dia selalu setia,
bercengkerama bersama putik-putik akasia meski tanpa bahasa apa,
toh ada pertalian semesta berbayang rembulan di pinggir peraduan
ataupun mendung-mendung awan yang berkasih teteskan hujan
dia selalu datang, kala baskara mengantuk dan tenggelam lalu putih cahaya berganti dengan merah saga temaram
bak tembaga yang ditempa tangan-tangan seni perkasa
berkulit legam sama, dia juga sedang mengukir punggung gelap agar menjadi bagian malam
dia selalu tertawa entah apa cerita
pada mereka yang menghampiri
lalu mengajak pergi
kadang kembali dan terkadang esok malam, baru menghampiri
malam ini sepi tak ada yang bersandar
di batang akasia yang menanti
seperti kemarin
hari-hari di pinggir jalan ini
sosok itu tlah pergi
sejak sirine meraung-raung
semalam tadi
Lebih Menarik Lagi: