Perspektif Sosiologi Tentang Tauhid
Menurut pandangan sosiolog
menyembah kepada satu
atau beberapa sesembahan
dengan menganggapnya
sebagai Pencipta alam
semesta, merupakan
keyakinan manusia yang
paling mendasar dan kuno,
akar kenyakinan ini berasal
dari dalam diri manusia
yang paling dasar yang tidak
akan pernah mengalami
perubahan. Kecenderungan
terhadap suatu yang maha
sempurna yang dianggap
sebagai Penguasa manusia
dan alam semesta, telah
melebur dengan jiwa
manusia dan mengakar
dengan sangat kokoh.
menyembah kepada satu
atau beberapa sesembahan
dengan menganggapnya
sebagai Pencipta alam
semesta, merupakan
keyakinan manusia yang
paling mendasar dan kuno,
akar kenyakinan ini berasal
dari dalam diri manusia
yang paling dasar yang tidak
akan pernah mengalami
perubahan. Kecenderungan
terhadap suatu yang maha
sempurna yang dianggap
sebagai Penguasa manusia
dan alam semesta, telah
melebur dengan jiwa
manusia dan mengakar
dengan sangat kokoh.
Kecenderungan seperti ini
akan tetap langgeng selama
dunia tetap ada dan
manusia masih tetap tinggal
di dalamnya, ia tidak dapat
disamakan dengan adat
istiadat masyarakat yang
selalu saja berbeda antara
satu daerah dengan daerah
lainnya, adat dan pola
kehidupan masyarakat tidak
mengakar pada jiwa manusia
dan bukan bagian dari
eksistensinya, karena itulah
ia akan selalu mengalami
perubahan.
akan tetap langgeng selama
dunia tetap ada dan
manusia masih tetap tinggal
di dalamnya, ia tidak dapat
disamakan dengan adat
istiadat masyarakat yang
selalu saja berbeda antara
satu daerah dengan daerah
lainnya, adat dan pola
kehidupan masyarakat tidak
mengakar pada jiwa manusia
dan bukan bagian dari
eksistensinya, karena itulah
ia akan selalu mengalami
perubahan.
Sosiolog kontemporer Will
Durant mengatakan: Para
pemuka agama sama sekali
tidak menciptakan sebuah
ideologi, akan tetapi seperti
halnya seorang politikus
yang memanfaatkan
dorongan naluriah manusia
untuk memenuhi
kehendaknya, para
agamawan pun juga
demikian, mereka
memanfaatkan nurani
manusia demi tujuan-tujuan
yang hendak mereka
capai,.keyakinan beragama
bukan ciptaan kuil-kuil dan
tempat-tempat ibadah akan
tetapi fitrah manusialah
yang telah melahirkannya.
Durant mengatakan: Para
pemuka agama sama sekali
tidak menciptakan sebuah
ideologi, akan tetapi seperti
halnya seorang politikus
yang memanfaatkan
dorongan naluriah manusia
untuk memenuhi
kehendaknya, para
agamawan pun juga
demikian, mereka
memanfaatkan nurani
manusia demi tujuan-tujuan
yang hendak mereka
capai,.keyakinan beragama
bukan ciptaan kuil-kuil dan
tempat-tempat ibadah akan
tetapi fitrah manusialah
yang telah melahirkannya.
Setelah menukil ucapan
seorang Eskimo yang
mengatakan saya tidak
mengetahui perkara ini saat
ditanya siapakah yang telah
menciptakan langit dan
bumi?, Will Durant
menuliskan: Bagimana pun,
apa yang kami sebutkan ini
merupakan kasus yang jarang
terjadi, sudah menjadi fakta
bahwa keyakinan beragama
sejak dahulu telah dimiliki
mayoritas manusia, bahkan
menurut para filsuf perkara
ini termaksud salah satu inti
permasalahan sejarah dan
psikologi.
seorang Eskimo yang
mengatakan saya tidak
mengetahui perkara ini saat
ditanya siapakah yang telah
menciptakan langit dan
bumi?, Will Durant
menuliskan: Bagimana pun,
apa yang kami sebutkan ini
merupakan kasus yang jarang
terjadi, sudah menjadi fakta
bahwa keyakinan beragama
sejak dahulu telah dimiliki
mayoritas manusia, bahkan
menurut para filsuf perkara
ini termaksud salah satu inti
permasalahan sejarah dan
psikologi.
Setelah itu Will Durant
melanjutkan pembahasannya
yang panjang mengenai
faktor kelekatan keyakinan
beragama pada jiwa manusia
yang dengan bagaimana pun
ia tidak akan sirna dalam
hati nurani manusia. Pada
pembahasan berikutnya kami
akan menyebutkan sebagian
faktor yang disebutkan
olehnya.
melanjutkan pembahasannya
yang panjang mengenai
faktor kelekatan keyakinan
beragama pada jiwa manusia
yang dengan bagaimana pun
ia tidak akan sirna dalam
hati nurani manusia. Pada
pembahasan berikutnya kami
akan menyebutkan sebagian
faktor yang disebutkan
olehnya.
Hasil kajian di atas
menyatakan bahwa agama
berakar dari fitrah yang
merupakan bagian dari jiwa
manusia yang posisinya tidak
dapat disamakan dengan
perkara lainnya. Untuk lebih
jelasnya, sebaiknya kita kaji
terlebih dahulu perkara yang
fitri dan sehingga kita dapat
membedakannya dengan
perkara biasa lainnya.
menyatakan bahwa agama
berakar dari fitrah yang
merupakan bagian dari jiwa
manusia yang posisinya tidak
dapat disamakan dengan
perkara lainnya. Untuk lebih
jelasnya, sebaiknya kita kaji
terlebih dahulu perkara yang
fitri dan sehingga kita dapat
membedakannya dengan
perkara biasa lainnya.
Perbedaan Perkara Fitri Dan
Non-Fitri
Salah satu barometer yang
dapat kita gunakan untuk
membedakan antara suatu
yang fitrah atau yang bukan
fitri ialah; bahwa segala
bentuk pemikiran dan
tindakan yang muncul dari
diri manusia dikarenakan
faktor tertentu seperti faktor
geografi, ekonomi atau
politik, merupakan perkara
biasa (bukan fitri) yang
bersumber dari kondisi
tertentu bukan dari fitrah
manusia.
Non-Fitri
Salah satu barometer yang
dapat kita gunakan untuk
membedakan antara suatu
yang fitrah atau yang bukan
fitri ialah; bahwa segala
bentuk pemikiran dan
tindakan yang muncul dari
diri manusia dikarenakan
faktor tertentu seperti faktor
geografi, ekonomi atau
politik, merupakan perkara
biasa (bukan fitri) yang
bersumber dari kondisi
tertentu bukan dari fitrah
manusia.
Sebagai contoh, penduduk
yang tinggal di kawasan
kutub dikarenakan kondisi
geografis, mereka terpaksa
menggunakan pakaian yang
hangat dan tebal, lain
halnya dengan masyarakat
yang tinggal di kawasan
katulistiwa, mereka
diharuskan memakai pakain
yang tipis dan ringan. Apa
yang mereka lakukan ini,
merupakan tuntutan kondisi
lingkungan hidup mereka
dan sama sekali tidak ada
kaitannya dengan fitrah.
Demikian pula dengan pola
dan model berpakaian, adat
istiadat, upacara, ritual dan
lain sebagainya, muncul
dikarenakan faktor tertentu
dan sama sekali tidak
berakar dari fitrah. Karena
jika cara berpakaian dan
model upacara merupakan
perkara yang fitri, maka di
seluruh daerah ia akan
memiliki pola yang sama,
perbedaan ras dan iklim
tidak akan menjadikannya
beragam, sehingga tidak
akan ada lagi designer barat
yang merancang bermacam
model pakaian dan berbagai
jenis boneka dan masyarakat
asia pun tidak akan lagi
tergila-gila menggandrungi
mode-mode terbaru.
yang tinggal di kawasan
kutub dikarenakan kondisi
geografis, mereka terpaksa
menggunakan pakaian yang
hangat dan tebal, lain
halnya dengan masyarakat
yang tinggal di kawasan
katulistiwa, mereka
diharuskan memakai pakain
yang tipis dan ringan. Apa
yang mereka lakukan ini,
merupakan tuntutan kondisi
lingkungan hidup mereka
dan sama sekali tidak ada
kaitannya dengan fitrah.
Demikian pula dengan pola
dan model berpakaian, adat
istiadat, upacara, ritual dan
lain sebagainya, muncul
dikarenakan faktor tertentu
dan sama sekali tidak
berakar dari fitrah. Karena
jika cara berpakaian dan
model upacara merupakan
perkara yang fitri, maka di
seluruh daerah ia akan
memiliki pola yang sama,
perbedaan ras dan iklim
tidak akan menjadikannya
beragam, sehingga tidak
akan ada lagi designer barat
yang merancang bermacam
model pakaian dan berbagai
jenis boneka dan masyarakat
asia pun tidak akan lagi
tergila-gila menggandrungi
mode-mode terbaru.
Sebaliknya, segala bentuk
pemikiran dan tindakan yang
muncul dari nurani manusia
dan bukan dikarenakan
faktor geografi, ekonomi dan
politik, maka pemikiran dan
tindakan seperti ini
merupakan tabiat manusia
yang disebut dengan fitrah
pada manusia- atau insting
pada binatang-.
pemikiran dan tindakan yang
muncul dari nurani manusia
dan bukan dikarenakan
faktor geografi, ekonomi dan
politik, maka pemikiran dan
tindakan seperti ini
merupakan tabiat manusia
yang disebut dengan fitrah
pada manusia- atau insting
pada binatang-.
Oleh karenanya segala
aktifitas yang dilakukan
lebah seperti mengisap
cairan bunga, membuat
sarang-sarang yang
berbentuk persegi enam,
bertelur dan menjaga anak-
anaknya, seluruhnya muncul
dari insting yang dimilikinya
dan sama sekali tidak
dipengaruri foktor-faktor luar
seperti yang disebutkan di
atas, karena kebiasaan ini
dimiliki oleh seluruh lebah
kapan pun dan di mana pun
ia berada. Hal ini merupakan
sebuah bukti bahwa
pekerjaan yang dilakukan
lebah bersumber dari insting
yang merupakan bagian dari
keberadannya, dan demikian
juga dengan aktifias yang
biasa dilakukan oleh hewan
lainnya.
aktifitas yang dilakukan
lebah seperti mengisap
cairan bunga, membuat
sarang-sarang yang
berbentuk persegi enam,
bertelur dan menjaga anak-
anaknya, seluruhnya muncul
dari insting yang dimilikinya
dan sama sekali tidak
dipengaruri foktor-faktor luar
seperti yang disebutkan di
atas, karena kebiasaan ini
dimiliki oleh seluruh lebah
kapan pun dan di mana pun
ia berada. Hal ini merupakan
sebuah bukti bahwa
pekerjaan yang dilakukan
lebah bersumber dari insting
yang merupakan bagian dari
keberadannya, dan demikian
juga dengan aktifias yang
biasa dilakukan oleh hewan
lainnya.
Pada diri manusia juga
terdapat kecenderungan-
kecenderungan mendalam
yang keberadaannya tidak
dipengaruhi faktor-faktor luar
dan dimiliki oleh setiap
orang di mana dan kapan
pun ia berada. Sebagai
contoh, setiap individu
manusia pada usia tertentu
memiliki kecenderungan
khusus kepada
permasalahan seksual,
keindahan, kekayaan,
kedudukan, keturunan,
keadilan, serta
ketidaksenangan akan
penindasan, kekejaman dan
segala bentuk diskriminasi,
dan tanpa disadari mereka
pun terdorong untuk
melukiskan perasaan yang
dialaminya itu dalam bentuk
prilaku dan tindakan.
terdapat kecenderungan-
kecenderungan mendalam
yang keberadaannya tidak
dipengaruhi faktor-faktor luar
dan dimiliki oleh setiap
orang di mana dan kapan
pun ia berada. Sebagai
contoh, setiap individu
manusia pada usia tertentu
memiliki kecenderungan
khusus kepada
permasalahan seksual,
keindahan, kekayaan,
kedudukan, keturunan,
keadilan, serta
ketidaksenangan akan
penindasan, kekejaman dan
segala bentuk diskriminasi,
dan tanpa disadari mereka
pun terdorong untuk
melukiskan perasaan yang
dialaminya itu dalam bentuk
prilaku dan tindakan.
Dapat dikatakan bahwa
kejujuran, amanat dan
kemuliaan yang dimiliki
orang-orang pedalaman
melebihi orang-orang yang
tinggal di perkotaan, seperti
yang dikatakan Kolbes
mengenai suku Hottentot:
Mereka menganggap sumpah
yang mereka ucapkan
sebagai suatu yang sakral,
tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh orang-orang
Eropa dengan cara khianat
dan merusak sama sekali
tidak dapat ditemukan pada
diri mereka. Sangat
disayangkan melalui media-
media informasi dan
telekomunikasi canggih
ciptaan Barat, keahlian
menipu dan berkhianat telah
diajarkan kepada masyarakat
suku Hottentot sehingga
terkikislah kejujuran yang
pernah menjadi pujaan
mereka
Dengan mengkaji contoh-
contoh di atas, dapat
disimpulkan bahwa perkara-
perkara fitri memiliki kriteria
yang berbeda dengan
perkara biasa lainnya,
diantara kriteria tersebut:
kejujuran, amanat dan
kemuliaan yang dimiliki
orang-orang pedalaman
melebihi orang-orang yang
tinggal di perkotaan, seperti
yang dikatakan Kolbes
mengenai suku Hottentot:
Mereka menganggap sumpah
yang mereka ucapkan
sebagai suatu yang sakral,
tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh orang-orang
Eropa dengan cara khianat
dan merusak sama sekali
tidak dapat ditemukan pada
diri mereka. Sangat
disayangkan melalui media-
media informasi dan
telekomunikasi canggih
ciptaan Barat, keahlian
menipu dan berkhianat telah
diajarkan kepada masyarakat
suku Hottentot sehingga
terkikislah kejujuran yang
pernah menjadi pujaan
mereka
Dengan mengkaji contoh-
contoh di atas, dapat
disimpulkan bahwa perkara-
perkara fitri memiliki kriteria
yang berbeda dengan
perkara biasa lainnya,
diantara kriteria tersebut:
1. Setiap pemikiran dan
tindakan yang berakar dari
fitrah manusia selalu bersifat
universal dan tidak seorang
pun yang tidak memilikinya.
tindakan yang berakar dari
fitrah manusia selalu bersifat
universal dan tidak seorang
pun yang tidak memilikinya.
2. Perkara-perkara fitri
muncul berkat bimbingan
naluri manusia dan sama
sekali tidak membutuhkan
latihan dan pengajaran.
muncul berkat bimbingan
naluri manusia dan sama
sekali tidak membutuhkan
latihan dan pengajaran.
3. Segala model pemikiran
dan tindakan yang berakar
dari fitrah, kemunculannya
tidak dipengaruhi faktor-
faktor dari luar seperti faktor
geografis, ekonomi dan
politik.
dan tindakan yang berakar
dari fitrah, kemunculannya
tidak dipengaruhi faktor-
faktor dari luar seperti faktor
geografis, ekonomi dan
politik.
4. Praktek-praktek yang
dilakukan guna meredam
dorongan fitrah, selamanya
tidak akan dapat
melenyapkannya, maksimal ia
hanya mampu membendung
pertumbuhannya.
dilakukan guna meredam
dorongan fitrah, selamanya
tidak akan dapat
melenyapkannya, maksimal ia
hanya mampu membendung
pertumbuhannya.
Adapun perkara-perkara yang
bukan fitri memiliki kriteria
yang berlawanan dengan
empat kriteria di atas.
Sekarang mari kita lihat
apakah kecenderungan
beragama dan keyakinan
kepada Tuhan memiliki
kriteria-kriteria tersebut atau
tidak? Dengan sedikit
menganalisa, kita akan dapat
membuktikan bahwa
kecenderungan ini memiliki
empat kriteria diatas.
selebihnya kita akan
mengkaji poin-poin berikut
ini:
bukan fitri memiliki kriteria
yang berlawanan dengan
empat kriteria di atas.
Sekarang mari kita lihat
apakah kecenderungan
beragama dan keyakinan
kepada Tuhan memiliki
kriteria-kriteria tersebut atau
tidak? Dengan sedikit
menganalisa, kita akan dapat
membuktikan bahwa
kecenderungan ini memiliki
empat kriteria diatas.
selebihnya kita akan
mengkaji poin-poin berikut
ini:
1. Dorongan Menyembah
Tuhan yang Universal
Usaha mengenal Tuhan serta
melangkah kepada suatu
yang metafisik tidak hanya
dilakukan oleh masyarakat
belahan dunia tertentu, akan
tetapi berdasarkan bukti
sejarah -yang berhasil
dikumpulkan dari berbagai
golongan masyarakat baik
yang hidup di perdalaman
maupun di perkotaan-,
menyatakan bahwa keyakinan
kepada Tuhan sebagai
Pencipta alam semesta
merupakan ideologi yang di
anut oleh berbagai kaum
dan bangsa. Penggalian dan
penyelidikan yang di lakukan
para arkeolog guna
menyingkap pola kehidupan,
budaya, model pemikiran
masyarakat terdahulu, selalu
saja terpusat pada kuil-kuil
besar, patung-patung dan
berhala-berhala yang
berhasil mereka temukan,
semua ini menjadi bukti
bahwa masyarakat saat itu
menjadikan berhalaberhala
sebagai sesembahan mereka,
atau paling tidak mereka
menganggap berhala-berhala
tersebut merupakan
penjelmaan yang indah dari
sesuatu yang mereka
sembah..
Tuhan yang Universal
Usaha mengenal Tuhan serta
melangkah kepada suatu
yang metafisik tidak hanya
dilakukan oleh masyarakat
belahan dunia tertentu, akan
tetapi berdasarkan bukti
sejarah -yang berhasil
dikumpulkan dari berbagai
golongan masyarakat baik
yang hidup di perdalaman
maupun di perkotaan-,
menyatakan bahwa keyakinan
kepada Tuhan sebagai
Pencipta alam semesta
merupakan ideologi yang di
anut oleh berbagai kaum
dan bangsa. Penggalian dan
penyelidikan yang di lakukan
para arkeolog guna
menyingkap pola kehidupan,
budaya, model pemikiran
masyarakat terdahulu, selalu
saja terpusat pada kuil-kuil
besar, patung-patung dan
berhala-berhala yang
berhasil mereka temukan,
semua ini menjadi bukti
bahwa masyarakat saat itu
menjadikan berhalaberhala
sebagai sesembahan mereka,
atau paling tidak mereka
menganggap berhala-berhala
tersebut merupakan
penjelmaan yang indah dari
sesuatu yang mereka
sembah..
Seorang ilmuan terkenal
Mesir Farid Wajdi
menuliskan: Hasil penelitian
dan penggalian di berbagai
kawasan, menceritakan akan
keyakinan dan tradisi
masyarakat masa lalu yang
menyembah berhala, hal ini
menandakan bahwa
keyakinan akan Sang
Pencipta muncul bersamaan
dengan keberadaan manusia
Mesir Farid Wajdi
menuliskan: Hasil penelitian
dan penggalian di berbagai
kawasan, menceritakan akan
keyakinan dan tradisi
masyarakat masa lalu yang
menyembah berhala, hal ini
menandakan bahwa
keyakinan akan Sang
Pencipta muncul bersamaan
dengan keberadaan manusia
Sebagian ilmuan barat
seperti Schopenhauer
memandang kecenderungan
beragama merupakan suatu
yang sangat mendasar dalam
diri menusia sehingga ia
menjadikannya sebagai batas
pemisah antara manusia dan
makhluk lainnya dan
mengatakan manusia adalah
hewan yang metafisik [15] .
Memang benar, sepanjang
sejarah manusia, tidak
pernah ditemukan satu masa
dan satu wilayah pun yang
masyarakatnya tidak
menyakini sesuatu yang
metafisik. Hal ini tidak lain
dikarenakan kecenderungan
beragama merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan
dari eksistensi manusia dan
akan selalu tetap
bersamanya. John.R.Ears
rektor Universitas Kolombia
mengenai keyakinan
beragama mengatakan: Kita
tidak akan pernah
menemukan tradisi dan
budaya satu bangsa mana
pun, kecuali di dalamnya
terdapat unsur keagamaan.
Keyakinan beragama selalu
mewarnai setiap lembaran
sejarah peradaban manusia
dan akarnya terus menjulur
hingga pada kehidupan yang
tidak tercatat di dalam kitab-
kitab sejarah.
seperti Schopenhauer
memandang kecenderungan
beragama merupakan suatu
yang sangat mendasar dalam
diri menusia sehingga ia
menjadikannya sebagai batas
pemisah antara manusia dan
makhluk lainnya dan
mengatakan manusia adalah
hewan yang metafisik [15] .
Memang benar, sepanjang
sejarah manusia, tidak
pernah ditemukan satu masa
dan satu wilayah pun yang
masyarakatnya tidak
menyakini sesuatu yang
metafisik. Hal ini tidak lain
dikarenakan kecenderungan
beragama merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan
dari eksistensi manusia dan
akan selalu tetap
bersamanya. John.R.Ears
rektor Universitas Kolombia
mengenai keyakinan
beragama mengatakan: Kita
tidak akan pernah
menemukan tradisi dan
budaya satu bangsa mana
pun, kecuali di dalamnya
terdapat unsur keagamaan.
Keyakinan beragama selalu
mewarnai setiap lembaran
sejarah peradaban manusia
dan akarnya terus menjulur
hingga pada kehidupan yang
tidak tercatat di dalam kitab-
kitab sejarah.
Saat ini, kecenderungan
serta keyakian beragama di
mata masyarakat modern
merupakan fenomena yang
alami, dimana pada setiap
belahan dunia memiliki
manifestasi yang berbeda.
Saat ini permukaan bumi
dipenuhi oleh kuil-kuil,
gereja-gereja, masjid-masjid
dan wihara-wihara. Suara
teriakan Allahu Akbar setiap
harinya terdengar dari
pucuk-pucuk menara masjid
dan lonceng gereja selalu
berdentang di setiap
Minggu. Seandainya kita
menaiki pesawat dan
memperhatikan permukaan
berbagai belahan benua dari
atas, maka kita akan
menyaksikan berbagai
macam arsitektur dan
bangunan yang menjadi
menafestasi dari
kecederungan beragama ini,
tidak terkecuali baik di
kawasan negeri yang terkaya
di muka bumi ini maupun
yang termiskin.
serta keyakian beragama di
mata masyarakat modern
merupakan fenomena yang
alami, dimana pada setiap
belahan dunia memiliki
manifestasi yang berbeda.
Saat ini permukaan bumi
dipenuhi oleh kuil-kuil,
gereja-gereja, masjid-masjid
dan wihara-wihara. Suara
teriakan Allahu Akbar setiap
harinya terdengar dari
pucuk-pucuk menara masjid
dan lonceng gereja selalu
berdentang di setiap
Minggu. Seandainya kita
menaiki pesawat dan
memperhatikan permukaan
berbagai belahan benua dari
atas, maka kita akan
menyaksikan berbagai
macam arsitektur dan
bangunan yang menjadi
menafestasi dari
kecederungan beragama ini,
tidak terkecuali baik di
kawasan negeri yang terkaya
di muka bumi ini maupun
yang termiskin.
Apakah kecenderungan dan
keyakinan yang universal ini
yang dimiliki oleh seluruh
bangsa di seluruh masa,
tidak menunjukan akan
kefitrahannya?
Terlepas dari itu, setiap
individu manusia meskipun
ia tidak pernah mengenal
pandangan orang-orang
beragama maupun ucapan
orang-orang materealis,
namun disaat ia terjebak
dalam masalah yang serius,
secara tidak disadari hati
nuraninya yang mendalam
akan merasakan satu
keberadaan yang abadi dan
kuasa yang mampu
memenuhi kebutuhannya
dan mengeluarkannya dari
problema yang
menghimpitnya, dengan
sendirinya ia akan
mengingat-Nya dan
memohon pertolongan dari-
Nya.
keyakinan yang universal ini
yang dimiliki oleh seluruh
bangsa di seluruh masa,
tidak menunjukan akan
kefitrahannya?
Terlepas dari itu, setiap
individu manusia meskipun
ia tidak pernah mengenal
pandangan orang-orang
beragama maupun ucapan
orang-orang materealis,
namun disaat ia terjebak
dalam masalah yang serius,
secara tidak disadari hati
nuraninya yang mendalam
akan merasakan satu
keberadaan yang abadi dan
kuasa yang mampu
memenuhi kebutuhannya
dan mengeluarkannya dari
problema yang
menghimpitnya, dengan
sendirinya ia akan
mengingat-Nya dan
memohon pertolongan dari-
Nya.
Perasaan yang muncul tanpa
ikhtiar ini (merasakan
kehadiran Tuhan), tidak
dihasilkan dari proses
berfikir, argumen serta
filsafat ketuhanan yang
rasional dan ilmiah, dan ia
pun bukan sebuah konklusi
dari satu kajian, analisa atau
dialog, akan tetapi perasaan
ini merupakan refleksi dari
fitrah manusia yang
merupakan anugrah Ilahi.
Semenjak pertama manusia
diciptakan Dia telah
menitiskannya (fitrah) dalam
ruh dan jiwa manusia
dengan sedemikian rupa
sehingga disaat ia
mengalami kesulitan, secara
spontan ia akan merasakan
kehadiran-Nya dan tanpa
disadari ia pun akan
meminta pertolongan dari-
Nya, meskipun ia tidak
mengetahui bagaimana Dia
akan menolongnya dan
menenangkan hatinya,
namun ia akan terus
memohon kepada-Nya, mirip
seperti seorang bayi yang
mencari ibunya meskipun ia
tidak mengetahui siapa
ibunya.
ikhtiar ini (merasakan
kehadiran Tuhan), tidak
dihasilkan dari proses
berfikir, argumen serta
filsafat ketuhanan yang
rasional dan ilmiah, dan ia
pun bukan sebuah konklusi
dari satu kajian, analisa atau
dialog, akan tetapi perasaan
ini merupakan refleksi dari
fitrah manusia yang
merupakan anugrah Ilahi.
Semenjak pertama manusia
diciptakan Dia telah
menitiskannya (fitrah) dalam
ruh dan jiwa manusia
dengan sedemikian rupa
sehingga disaat ia
mengalami kesulitan, secara
spontan ia akan merasakan
kehadiran-Nya dan tanpa
disadari ia pun akan
meminta pertolongan dari-
Nya, meskipun ia tidak
mengetahui bagaimana Dia
akan menolongnya dan
menenangkan hatinya,
namun ia akan terus
memohon kepada-Nya, mirip
seperti seorang bayi yang
mencari ibunya meskipun ia
tidak mengetahui siapa
ibunya.
2. Fitrah Mengantarkan
Seseorang Kepada Tuhannya
Sebagaimana perasaan
manusia lainnya, merasakan
kehadiran tuhan juga akan
muncul dalam diri seseorang
tanpa melalui proses belajar
dan mengkaji. Setiap
individu manusia disaat
mengijak usia tertentu,
dengan sedirinya ia akan
memiliki sederet
kecenderungan seperti
mencintai kedudukan,
jabatan, kekayaan, keindahan
dan masalah seksual, dimana
kecenderungan-
kecenderungan ini muncul
dalam diri mereka tanpa
melalui proses belajar
terlebih dahulu, demikian
pula halnya dengan
kehadiran Tuhan yang
dirasakan seseorang, ia akan
merasupi hati semua orang
di setiap lembaran hidupnya
namun ia akan lebih tampak
dan matang saat seseorang
memasuki usia baligh.
Kesadaran beragama yang
muncul secara spontan dan
tanpa proses study ini,
selain mengindikasikan akan
kefitrahannya ia pun
membuktikan bahwa pada
kondisi tertentu -
sebagaimana kenderungan
lainnya- kecenderungan ini
akan bereaksi dan bangkit
secara spontan. Namun
patut diinggat, jika
kecenderungan ini tidak
diarahkan dengan benar
maka ia dapat menimbulkan
beragam penyimpangan.
Contohnya, kecenderungan
beragama yang kita miliki,
seandainya tidak ada arahan
yang benar dari para Nabi,
Agamawan dan Filsuf
Rabbani maka ia dapat
membawa kita untuk
menyembah berhala,
malaikat, ruh-ruh dan
berbagai praktek syirik
lainnya.
Seseorang Kepada Tuhannya
Sebagaimana perasaan
manusia lainnya, merasakan
kehadiran tuhan juga akan
muncul dalam diri seseorang
tanpa melalui proses belajar
dan mengkaji. Setiap
individu manusia disaat
mengijak usia tertentu,
dengan sedirinya ia akan
memiliki sederet
kecenderungan seperti
mencintai kedudukan,
jabatan, kekayaan, keindahan
dan masalah seksual, dimana
kecenderungan-
kecenderungan ini muncul
dalam diri mereka tanpa
melalui proses belajar
terlebih dahulu, demikian
pula halnya dengan
kehadiran Tuhan yang
dirasakan seseorang, ia akan
merasupi hati semua orang
di setiap lembaran hidupnya
namun ia akan lebih tampak
dan matang saat seseorang
memasuki usia baligh.
Kesadaran beragama yang
muncul secara spontan dan
tanpa proses study ini,
selain mengindikasikan akan
kefitrahannya ia pun
membuktikan bahwa pada
kondisi tertentu -
sebagaimana kenderungan
lainnya- kecenderungan ini
akan bereaksi dan bangkit
secara spontan. Namun
patut diinggat, jika
kecenderungan ini tidak
diarahkan dengan benar
maka ia dapat menimbulkan
beragam penyimpangan.
Contohnya, kecenderungan
beragama yang kita miliki,
seandainya tidak ada arahan
yang benar dari para Nabi,
Agamawan dan Filsuf
Rabbani maka ia dapat
membawa kita untuk
menyembah berhala,
malaikat, ruh-ruh dan
berbagai praktek syirik
lainnya.
Maksud ungkapan diatas -
bahwa kecenderungan
naluriah tidak butuh proses
belajar-, ialah dalam
pertumbuhan dan
kemunculannya, namun ia
tetap memerlukan seorang
pembimbing yang dapat
mengarahkannya agar
terhindar dari segala macam
penyimpangan dan
kesesatan.
bahwa kecenderungan
naluriah tidak butuh proses
belajar-, ialah dalam
pertumbuhan dan
kemunculannya, namun ia
tetap memerlukan seorang
pembimbing yang dapat
mengarahkannya agar
terhindar dari segala macam
penyimpangan dan
kesesatan.
Penyembahan terhadap
berhala dan segala parktek
kemusyrikan merupakan
akibat dari kecenderungan
beragama yang tidak
terarahkan, seandainya
kecenderungan ini dibarengi
dengan pikiran dan akal
yang jernih dan mendapat
bimbingan para Nabi, maka
ia tidak akan pernah
memposisikan sesuatu yang
tidak berdaya sebagai Tuhan
yang Maha Kuasa.
berhala dan segala parktek
kemusyrikan merupakan
akibat dari kecenderungan
beragama yang tidak
terarahkan, seandainya
kecenderungan ini dibarengi
dengan pikiran dan akal
yang jernih dan mendapat
bimbingan para Nabi, maka
ia tidak akan pernah
memposisikan sesuatu yang
tidak berdaya sebagai Tuhan
yang Maha Kuasa.
3. Kecenderungan Beragama
adalah Panggillan Batin
Manusia
Setelah dikaji bahwa
kecenderungan beragama
selalu ada dalam diri
manusia di setiap ruang dan
masa, maka dapat kita
katakan bahwa
kecenderungan ini
merupakan panggilan batin
yang dimotori oleh fitrah
manusia. Seandainya
kecenderungan ini dilahirkan
lantaran faktor geograsif,
ekonomi, dan politik maka ia
hanya akan muncul pada
komponen masyarakat yang
hidup di daerah atau masa
tertentu yang memiliki
kondisi geografi ekonomi dan
politik yang sama, padahal
kenyataannya tidaklah
demikian. Namun jangan
disalah fahami, kefitrahan
sebuah kecenderungan tidak
mengindikasikan bahwa ia
akan selalu berekspresi di
setiap kondisi dan selalu
menjadi idola seseorang,
justru betapa banyak
kecenderungan akan
kedudukan dan kekayaan
yang telah meneggelamkan
sejumlah sifat-sifat mulia
seseorang yang juga
merupakan fitrah manusia.
Fitrah manusia sama sakali
tidak terbatas pada
kecenderungan bergama
saja, akan tetapi selain
kecenderungan tersebut,
manusia pun memiliki
sederet kecenderungan
lainnya, saat seseorang
hanya memfokuskan
perhatian kepada satu
kecenderungan saja, maka ia
akan melupakan
kecenderungan lainnya.
Silahkan Anda perhatikan!
Mengkaji dan menganalisa
satu permasalahan,
merupakan bagian dari
tabiat dan naluri manusia.
Setiap individu secara
naluriah menyukai
pembahasan dan kajian
ilmiah di berbagai bidang.
Akan tetapi sudah
merupakan konsensus bahwa
kecenderungan batin ini
tidak akan tumbuh subur
dan bereaksi pada setiap
kondisi dan situasi.
adalah Panggillan Batin
Manusia
Setelah dikaji bahwa
kecenderungan beragama
selalu ada dalam diri
manusia di setiap ruang dan
masa, maka dapat kita
katakan bahwa
kecenderungan ini
merupakan panggilan batin
yang dimotori oleh fitrah
manusia. Seandainya
kecenderungan ini dilahirkan
lantaran faktor geograsif,
ekonomi, dan politik maka ia
hanya akan muncul pada
komponen masyarakat yang
hidup di daerah atau masa
tertentu yang memiliki
kondisi geografi ekonomi dan
politik yang sama, padahal
kenyataannya tidaklah
demikian. Namun jangan
disalah fahami, kefitrahan
sebuah kecenderungan tidak
mengindikasikan bahwa ia
akan selalu berekspresi di
setiap kondisi dan selalu
menjadi idola seseorang,
justru betapa banyak
kecenderungan akan
kedudukan dan kekayaan
yang telah meneggelamkan
sejumlah sifat-sifat mulia
seseorang yang juga
merupakan fitrah manusia.
Fitrah manusia sama sakali
tidak terbatas pada
kecenderungan bergama
saja, akan tetapi selain
kecenderungan tersebut,
manusia pun memiliki
sederet kecenderungan
lainnya, saat seseorang
hanya memfokuskan
perhatian kepada satu
kecenderungan saja, maka ia
akan melupakan
kecenderungan lainnya.
Silahkan Anda perhatikan!
Mengkaji dan menganalisa
satu permasalahan,
merupakan bagian dari
tabiat dan naluri manusia.
Setiap individu secara
naluriah menyukai
pembahasan dan kajian
ilmiah di berbagai bidang.
Akan tetapi sudah
merupakan konsensus bahwa
kecenderungan batin ini
tidak akan tumbuh subur
dan bereaksi pada setiap
kondisi dan situasi.
Kecenderungan mengkaji dan
menganalisa yang dimiliki
seseorang akan berkembang
pesat dalam pusat-pusat
pendidikan dan pengkajian
serta di tengah-tengah rekan
terpelajar, namun sebaliknya
di dalam lingkungan yang
tidak kondusif
menganalisa yang dimiliki
seseorang akan berkembang
pesat dalam pusat-pusat
pendidikan dan pengkajian
serta di tengah-tengah rekan
terpelajar, namun sebaliknya
di dalam lingkungan yang
tidak kondusif
pertumbuhannya akan
lamban dan melemah, dan
jika kondisi ini terus
berlanjut maka
keberadannya pun dapat
terlupakan. Sama halnya
dengan dorongan untuk
beristeri dan menikah atau
kecenderungan akan harta
dan jabatan juga bersumber
dari fitrah manusia, namun
pada setiap kondisi kadar
pertumbuhannya tidak akan
sama, di saat kondisi yang
ada lebih mendorong
seorang untuk memenuhi
kebutuhan ekonominya, bisa
jadi kecenderungan
menikahnya akan terlupakan,
dan demikian pula
sebaliknya.
lamban dan melemah, dan
jika kondisi ini terus
berlanjut maka
keberadannya pun dapat
terlupakan. Sama halnya
dengan dorongan untuk
beristeri dan menikah atau
kecenderungan akan harta
dan jabatan juga bersumber
dari fitrah manusia, namun
pada setiap kondisi kadar
pertumbuhannya tidak akan
sama, di saat kondisi yang
ada lebih mendorong
seorang untuk memenuhi
kebutuhan ekonominya, bisa
jadi kecenderungan
menikahnya akan terlupakan,
dan demikian pula
sebaliknya.
Kecenderungan beragama
pun juga demikian,
menyembah dunia serta
tenggelam dalam
kemaksiatan dan kesenangan
akan menjadikan seseorang
melupakan kecenderungan
spiritualnya, mirip seperti
seorang yang melupakan
kecenderungan seksualnya
saat ia sangat merasakan
lapar dan haus, namun
ketika ia telah memuaskan
dahaga serta laparnya dan
faktor yang membuatnya
lupa pun telah terangkat,
dengan sendirinya
kecenderungan seksualnya
pun akan kembali bereaksi.
Di antara kecenderungan-
kecenderungan spiritual dan
dorongan-dorongan hawa
nafsu manusia selalu saja
terjadi perseteruan, disaat
dorongan hawa nafsu telah
menguasai jiwa dan ruh
seseorang maka tidak ada
lagi ruang tersisa untuk
kecenderungan spiritualnya.
Musibah dan kesulitan yang
dialami manusia merupakan
ledakan yang dapat
menyadarkan seseorang dari
kehidupan materi yang
melelapkan, ia mampu
membersihkan setiap bercak
hitam yang mengotori hati
seseorang serta dapat
membentuk kondisi yang
kondusif guna pertumbuhan
fitrah dan kecenderungan
spiritual yang dimiliknya.
Oleh karenanya seorang yang
lalai, secara tidak disadari ia
akan mengingat Tuhan dan
memohon kepada-Nya saat ia
menghadapi problema dan
masalah yang serius.
Tidak dapat dipungkiri,
memang kebanyakan
manusia hanya akan
mengingat Tuhan saat jiwa
mereka terancam dan
tertekan, namun hal ini
tidak menafikan bahwa
selain mereka pun ada
sejumlah orang-orang
tertentu yang selalu
mengingat Tuhan meskipun
mereka berada dalam
kemudahan, hati-hati mereka
telah bergantung dan
memiliki ikatan dengan alam
abadi (akherat). Hal ini
sangat sulit difahami oleh
orang-orang biasa yang tidak
memiliki jiwa spiritual yang
tinggi, menurut ucapan
Albert Einstein: Saya sulit
menerangkan kondisi
spiritual yang ada dalam
jiwa seseorang kepada
pribadi yang sama sekali
tidak pernah merasakannya.
Dalam kondisi seperti ini,
seseorang dengan mudah
dapat mengetahui impian
dan cita-cita orang lain dan
merasakan kebesaran
sesuatu yang hanya tampak
di alam metafisik.
pun juga demikian,
menyembah dunia serta
tenggelam dalam
kemaksiatan dan kesenangan
akan menjadikan seseorang
melupakan kecenderungan
spiritualnya, mirip seperti
seorang yang melupakan
kecenderungan seksualnya
saat ia sangat merasakan
lapar dan haus, namun
ketika ia telah memuaskan
dahaga serta laparnya dan
faktor yang membuatnya
lupa pun telah terangkat,
dengan sendirinya
kecenderungan seksualnya
pun akan kembali bereaksi.
Di antara kecenderungan-
kecenderungan spiritual dan
dorongan-dorongan hawa
nafsu manusia selalu saja
terjadi perseteruan, disaat
dorongan hawa nafsu telah
menguasai jiwa dan ruh
seseorang maka tidak ada
lagi ruang tersisa untuk
kecenderungan spiritualnya.
Musibah dan kesulitan yang
dialami manusia merupakan
ledakan yang dapat
menyadarkan seseorang dari
kehidupan materi yang
melelapkan, ia mampu
membersihkan setiap bercak
hitam yang mengotori hati
seseorang serta dapat
membentuk kondisi yang
kondusif guna pertumbuhan
fitrah dan kecenderungan
spiritual yang dimiliknya.
Oleh karenanya seorang yang
lalai, secara tidak disadari ia
akan mengingat Tuhan dan
memohon kepada-Nya saat ia
menghadapi problema dan
masalah yang serius.
Tidak dapat dipungkiri,
memang kebanyakan
manusia hanya akan
mengingat Tuhan saat jiwa
mereka terancam dan
tertekan, namun hal ini
tidak menafikan bahwa
selain mereka pun ada
sejumlah orang-orang
tertentu yang selalu
mengingat Tuhan meskipun
mereka berada dalam
kemudahan, hati-hati mereka
telah bergantung dan
memiliki ikatan dengan alam
abadi (akherat). Hal ini
sangat sulit difahami oleh
orang-orang biasa yang tidak
memiliki jiwa spiritual yang
tinggi, menurut ucapan
Albert Einstein: Saya sulit
menerangkan kondisi
spiritual yang ada dalam
jiwa seseorang kepada
pribadi yang sama sekali
tidak pernah merasakannya.
Dalam kondisi seperti ini,
seseorang dengan mudah
dapat mengetahui impian
dan cita-cita orang lain dan
merasakan kebesaran
sesuatu yang hanya tampak
di alam metafisik.
Seorang yang tenggelam
dalam kesenangan dan
melupakan Tuhannya, mirip
seperti anak kecil yang
sedang asyik bermain yang
lupa terhadap orang tuanya
yang sejak pertama selalu
mengawasinya, namun ketika
sang anak mengalami
kesulitan atau merasakan
ketakutan, secara spontan ia
akan mencari orang tuannya
dan meminta pertolongan
darinya.
dalam kesenangan dan
melupakan Tuhannya, mirip
seperti anak kecil yang
sedang asyik bermain yang
lupa terhadap orang tuanya
yang sejak pertama selalu
mengawasinya, namun ketika
sang anak mengalami
kesulitan atau merasakan
ketakutan, secara spontan ia
akan mencari orang tuannya
dan meminta pertolongan
darinya.
Saat manusia hidup dalam
kemewahan, segala
kesibukan akan mencegahnya
untuk mengingat perkara
agama, namun jika terjadi
sesuatu yang meluluhkan
kehidupannya yang tidak
mampu dihindarinya, di
dalam jiwanya akan tarjadi
pergolakan yang akan
mengantarkannya pada satu
Penguasa mutlak yang
sempurna.
kemewahan, segala
kesibukan akan mencegahnya
untuk mengingat perkara
agama, namun jika terjadi
sesuatu yang meluluhkan
kehidupannya yang tidak
mampu dihindarinya, di
dalam jiwanya akan tarjadi
pergolakan yang akan
mengantarkannya pada satu
Penguasa mutlak yang
sempurna.
Oleh karenanya disaat
seseorang merasa akan
mengalami musibah,
bahteranya akan tenggelam
atau pesawat yang
dinaikinya akan terjatuh,
maka baik yang mukmin atau
yang atheis sekalipun secara
spontan akan mengingat
Tuhan dan memohon
pertolongan dari-Nya.
seseorang merasa akan
mengalami musibah,
bahteranya akan tenggelam
atau pesawat yang
dinaikinya akan terjatuh,
maka baik yang mukmin atau
yang atheis sekalipun secara
spontan akan mengingat
Tuhan dan memohon
pertolongan dari-Nya.
Sungguh rasa takut dan
pedih yang mencekam akan
menyingkap tabir-tabir hitam
dari nurani kita dan
membangkitkan naluri
religius kita yang sudah lama
terkubur.
pedih yang mencekam akan
menyingkap tabir-tabir hitam
dari nurani kita dan
membangkitkan naluri
religius kita yang sudah lama
terkubur.
4. Kecenderungan Beragama
Mustahil Dilenyapkan
Di antara kaum dan umat
tertentu selalu terdapat
orang-orang yang dengan
menjalani latihan dan
meditasi yang sulit, mereka
mampu membendung
sejumlah dorongan fitrah
yang dimilikinya. Contohnya,
para pendeta Nasrani dan
petapa India, dengan
menjalani ritual dan
pelatihan mereka mampu
mengurangi dorongan
seksual mereka sehingga
nyaris tidak memililiki gairah
ke arahnya, namun jika
orang-orang semacam ini
berada dalam kondisi dan
situasi tertentu, dorongan
seksual yang mereka miliki
pun akan kembali bangkit
dan mulai bereaksi.
Berdasarkan ini, kefitrahan
sesuatu tidak
mengharuskannya untuk
selalu bereaksi pada setiap
kondisi, namun ia akan
bereaksi jika tidak ada
penghalang yang
menghadang ruang geraknya.
Mencari dan merasakan
kehadiran Tuhan memang
merupakan naluri dan fitrah
manusia, namun bukan
berarti pertumbuhannya
tidak dapat terpengaruhi
oleh faktor luar, justru
pertumbuhan kecenderungan
semacam ini sebagaimana
kecenderungan yang lainnya-
memerlukan kondisi dan
situasi yang kondusif
sehingga dapat membantu
perkembangannya.
Mustahil Dilenyapkan
Di antara kaum dan umat
tertentu selalu terdapat
orang-orang yang dengan
menjalani latihan dan
meditasi yang sulit, mereka
mampu membendung
sejumlah dorongan fitrah
yang dimilikinya. Contohnya,
para pendeta Nasrani dan
petapa India, dengan
menjalani ritual dan
pelatihan mereka mampu
mengurangi dorongan
seksual mereka sehingga
nyaris tidak memililiki gairah
ke arahnya, namun jika
orang-orang semacam ini
berada dalam kondisi dan
situasi tertentu, dorongan
seksual yang mereka miliki
pun akan kembali bangkit
dan mulai bereaksi.
Berdasarkan ini, kefitrahan
sesuatu tidak
mengharuskannya untuk
selalu bereaksi pada setiap
kondisi, namun ia akan
bereaksi jika tidak ada
penghalang yang
menghadang ruang geraknya.
Mencari dan merasakan
kehadiran Tuhan memang
merupakan naluri dan fitrah
manusia, namun bukan
berarti pertumbuhannya
tidak dapat terpengaruhi
oleh faktor luar, justru
pertumbuhan kecenderungan
semacam ini sebagaimana
kecenderungan yang lainnya-
memerlukan kondisi dan
situasi yang kondusif
sehingga dapat membantu
perkembangannya.
Tidak diragukan lagi bahwa
beragam propaganda dapat
berpengaruh melemahkan
dorongan batin seseorang,
namun walau bagaimana
pun ia tidak akan dapat
melenyapkan akarnya.
beragam propaganda dapat
berpengaruh melemahkan
dorongan batin seseorang,
namun walau bagaimana
pun ia tidak akan dapat
melenyapkan akarnya.
Meskipun dewasa ini orang-
orang barisan kiri (komunis)
telah menguasai sepertiga
penduduk dunia dan para
pembesar materialis dengan
berbagai sarana dan tipu
muslihat selalu berusaha
untuk melenyapkan
kecenderungan spiritual dari
hati masyarakat yang berada
dibawah jajahan mereka,
namun hingga sekarang
mereka belum mencapai
suatu yang berarti dan
belum berhasil
mengosongkan hati mereka
dari kecenderungan
tersebut.
orang barisan kiri (komunis)
telah menguasai sepertiga
penduduk dunia dan para
pembesar materialis dengan
berbagai sarana dan tipu
muslihat selalu berusaha
untuk melenyapkan
kecenderungan spiritual dari
hati masyarakat yang berada
dibawah jajahan mereka,
namun hingga sekarang
mereka belum mencapai
suatu yang berarti dan
belum berhasil
mengosongkan hati mereka
dari kecenderungan
tersebut.
meskipun kekuasaan
Komunis semenjak Revolusi
telah menguasai penduduk
Rusia selama lima puluh
empat tahun, namun sampai
saat ini kecenderungan
beragama dan dorongan
religius masih tetap
bersemayam dalam hati
mereka, oleh karenanya
akhir-akhir ini pemerintah
Rusia memberikan
kebebasan bersyarat kepada
umat Kristiani dan umat
Islam untuk mengadakan
ritual-ritual dan upacara-
upacara keagamaan.
Tauhid Fitri Menurut
Komunis semenjak Revolusi
telah menguasai penduduk
Rusia selama lima puluh
empat tahun, namun sampai
saat ini kecenderungan
beragama dan dorongan
religius masih tetap
bersemayam dalam hati
mereka, oleh karenanya
akhir-akhir ini pemerintah
Rusia memberikan
kebebasan bersyarat kepada
umat Kristiani dan umat
Islam untuk mengadakan
ritual-ritual dan upacara-
upacara keagamaan.
Tauhid Fitri Menurut
Pandangan Ayat dan Riwayat
Rahasia besar fitrah manusia
yang baru berhasil di ungkap
para ilmuan besar dewasa
ini pada dasarnya telah
disinggung dalam al-Quran
yang diturunkan kepada
Nabi umat Islam semanjak
empat belas abad lalu,
dimana dalam sebuah ayat
Allah Swt berfirman:
Maka hadapkanlah wajahmu
kepada agama secara lurus,
fitrah Allah dimana Ia
menciptakan manusia
berdasarkan fitrah itu. Tidak
ada perubahan dalam
ciptaan Allah. Itulah agama
yang benar, tetapi kebanykan
manusia tidak
mengetahuinya (ar-Rum: 30)
Yang dimaksud dengan
agama yang lurus dalam ayat
ini -yang berdasarkannya
manusia diciptakan- adalah
agama tauhid, dengan
demikian ayat ini
menyatakan secara gamblang
bahwa segala penyelewengan
dan pengingkaran terhadap
tauhid merupakan suatu
yang bertentangan dengan
fitrah manusia dan praktek
tersebut tidak akan memiliki
basis yang kuat dalam diri
manusia.
Rahasia besar fitrah manusia
yang baru berhasil di ungkap
para ilmuan besar dewasa
ini pada dasarnya telah
disinggung dalam al-Quran
yang diturunkan kepada
Nabi umat Islam semanjak
empat belas abad lalu,
dimana dalam sebuah ayat
Allah Swt berfirman:
Maka hadapkanlah wajahmu
kepada agama secara lurus,
fitrah Allah dimana Ia
menciptakan manusia
berdasarkan fitrah itu. Tidak
ada perubahan dalam
ciptaan Allah. Itulah agama
yang benar, tetapi kebanykan
manusia tidak
mengetahuinya (ar-Rum: 30)
Yang dimaksud dengan
agama yang lurus dalam ayat
ini -yang berdasarkannya
manusia diciptakan- adalah
agama tauhid, dengan
demikian ayat ini
menyatakan secara gamblang
bahwa segala penyelewengan
dan pengingkaran terhadap
tauhid merupakan suatu
yang bertentangan dengan
fitrah manusia dan praktek
tersebut tidak akan memiliki
basis yang kuat dalam diri
manusia.
Saat menafsirkan ayat ini
Imam Shadiq As bersabda:
mereka diciptakan
berdasarkan Tauhid [18] .
Seorang pemuda yang telah
lelah dan dibingungkan
dengan segala argumen
filsafat dan rasional datang
ke hadapan Imam Shadiq as
dan memohon kepada beliau
untuk menuntunnya
menemukan Tuhannya. Imam
Shadiq as dengan membawa
contoh yang berakar dari
ayat [19] berkehendak
membangkitkan fitrah
pemuda itu, seraya
bersabda: Apakah engkau
pernah berpergian
menyebrangi lautan dan
menaiki bahtera?
Pemuda tersebut menjawab:
Ya saya pernah
melakukannya.
Imam kembali bertanya:
Imam Shadiq As bersabda:
mereka diciptakan
berdasarkan Tauhid [18] .
Seorang pemuda yang telah
lelah dan dibingungkan
dengan segala argumen
filsafat dan rasional datang
ke hadapan Imam Shadiq as
dan memohon kepada beliau
untuk menuntunnya
menemukan Tuhannya. Imam
Shadiq as dengan membawa
contoh yang berakar dari
ayat [19] berkehendak
membangkitkan fitrah
pemuda itu, seraya
bersabda: Apakah engkau
pernah berpergian
menyebrangi lautan dan
menaiki bahtera?
Pemuda tersebut menjawab:
Ya saya pernah
melakukannya.
Imam kembali bertanya:
Apakah perahumu pernah
mengalami kerusakan dimana
saat itu tidak ada perahu
lain yang dapat
menyelamatkanmu dan kamu
pun tidak dapat berenang?.
Pemuda menjawab: Ya wahai
putera Rasulullah sunguh
kejadian ini telah aku alami.
Imam melanjutkan: apakah
pada saat itu terlintas di
benakmu bahwa ada sesuatu
yang mampu
menyelamatkanmu dari
kematian?
Ya, jawabnya.
mengalami kerusakan dimana
saat itu tidak ada perahu
lain yang dapat
menyelamatkanmu dan kamu
pun tidak dapat berenang?.
Pemuda menjawab: Ya wahai
putera Rasulullah sunguh
kejadian ini telah aku alami.
Imam melanjutkan: apakah
pada saat itu terlintas di
benakmu bahwa ada sesuatu
yang mampu
menyelamatkanmu dari
kematian?
Ya, jawabnya.
Imam bersabda: Sungguh
yang kamu rasakan Dialah
Tuhan yang Maha Kuasa
yang dapat
menyelamatkanmu dan
memenuhi kebutuhanmu
saat tidak ada sarana lainnya
yang mampu menolongmu.
Dalam kesempatan ini ada
baiknya kalau kita mengutip
ucapan sebagian ilmuan
besar.
yang kamu rasakan Dialah
Tuhan yang Maha Kuasa
yang dapat
menyelamatkanmu dan
memenuhi kebutuhanmu
saat tidak ada sarana lainnya
yang mampu menolongmu.
Dalam kesempatan ini ada
baiknya kalau kita mengutip
ucapan sebagian ilmuan
besar.
John Jacque Rousseau
mengatakan: Jalan mengenal
Tuhan tidak hanya terbatas
pada metode rasional, atau
rasa ragu dan khayalan, akan
tetapi kecenderungan fitrah
merupakan jalan terbaik
untuk membuktikan masalah
ini.
mengatakan: Jalan mengenal
Tuhan tidak hanya terbatas
pada metode rasional, atau
rasa ragu dan khayalan, akan
tetapi kecenderungan fitrah
merupakan jalan terbaik
untuk membuktikan masalah
ini.
Kecenderungan beragama
merupakan elemen asli yang
permanen dan merupakan
tabiat ruh manusia,
meskipun dengan diterpa
berbagai propaganda, bagian
intinya tidak akan
mengalami perubahan.
Kecenderugan fitri secara
tidak disadari muncul dari
batin seseorang yang paling
mendalam, dan ia
merupakan dimensi keempat
ruh manusia yang memiliki
indepedensi sebagaimana
tiga dimensi lainnya.
merupakan elemen asli yang
permanen dan merupakan
tabiat ruh manusia,
meskipun dengan diterpa
berbagai propaganda, bagian
intinya tidak akan
mengalami perubahan.
Kecenderugan fitri secara
tidak disadari muncul dari
batin seseorang yang paling
mendalam, dan ia
merupakan dimensi keempat
ruh manusia yang memiliki
indepedensi sebagaimana
tiga dimensi lainnya.
Pascal mengatakan:
Masyarakat umum tidak
dapat memahami bahwa
yang menyadari keberadaan
Tuhan adalah hati bukan akal.
Alexis Carrel mengatakan:
Masyarakat umum tidak
dapat memahami bahwa
yang menyadari keberadaan
Tuhan adalah hati bukan akal.
Alexis Carrel mengatakan:
Dorongan religius merupakan
getaran yang muncul dari
kedalaman fitrah kita, sudah
merupakan tabiat manusia
sebagaiman ia butuh makan
dan minum, ia pun butuh
kepada Tuhan.
getaran yang muncul dari
kedalaman fitrah kita, sudah
merupakan tabiat manusia
sebagaiman ia butuh makan
dan minum, ia pun butuh
kepada Tuhan.
Pascal mengatakan: Hati
memberikan kesaksian akan
keberadaan Tuhan bukan
akal dan iman, dengan jalan
inilah Dia dapat digapai.
memberikan kesaksian akan
keberadaan Tuhan bukan
akal dan iman, dengan jalan
inilah Dia dapat digapai.
Will Durant mengatakan:
Keimanan merupakan perkara
yang alami dan dapat
menumbuhkan sejumlah
kecenderungan dan
dorongan yang kita miliki.
Keimanan merupakan perkara
yang alami dan dapat
menumbuhkan sejumlah
kecenderungan dan
dorongan yang kita miliki.
Paul Colorants Abrasively
mengatakan: Kemampuan
manusia dalam merasakan
kehadiran Sang Pencipta
yang berada di luar
pemahaman dan
kesadarnnya, merupakan
bukti yang kongkret akan
keberadaan Tuhan.
mengatakan: Kemampuan
manusia dalam merasakan
kehadiran Sang Pencipta
yang berada di luar
pemahaman dan
kesadarnnya, merupakan
bukti yang kongkret akan
keberadaan Tuhan.
Dari sejumlah ucapan di atas
jelaslah bahwa ruh manusia
memiliki dimensi yang
disebut dengan
kecenderungan beragama,
dorongan religius atau
dorongan mencari Tuhan.dan
seluruh individu manusia -
menghendaki atau tidak-
dengan sendirinya ia akan
tergiring ke arahnya sesuai
kadar kekuatan fitrah yang
dimilikinya. Dorongan ini
tidak akan muncul kecuali
dari diri dan tabiat manusia
itu sendiri dan segala
konklusi yang dihasilkannya
sama sekali tidak berpijak
pada kaedah ilmiah,
argumentasi dan rasio
bahkan pada hukum
kausalitas -yang biasa
difahami kalangan umum-
sekalipun. Oleh karena itu
kita harus membedakan
antara Tauhid Fitri dan
Tauhid Istidlali yang
berpijak pada argumen-
argumen rasional dan ilmiah,
meskipun banyak ahli teolog
yang menyamaratakan dan
tidak membedakan kedua
macam Tauhid ini.
Motivasi Manusia Dalam
Mencari Tuhan
jelaslah bahwa ruh manusia
memiliki dimensi yang
disebut dengan
kecenderungan beragama,
dorongan religius atau
dorongan mencari Tuhan.dan
seluruh individu manusia -
menghendaki atau tidak-
dengan sendirinya ia akan
tergiring ke arahnya sesuai
kadar kekuatan fitrah yang
dimilikinya. Dorongan ini
tidak akan muncul kecuali
dari diri dan tabiat manusia
itu sendiri dan segala
konklusi yang dihasilkannya
sama sekali tidak berpijak
pada kaedah ilmiah,
argumentasi dan rasio
bahkan pada hukum
kausalitas -yang biasa
difahami kalangan umum-
sekalipun. Oleh karena itu
kita harus membedakan
antara Tauhid Fitri dan
Tauhid Istidlali yang
berpijak pada argumen-
argumen rasional dan ilmiah,
meskipun banyak ahli teolog
yang menyamaratakan dan
tidak membedakan kedua
macam Tauhid ini.
Motivasi Manusia Dalam
Mencari Tuhan
Apakah yang memotivasi
manusia dalam mencari
Tuhan, agama dan segala
yang metafisikal? Pertanyaan
inilah yang biasanya
dilontarkan oleh orang-orang
materialis. Para pakar
psikologi dan sosiologi
mencoba untuk menjawab
pertanyaan tersebut dengan
menyebutkan sejumlah faktor
yang ada, yang akan menjadi
obyek kajian kita saat ini.
manusia dalam mencari
Tuhan, agama dan segala
yang metafisikal? Pertanyaan
inilah yang biasanya
dilontarkan oleh orang-orang
materialis. Para pakar
psikologi dan sosiologi
mencoba untuk menjawab
pertanyaan tersebut dengan
menyebutkan sejumlah faktor
yang ada, yang akan menjadi
obyek kajian kita saat ini.
Setelah mengkaji akan
kecenderungan beragama
secara luas, jawaban dari
pertanyaan di atas akan
terasa sangat jelas, karena
kesadaran manusia untuk
mencari dan mengkaji
permasalahan religius
semacam ini, -tidak lain-
dibangkitkan oleh dorongan
fitrahnya yang bersumber
dari batinnya yang paling
mendalam.
kecenderungan beragama
secara luas, jawaban dari
pertanyaan di atas akan
terasa sangat jelas, karena
kesadaran manusia untuk
mencari dan mengkaji
permasalahan religius
semacam ini, -tidak lain-
dibangkitkan oleh dorongan
fitrahnya yang bersumber
dari batinnya yang paling
mendalam.
Pertanyaan ini mirip dengan
pertanyaan kita Mengapa
manusia memiliki
kecenderungan untuk hidup
bermasyarakat? atau Sejak
kapan manusia memiliki
kecintaan terhadap dirinya,
jabatan, kekayaan dan
lainnya?, pertanyaan-
pertanyaan ini memiliki
jawaban yang sama yaitu,
kecenderungan terhadap hal
tersebut merupakan naluri
dan fitrah manusia yang
telah menjadi bagian dari
penciptaannya. Oleh
karenanya selama manusia
tetap ada, dengan segala
macam pola, kesadaran
terhadap hal-hal seperti ini
akan selalu ada dalam
dirinya.
pertanyaan kita Mengapa
manusia memiliki
kecenderungan untuk hidup
bermasyarakat? atau Sejak
kapan manusia memiliki
kecintaan terhadap dirinya,
jabatan, kekayaan dan
lainnya?, pertanyaan-
pertanyaan ini memiliki
jawaban yang sama yaitu,
kecenderungan terhadap hal
tersebut merupakan naluri
dan fitrah manusia yang
telah menjadi bagian dari
penciptaannya. Oleh
karenanya selama manusia
tetap ada, dengan segala
macam pola, kesadaran
terhadap hal-hal seperti ini
akan selalu ada dalam
dirinya.
Selain itu, ada faktor lain
yang tidak kalah besar
pengaruhnya dalam
memotivasi manusia untuk
mencari Tuhannya, faktor
tersebut adalah rasio dan
akal dimana dengan berpikir
secara sederhana, seseorang
dapat membuktikan
keberadaan Tuhan. Contoh
kongkritnya adalah kaidah
rasional yang mengatakan
segala sesuatu tidak akan
terjadi tanpa sebab dari
kaedah sederhana ini
manusia dapat membuktikan
bahwa keberadaan dirinya,
alam semesta beserta isinya,
mengharuskan adanya
penyebab yang memiliki
pengetahuan dan kekuasaan
mutlak, Dia tidak lain adalah
Tuhan yang Maha Kuasa.
Dengan kata lain, selain
kecenderungan bergama ada
kecenderungan lain yang
mendorong manusia untuk
menemukan Tuhannnya, ia
adalah rasa ingin tahu yang
dimiliki manusia yang telah
mendorongnya untuk
mengkaji dan menganalisa
segala fenomena alam dan
kehidupan, dan yang telah
menjadikan sejumlah ilmuan
meninggalkan kehidupannya
yang mengasyikkan untuk
mengahabiskan umurnya di
dalam lab-lab dan pusat-
pusat penelitian guna
menyingkap sejumlah rahasia
alam semesta.
yang tidak kalah besar
pengaruhnya dalam
memotivasi manusia untuk
mencari Tuhannya, faktor
tersebut adalah rasio dan
akal dimana dengan berpikir
secara sederhana, seseorang
dapat membuktikan
keberadaan Tuhan. Contoh
kongkritnya adalah kaidah
rasional yang mengatakan
segala sesuatu tidak akan
terjadi tanpa sebab dari
kaedah sederhana ini
manusia dapat membuktikan
bahwa keberadaan dirinya,
alam semesta beserta isinya,
mengharuskan adanya
penyebab yang memiliki
pengetahuan dan kekuasaan
mutlak, Dia tidak lain adalah
Tuhan yang Maha Kuasa.
Dengan kata lain, selain
kecenderungan bergama ada
kecenderungan lain yang
mendorong manusia untuk
menemukan Tuhannnya, ia
adalah rasa ingin tahu yang
dimiliki manusia yang telah
mendorongnya untuk
mengkaji dan menganalisa
segala fenomena alam dan
kehidupan, dan yang telah
menjadikan sejumlah ilmuan
meninggalkan kehidupannya
yang mengasyikkan untuk
mengahabiskan umurnya di
dalam lab-lab dan pusat-
pusat penelitian guna
menyingkap sejumlah rahasia
alam semesta.
Seseorang biasa menyaksikan
pepohonan yang tumbang
atau tercabut akarnya
dikarenakan hembusan angin
yang kencang, disaat ia
menyaksikan hal semacam
ini berkali-kali, maka akan
muncul di benaknya sebuah
kaedah rasional yang
sederhana Bahwa
tumbangnya pepohonan
tidak akan terjadi begitu
saja tanpa sebab. Dengan
menyakini kaedah ini, ia
akan berfikir sesuatu yang
lebih luas lagi, apakah
mungkin keberadaan alam
semesta ini tidak ada
Penyebab yang Maha Kuasa -
sebagai sumber kehidupan
dan seluruh keberadaan-
yang telah menciptakan alam
ini beserta isinya?.
pepohonan yang tumbang
atau tercabut akarnya
dikarenakan hembusan angin
yang kencang, disaat ia
menyaksikan hal semacam
ini berkali-kali, maka akan
muncul di benaknya sebuah
kaedah rasional yang
sederhana Bahwa
tumbangnya pepohonan
tidak akan terjadi begitu
saja tanpa sebab. Dengan
menyakini kaedah ini, ia
akan berfikir sesuatu yang
lebih luas lagi, apakah
mungkin keberadaan alam
semesta ini tidak ada
Penyebab yang Maha Kuasa -
sebagai sumber kehidupan
dan seluruh keberadaan-
yang telah menciptakan alam
ini beserta isinya?.
Benak seorang anak kecil
selalu dipenuhi oleh
berbagai soalan dan
pertanyaan, dan rasa ingin
tahunya ini tidak akan
terpuaskan kecuali setelah ia
mendapatkan jawaban dari
pertanyaan yang biasa
dilontarkan kepada kedua
orang tuanya. Dari segi
pemahaman, pemikiran dan
kecerdasan, masyarkat
primitif pun tidak kalah
dengan anak kecil zaman
sekarang yang berusia enam
tahun. Dapat dipastikan
bahwa dalam benak mereka
pun terlintas pertanyaan-
pertanyaan seputar
keberadaan dirinya dan alam
semesta, dimana pada
akhirnya mereka akan
memuaskan rasa
keingintahuannya dengan
menyakini keberadaan Sang
Pencipta.
selalu dipenuhi oleh
berbagai soalan dan
pertanyaan, dan rasa ingin
tahunya ini tidak akan
terpuaskan kecuali setelah ia
mendapatkan jawaban dari
pertanyaan yang biasa
dilontarkan kepada kedua
orang tuanya. Dari segi
pemahaman, pemikiran dan
kecerdasan, masyarkat
primitif pun tidak kalah
dengan anak kecil zaman
sekarang yang berusia enam
tahun. Dapat dipastikan
bahwa dalam benak mereka
pun terlintas pertanyaan-
pertanyaan seputar
keberadaan dirinya dan alam
semesta, dimana pada
akhirnya mereka akan
memuaskan rasa
keingintahuannya dengan
menyakini keberadaan Sang
Pencipta.
Sepanjang sejarah perjalan
ilmu pengetahuan berbagai
teori yang keliru
bermunculan silih berganti,
jika kesalahan teori yang ada
telah terungkap, maka teori
baru pun akan segera
mencuat. Tidak ada yang
memungkiri bahwa
kecenderungan manusia
untuk mengkaji wacana-
wacana ilmiah seperti ini
baik yang keliru atau benar-
didorong oleh rasa
keingintahuan yang
dimilikinya, dan tidak ada
seorang ilmuan pun yang
mengatakan bahwa
kecenderungan ini
disebabkan faktor lain selain
pikiran dan akal manusia.
Jika bermunculannya teori-
teori ilmiah kita katakan
sebagai akibat dari rasa
keingintahuan manusia, dan
tidak menganggapnya
sebagai akibat dari kondisi
psikologis atau sosiologis,
lantas mengapa berkenaan
dengan kajian akan asal-usul
penciptaan dan awal
keberadaan, kita tidak
mengatakan seperti itu?
Orang-orang yang
mengingkari akal dan pikiran
sebagai faktor munculnya
keyakinan manusia terhadap
Tuhan, agama dan segala
yang metafisik, selalu
berusaha menafsirkan faktor
kemunculannya sesuai
dengan pandangan sebagian
sosiolog dan psikolog, dan
mengatakan bahwa
kemunculan keyakinan diatas
sama sekali bukan
dikarenakan faktor akal,
pikiran dan fitrah manusia,
akan tetapi ia merupakan
akibat dari kondisi psikologis
dan sosiologis seseorang.
Pandangan di atas sama
sekali tidak dapat
dibenarkan kecuali jika
memang yang menjadi
obyeknya adalah sejumlah
keyakinan dan pemikiran
yang tidak rasional yang
muncul akibat kondisi
psikologis atau sosiologis
penganutnya yang sama
sekali tidak berakar pada
akal dan fitrahnya.
Contohnya, kenyakinan akan
suatu yang dapat membawa
keberuntungan, hari-hari
sial, ramalan keburukan yang
disimpulkan dari hewan atau
satu kejadian dan berbagai
takhayul lainnya. Keyakinan-
keyakinan seperti ini sama
sekali tidak bersandarkan
pada akal, pikiran dan fitrah
manusia, jika para psikolog
dan sosiolog ingin mengkaji
sebuah pemikiran umat atau
masyarakat tertentu, maka
hanya ruang-ruang inilah
yang dapat dijamahnya.
Masalah-masalah ini
merupakan lahan bagi para
psikolog dan sosiolog untuk
mengutarakan gagasannya
dan menelusuri penyebab
kemunculannya, dan dengan
menganalisa dengan teliti
niscaya faktor
kemunculannya pun akan
segera terungkap.
ilmu pengetahuan berbagai
teori yang keliru
bermunculan silih berganti,
jika kesalahan teori yang ada
telah terungkap, maka teori
baru pun akan segera
mencuat. Tidak ada yang
memungkiri bahwa
kecenderungan manusia
untuk mengkaji wacana-
wacana ilmiah seperti ini
baik yang keliru atau benar-
didorong oleh rasa
keingintahuan yang
dimilikinya, dan tidak ada
seorang ilmuan pun yang
mengatakan bahwa
kecenderungan ini
disebabkan faktor lain selain
pikiran dan akal manusia.
Jika bermunculannya teori-
teori ilmiah kita katakan
sebagai akibat dari rasa
keingintahuan manusia, dan
tidak menganggapnya
sebagai akibat dari kondisi
psikologis atau sosiologis,
lantas mengapa berkenaan
dengan kajian akan asal-usul
penciptaan dan awal
keberadaan, kita tidak
mengatakan seperti itu?
Orang-orang yang
mengingkari akal dan pikiran
sebagai faktor munculnya
keyakinan manusia terhadap
Tuhan, agama dan segala
yang metafisik, selalu
berusaha menafsirkan faktor
kemunculannya sesuai
dengan pandangan sebagian
sosiolog dan psikolog, dan
mengatakan bahwa
kemunculan keyakinan diatas
sama sekali bukan
dikarenakan faktor akal,
pikiran dan fitrah manusia,
akan tetapi ia merupakan
akibat dari kondisi psikologis
dan sosiologis seseorang.
Pandangan di atas sama
sekali tidak dapat
dibenarkan kecuali jika
memang yang menjadi
obyeknya adalah sejumlah
keyakinan dan pemikiran
yang tidak rasional yang
muncul akibat kondisi
psikologis atau sosiologis
penganutnya yang sama
sekali tidak berakar pada
akal dan fitrahnya.
Contohnya, kenyakinan akan
suatu yang dapat membawa
keberuntungan, hari-hari
sial, ramalan keburukan yang
disimpulkan dari hewan atau
satu kejadian dan berbagai
takhayul lainnya. Keyakinan-
keyakinan seperti ini sama
sekali tidak bersandarkan
pada akal, pikiran dan fitrah
manusia, jika para psikolog
dan sosiolog ingin mengkaji
sebuah pemikiran umat atau
masyarakat tertentu, maka
hanya ruang-ruang inilah
yang dapat dijamahnya.
Masalah-masalah ini
merupakan lahan bagi para
psikolog dan sosiolog untuk
mengutarakan gagasannya
dan menelusuri penyebab
kemunculannya, dan dengan
menganalisa dengan teliti
niscaya faktor
kemunculannya pun akan
segera terungkap.
Adapun keyakinan-keyakinan
yang sesuai dengan hati
nurani dan menyatu dengan
hakikat dan ruh manusia
yang berbasis logika dan
rasional, sama sekali tidak
ada kaitannya dengan ilmu
sosiologi dan psikologi, oleh
karena itu para pakar di
bidang ini tidak memiliki
ruang untuk mengutarakan
pandangannya.
yang sesuai dengan hati
nurani dan menyatu dengan
hakikat dan ruh manusia
yang berbasis logika dan
rasional, sama sekali tidak
ada kaitannya dengan ilmu
sosiologi dan psikologi, oleh
karena itu para pakar di
bidang ini tidak memiliki
ruang untuk mengutarakan
pandangannya.
Lebih Menarik Lagi: