHITSIN AGHITSNA
YA ALLAH YA LATHIFAN BIKHOLQIH YA ‘ALIMAN
BIKHOLQIH YA KHOBIRON BIKHOLQIH ULTHUF
BINA YA LATHIF YA ‘ALIM YA KHOBIR YA ALLAH
ROBBI INNI DHO’IFUN FAQOWWINI WA INNI
DZALILUN FA A’IZZUNI WA INNI FAQIRUN FA
AGHNINI WA INNI MARIDHUN FA ASYFINI.
ROBBANAA AATINAA FIDDUN YAA HASNA WAFIL
AAKHIROTI HASANAH WQINA ‘AA-DZAA
BANNAR===
(Wahai dzat yang menolong bagi orang-orang
yang memohon pertolongan, tolonglah kami.
Wahai dzat yang Maha Penyantun kepada
makhluk-Nya, wahai dzat yang Maha Mengetahui
dan Waspada, santunilah kami. Wahai Allah,
wahai dzat yang Maha Santun, Maha Mengetahui
dan Waspada. Wahai Tuhanku hamba dalam
keadaan lemah kuatkanlah hamba, hamba dalam
keadaan hina mulyakanlah hamba, hamba dalam
kedaan faqir maka kayakanlah hamba (berilah
hamba keluasan rizqi), hamba dalam keadaan
sakit sembuhkanlah hamba. Wahai Tuhanku
berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat dan
jagalah kami dari api neraka).
Lebih Menarik Lagi: