Sumber Kehinaan | Blog Legenda Tauhid

Sumber Kehinaan


11.04 |

Tidak akan berkembang biak berbagai cabang
kehinaan itu, kecuali di atas bibit tamak
(kerakusan)
Sifat tamak (rakus) itu adalah bibit dari segala
macam kehinaan dan kerendahan.
Abubakar Al-Warraq Alhakiem berkata :
Andaikan sifat tamak itu ditanyai :
Siapa Ayahmu ? pasti jawabannya, ragu terhadap
takdir Allah.
Apa tujuanmu ? Jawabnya, tidak dapat apa-apa.
Ketika Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra baru masuk
ke mesjid jami' di Basrah, didapatkan banyak
orang yang memberi ceramah di dalamnya, maka
ia menguji mereka dengan beberapa pertanyaan
dan ternyata tidak dapat menjawab dengan tepat,
diusir dan tidak diizinkan memberi ceramah di
mesjid itu.
Dan ketika sampai ke Majelis Alhasan Albasry, lalu
ia bertanya :
Hai pemuda, saya akan bertanya kepadamu
sesuatu jika engkau dapat menjawab, maka aku
izinkan engkau terus mengajar di sini, tetapi jika
engkau tidak dapat menjawab, maka engkau akan
aku usir sebagaimana temanmu yang lainnya yang
telah aku usir itu.
Al Hasan menjawab : tanyakanlah sekehendakmu...
Lalu Sayyidina Ali bertanya, kepada Al Hasan :
Apakah yang dapat mengukuhkan agama ?
Jawab Al Hasan : Wara (yakni berjaga-jaga diri/
menjauh dari segala syubhat dan haram)
Lalu Sayyidina Ali bertanya lagi :
Apakah yang dapat merusak agama ?
Jawaban Al Hasan : tamak (rakus).
Lalu Imam Ali berkata kepadanya : Engkau boleh
tetap mengajar di sini, orang yang seperti engkau
inilah yang dapat memberi ceramah kepada orang.
Seorang guru berkata :
Dahulu ketika dalam permulaan bidayah di
Iskandariyah, pada suatu ketika aku akan membeli
suatu keperluan dari seorang yang mengenal aku,
lalu timbul dalam perasaan hatiku; mungkin ia
tidak akan menerima uangku ini,
tiba-tiba terdengar suara yang berbunyi :
Keselamatan dalam agama hanya dalam
memutuskan harapan dari sesama makhluk.
Wara dalam agama itu menunjukan adanya
keyakinan dan sempurnanya bersandar diri kepada
Allah.
Wara yaitu jika sudah merasa tiada hubungan
antara dia dengan makhluk, baik dalam pemberian
atau penolakan dan semua itu hanya terlihat
langsung dari Allah ta'ala.
Shal bin Abdullah berkata :
Di dalam iman tidak ada pandangan sebab
perantara, sebab itu hanya dalam Islam sebelum
mencapai iman.
Semua hamba pasti akan memakan RizqiNya,
hanya mereka berbeda-beda, Ada yang makan
rizqiNya dengan :
berhina-hina, yaitu peminta-minta.
bekerja keras, yaitu kaum buruh
dengan menunggu, yaitu pedagang yang
menunggu laku dagangannya
rasa mulya, yaitu orang sufi yang merasa tidak ada
perantara dengan Tuhan


Lebih Menarik Lagi:


Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar