Memahami Ridha.
Ridha merupakan kedudukakan yang mulia. ia merupakan anugrah bukan hasil dari upaya seorang hamba.
Ridha merupakan kata serapan dari bahasa Arab
yang berarti rela. Ridha berasal dari kata radhiya - yardha
yang artinya dengan senang hati atau rela.
Menurut syariat Islam, ridha dimaksudkan dengan
sikap menerima atas segala yang diberikan Allah
Swt. tentu dengan hati yang senang.
Penerimaan
ini secara menyeluruh terhadap hukum atau
peraturan-peraturan dari Allah Swt. maupun
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan Allah.
Hukum Allah Swt. ini tercantum dalam kitab suci
Alquran dan dalam Hadis sahih, sedangkan
ketentuan-Nya ada dalam kehidupan keseharian
para hamba-Nya.
Sikap ridha benar-benar harus
ditunjukkan, bukan hanya dirasakan dan diniatkan
saja. Ridha terhadap ketentuan-Nya harus
ditunjukkan dengan perilaku, baik ketika
menerima nikmat maupun tatkala ditimpa
musibah.
Jika ketentuan Allah Swt. tersebut menyenangkan
dan membahagiakan, hampir semua manusia
sudah dipastikan akan ridha, namun tidak
demikian dengan ketentuan yang menyedihkan.
Banyak manusia yang gelisah dan merasa sangat
terbebani dengan keadaan kurang baik yang
menimpa dirinya.
Ridha terhadap kekayaan
misalnya akan lebih mudah daripada ridha
terhadap kemiskinan dan kerugian. Demikian pula
dengan ridha terhadap keadaan menyedihkan lain,
seperti kehilangan barang, pangkat, kedudukan,
ataupun kematian anggota keluarganya.
Sungguh bukan hal mudah untuk ridha terhadap
ketentuan-ketentuan tersebut, kecuali orang yang
beriman dan memiliki sifat ridha terhadap takdir.
Penting bagi setiap umat Islam untuk memiliki
sifat ridha terhadap segala hukum dan ketentuan
Allah Swt.
Seseorang yang memiliki sifat ridha
bisa lebih merasakan adanya keikhlasan dan
kebahagiaan dalam setiap langkahnya.
Tak ada rasa bimbang atau kecewa atas pengorbanan
yang dilakukannya. Tak ada kata dan rasa
menyesal terhadap kehidupan yang diberikan oleh
Allah Swt.. Terbuang jauh perasaan iri dan dengki
terhadap kesempatan, kenikmatan, dan
kebahagiaan yang diperoleh oleh orang lain.
Keyakinan bahwa semua kenikmatan dan cobaan
hanya datang dari Allah Swt. membuat seseorang
yang ridha merasa tegar, lapang dada, dan selalu
ikhlas menerima segala ketentuan-Nya. Meskipun
bara api semangat tetap terpancar untuk
memenuhi kewajiban sebagai seorang manusia
yang harus berusaha atau berikhtiar untuk
mencapai hasil terbaik.
Mengapa harus berusaha? Tentu saja setiap
manusia perlu berusaha sesuai dengan
kemampuannya masing-masing. Ridha bukan
Berarti pasrah dan berputus asa, mengucap
bahwa semua yang terjadi adalah karena takdir-
Nya tanpa mau berusaha untuk keluar dari
kesulitan yang dihadapi. Berputus asa sendiri
merupakan sikap yang tidak disukai oleh Allah. Sebagaimana firman-Nya"La tahinu wa la tahzanu. Artinya Janganlah kalian lemah dan bersedi.
Allah pun menjanjikan kepada hambanya untuk
senantiasa memiliki sikap ridah. Dengan memiliki
sikap demikian itulah maka Allah akan
memberikan pahala. Selain itu, tentu Allah akan
memberikan jalan keluar bagi semua
permasalahan yang sedang dihadapi.
Allah Swt. berfirman yang artinya:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna
lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun” yang berarti
Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan
kepada-Nya-lah kami kembali."
Kalimat tersebut dinamakan kalimat istirjaa
(pernyataan kembali kepada Allah).
Disunatkan
menyebutnya waktu ditimpa marabahaya, baik itu
musibah besar maupun musibah yang kecil. (QS.
Al-Baqarah ayat 155-156)
Sikap Ridha
Perilaku ridha yang bisa kita lakukan di kehidupan
ini ada banyak. Meskipun semua itu tidaklah
mudah untuk diaplikasikan. Berikut merupakan
aplikasi manusia dalam sikap ridha.
Bersabar dalam melakukan kewajiban dengan
segala kesungguhan usaha atau ikhtiar yang
dijalani dengan penuh tanggung
jawab.
Tak pernah berhenti mengingat dan
mengagungkan Allah Swt.. Menjalankan segala
ketentuan wajib dengan ikhlas dan senang hati,
seperti shalat, puasa, zakat, dan berhaji.
Tak pernah merasa iri hati atas kelebihan yang
dimiliki oleh orang lain dan tak pernah ingin
dipuji atas keberhasilan usahanya.
Selalu mengucap rasa syukur dari hati yang
ikhlas atas segala nikmat, rahmat, dan segala
hidayah dari Allah Swt.
Beramal saleh dan berbuat baik terhadap
sesama manusia dan makhluk Allah lainnya
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Berbagi dengan sesama dan turut membantu
apabila ada yang membutuhkan.
Memiliki hati yang ikhlas dan kerelaan yang
sebenarnya terhadap segala takdir yang
ditetapkan oleh Allah Swt.. Seperti kita ketahui
bahwa takdir tersebut tidak selamanya baik
dan menyenangkan, adapula takdir yang
menyedihkan.
Tingkatan Ridha
Sikap ridha bisa dilakukan kepada siapa saja.Dan saking perlunya maka sikap ridha ini
memiliki tingkatannya tersendiri.
Berikut yang menjadi tingkatan
dari ridha.
a. Ridha pada Allah
Ridha kepada Allah Swt. adalah fardhu bagi
setiap umat pemeluk Islam. Ridha terhadap
adanya Allah Swt. sebagai satu-satunya Tuhan
yang patut disembah. Hanya kepada-Nyalah kita
berdoa dan bermunajat. Ridha kepada Allah Swt.
ini tertuang dalam kalimat syahadat “Laa Ilaa ha
Ilallah“ yang berarti Tiada Tuhan melainkan hanya
Allah Swt. semata.
b. Ridha pada Hukum Allah
Ridha terhadap semua yang telah ditetapkan
dalam hukum dan ketentuan Allah Swt..
Menerima segala perintah-Nya dan
menjalankannya dengan sepenuh hati. Mematuhi
segala larangan-Nya dan menghindarinya dengan
sepenuh hati pula.
Tak ada kata malas, enggan,
atau menunda kewajiban sebagai seorang hamba
Allah Swt.. Tak ada pula kata ragu untuk
meninggalkan hal buruk yang telah dilarang-Nya
sesuai dengan tuntunan Alquran dan Hadis.
c. Ridha pada Qada Allah
Ridha terhadap segala ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Allah Swt.. Ridha terhadap apa
yang diterima atau dialami sebagai takdir dan
ridha pula terhadap takdir orang lain.
Dengan begitu, tak pernah tumbuh perasaan iri hati dan
dengki sehingga bisa menyesatkan dan membuat
terperosoknya iman kita kepada Allah Swt..
Semua yang telah ditetapkan-Nya adalah hal
terbaik bagi semua makhluk-Nya meskipun
terkadang kita berpikiran sebaliknya.
Sikap Ridha
Sikap ridha itu bermacam-macam, di antaranya:
a. Ridha pada Perintah dan Larangan Allah
Ketika seorang hamba ridha terhadap perintah
Allah Swt. maka Allah pun akan meridhai kita.
Allah berfirman yang artinya:
“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga
'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah
ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha
kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan)
bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” ( QS.
Al-Bayyinah ayat 8)
Alangkah bahagianya seseorang yang diridhai
Allah Swt.. Segala yang diridhai oleh Allah
menjadikan barokah bagi semua makhluk-Nya.
b. Ridha pada Takdir Allah
Ridha terhadap takdir dari Allah Swt., baik yang
menimpa diri kita ataupun yang menimpa orang
lain. Ketika kita ridha terhadap tadir-Nya maka
kita akan mendapatkan pahala dari Allah Swt..
Namun, ketika keridhaan tersebut musnah maka
kita tak akan mendapat pahala dari takdir yang
telah ditetapkan-Nya. Misalnya ada seseorang
yang sakit batuk dan pilek.
Selain berusaha untuk menyembuhkan dengan
obat, dia ridha terhadap penyakit yang diberikan
oleh Allah kepadanya. Maka seseorang tersebut
bisa jadi akan mendapatkan pahala dari Allah
Swt.. Pahala akan keridhaannya menerima
penyakit dengan tetap berusaha untuk sembuh
dari penyakitnya tersebut. Tindakan untuk
berobat dimaksudkan sebagai cara atau usaha
untuk sembuh. Bukan sebagai langkah untuk
melawan takdir yang telah ditetapkan oleh Allah
Swt..
Demikian pula ridha terhadap takdir yang
menimpa orang lain akan menumbuhkan sikap
ikhlas dan bahagia melihat orang lain berbahagia.
Tak ada perasaan iri dan benci yang justru akan
merusak dan menghantui bagi mereka yang tidak
ridha terhadap takdir-Nya. Misalnya saat ada
tetangga yang membeli mobil baru atau rumah
kedua, bagi mereka yang ridha terhadap takdir
Allah akan dengan senang hati menerimanya.
Senang melihat tetangganya memperoleh rezki
yang melimpah dari Allah Swt.. Berbeda dengan
mereka yang tidak ridha terhadap takdir Allah.
Bisa jadi hidupnya akan menjadi susah ketika
melihat tetangganya berbahagia. Selain
menyusahkan diri sendiri, perasan iri juga tidak
disukai oleh Allah Swt.
c. Ridha pada Perintah Orangtua
Orangtua adalah dua orang yang dijadikan oleh
Allah Swt. sebagai perantara keberadaan kita di
dunia. Oleh karenanya, ridha terhadap perintah
kedua orangtua merupakan salah satu bentuk
keridhaan terhadap Allah Swt. juga. Ridha
terhadap kedua orangtua merupakan salah satu
jalan menuju keridhaan Allah Swt. terhadap diri
seorang hamba-Nya. Sebagaimana firman-Nya
dalam Alquran:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.” (QS. Luqman ayat 14)
Perintah orangtua sejauh hal tersebut tidak
melanggar perintah Allah Swt. haruslah dituruti
oleh setiap anak. Apalagi jika perintah orangtua
tersebut juga termasuk ke dalam perintah Allah
Swt., seperti perintah menjalankan ibadah dan
berbuat kebaikan.
Lebih Menarik Lagi: