Syarat-syarat ilmu
pengatahuan
Ada persyaratan ilmiah sesuatu
dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah
sebagai persyaratan ilmu banyak
terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam
yang telah ada lebih dahulu.
a. Objektif ialah kajian yang
terdiri dari satu golongan masalah
yang sama sifat hakikatnya,
tampak dari luar maupun
bentuknya dari dalam. Dalam
mengkaji objek, yang dicari
adalah kebenaran, yakni
persesuaian antara tahu dengan
objek, sehingga disebut kebenaran
objektif; bukan subjektif
berdasarkan subjek peneliti atau
subjek penunjang penelitian.
b. Metodis berasal dari bahasa
Yunani “Metodos” yang berarti:
cara, jalan. Secara umum metodis
berarti metode tertentu yang
digunakan dan umumnya merujuk
pada metode ilmiah.
c. Sistematis ialah mencoba
mengetahui dan menjelaskan
suatu objek, ilmu harus terurai
dan terumuskan dalam hubungan
yang teratur dan logis sehingga
membentuk suatu sistem yang
berarti secara utuh, menyeluruh,
terpadu, dan mampu menjelaskan
rangkaian sebab akibat
menyangkut objeknya.
d. Universal ialah kebenaran
yang bersifat umum. Contoh:
semua segitiga bersudut 180º.
Karenanya universal merupakan
syarat ilmu yang keempat.
Belakangan ilmu-ilmu sosial
menyadari kadar ke-umum-an
(universal) yang dikandungnya
berbeda dengan ilmu-ilmu alam
mengingat objeknya adalah
tindakan manusia. Karena itu
untuk mencapai tingkat
universalitas dalam ilmu-ilmu
sosial, harus tersedia konteks dan
tertentu pula.
3. Model dan Kriteria Metode
Berpikir Ilmiah
Ditinjau dari sejarah berpikir
manusia, terdapat dua pola berpikir
ilmiah. Yang pertama adalah berpikir
secara rasional, di mana berdasrkan
paham rasionalisme ini, ide tentang
kebenaran sebenarnya sudah ada.
Dengan kata lain, ide tentang
kebenaran, yang menjadi dasar bagi
pengetahuan, diperoleh lewat berpikir
rasional, terlepas dari pengalaman
manusia. (Bayu'zu 2011, hal. 1)
Cara berpikir ilmiah yang kedua
adalah empirisme. Berbeda dengan
orang-orang yang berpikir secara
rasional. Menurut orang-orang yang
berpaham empirisme ini, pengetahuan
ini tidak ada secara apriori di benak
kita, melainkan harus diperoleh lewat
pengalaman.
Adapun kriteria metode berpikir
ilmiah antara lain: (1) berdasarkan
fakta; (2) bebas dari prasangka; (3)
menggunakan prinsip-prinsip analisis;
(4) menggunakan hipotesis; (5)
menggunakan ukuran objektif; (6)
menggunakan teknik kuantifikasi.
(Adib, M. 2011, hal. 137-138)
4. Kelemahan-kelemahan Metode
Berpikir Ilmiah
Pertama, metode ilmiah tidak
dapat digunakan kecuali pada penuh
kajian objek-objek material yang dapat
diindra. Metode ini khusus untuk ilmu-
ilmu eksperimental. Ia dilakukan
dengan cara memperlakukan materi
(objek) dalam kondisi-kondisi dan
faktor-faktor baru yang bukan kondisi
dari faktor yang asli. Melakukan
pengamatan terhadap materi tersebut
serta berbagai kondisi dan faktornya
yang ada, baik yang alami maupun
yang telah mengalami perlakuan. Dari
proses terhadap materi ini, kemudian
ditarik suatu kesimpulan berupa fakta
material yang dapat diindera.
Kedua, metode ilmiah
mengasumsikan adanya penghapuasan
seluruh informasi sebelumnya tentang
objek yang dikaji, dan mengabaikan
keberadaannya. Kemudian memulai
pengematan dan percobaan atas
materi..Setelah melakuakan
pengamatan dan percobaan, maka
selanjutnya adalah melakukan
komparasi dan pemeriksaan yang teliti,
dan akhirnya merumuskan kesimpulan
berdasarkan sejumlah premis ilmiah.
Ketiga, kesimpulan yang didapat
ini adalah bersifat spekulatif atau tidak
pasti (dugaan). Kelemahan-kelemahan
yang ada pada metode ilmiah ini juga
diungkapkan dalam literatur lain.
Misalnya, “Pertama-tama ilmu ilmu
menyadari bahwa masaslah yang
dihadapinya adalah masalah yang
bersifat kongkrit yang terdapat dalam
dunia fisik yang nyata. Secara entologi,
ilmu membatasu dirinya pada
pengkajian yang berada pada ruang
lingkup pengalaman manusia. Hal
inilah yang membedakan antara ilmu
dan agama. Perbedaan antara lingkup
permasalahan yang dihadapinya juga
menyebabkan perbedaan metode dalam
memecahkan masalah tersebut”.
Dinyatakan pula, “proses
pengujian ini tidak sama dengan
pengujian ilmiah yang berdasarkan
kepada tangkapan pancaindera, sebab
pengujian kebenaran agama harus
dilakukan oleh seluruh aspek
kemanusiaan kita seperti penalaran,
perasaan, intuisi, imajinasi disamping
pengalaman”. Demikian juga halnya
dengan bidang bidang sastra yang
termasuk dalam humaniora yang jelas
tidak mempergunakan metode ilmiah
dalam penyusunan tubuh
pengetahuannya”.
Lebih Menarik Lagi: