Persepsi, pikiran, dan emosi, menurut paham Instrumentalisme adalah lebih dulu (apriori) dari bahasa;dengan di tuturkan maka persepsi, pikiran, dan emosi dikomunikasikan kepada orang lain. Sebaliknya Determinisme berdalil bahwaali bahasa berfungi sebagai syarat bagi persepsi, kognisi, dan emosi, dari sinilah apabila kemudian dikatakan bahwa pengalaman peseorangan terhadap keyataan merupakan suatu fungsi dari bahasa masyarakat yang bersangkutan (hipotesis whorfsapir).
B.Pikiran, bahasa dan reaitas
Berfikir berarti membiarkan realitas terjadi sebagai peristiwa bahasa kendati manusia senantiasa sudah berada di dalam situasi interprestasi tertentu [vorhabe,vorgriff,vorsicht], realitaslah yang lebih dulu pada awal mulanya merupakan sumber dan asal mula pikiran. Oleh sebab itu, berfikir adalah menerima , sedangkan berterimakasih dan berbicara adalah mendengarkan. Sedangkan tugas pemikir adalah menjaga terjadinya peristiwa realitas dengan penuh kesayangan.
Proses perjalanan menuju bahasa juga merupakan proses prjalanan menuju berfikir. Dikarenakan realitas tetap senantiasa berupa hal yang tak kunjung habis di fikirkan dan hal yang tak kunjung selesai dikatakan. Realitas sebagai pembangkit kegiatan berfikir merupakan bahasa yang sejati. Dan bahasa adalah jawaban manusia terhadap panggilan realitas kepadanya.
Dalam berkata yang benar-benar, realitas dikatakan. Dengan berpikir dan berkata, manusia meng-kata-kan realitas, dan baru didalam peng-kata-an inilah reaitas dapat tampil dan tampak. Begitulah pikiran bahasa dan ealtas senantiasa tidak berjauhan, senantiasa berkumpul. Tiada pikian dan bahasa tampa realitas, tiada realitas tampa pikiran dan bahasa
Berpikir yang pada hakikatnya bersifat membangun (konstruktif) tidak berhenti pada polo-pola, pada teori-teori, pada pagar-pagar.” Conventional wisdom” atau pada tembok-tembok system.sistem-sistem justru sering diterobos untuk dapat mendengar suara realita secara lebih cepat.
Lebih Menarik Lagi: