Kekayaan cara berfikir tidak pernah surut. Artinya terus bertambah dan makin luas. Ini dapat di maklumi karena akal dan fikir itu sendiri ialah wadah/wahana tajalli af,al Allah jalla jalahu. Adapun cara-cara berfikir tersebut adalah sebagai berikut :
1. Metode Tenacity dan Metode
Authority
Metode ini mengajarkan agar
seseorang bertahan dengan
pendiriannya. Tiap orang menurut
metode ini harus memegang teguh apa
yang ia yakini. Secara praktis metode
ini menjanjikan ketenangan dan
keamanan. Jika seseorang dibiarkan
hidup dan berpikir menurut
keyakinannya, maka ia akan puas
dengan dirinya sendiri. Namun meode
ini merupakan pendekatan yang paling
miskin dari semua jenis metode karena
dengan metode ini seseorang tidak
diajak untuk berpikir dan mengajukan
pertanyaan apa pun terhadap
keyakinan-keyakinannya.
Metode yang lebih baik dari method of
tenacy adalah method of authority
(kebenaran berdasarkan otoritas).
Kebenaran menurut metode ini berasal
dari institusi yang memiliki wewenang
untuk mengajarkan banyak orang untuk
beripkir sendiri dan melarang setiap
penelitian pribadi. Institusi cenderung
menuntut ketaatan individu. Asumsi
dasar dari pendekatan ini adalah
bahwa secara intelektual setiap orang
adalah hamba institusi. Dengan metode
ini seseorang sudah mulai
mempertanyakan sesuatu, namun ia
tidak mau memikirkan jawabannya.
Otoritas masih masih menjadi sumber
utama bagi jawaban atas pertannyaan-
pertanyaan.
2. Metode Apriori
Menurut metode ini seseorang
dapat menerima pandangan apa pun
jika sesuai dengan pikirannya tanpa
harus dibuktikan dengan fakta-fakta
empiris yang dapat diamati. Metode ini
jelas lebih baik dibandingkan metode
pertama dan kedua, meskipun harus
diakui metode ini gagal menjelaskan
fakta-fakta empiris dengan baik.
Dengan metode ini setiap orang mulai
mengajukan pertanyaan, menemukan
jawabannya sendiri tetapi jawabannya
tidak mendasar. Hal ini disebabkan
terutama karena jawaban atas
pertanyaan-pertanyaannya sebagian
ditentukan oleh selera pribadi.
Metode ini membiarkan alam
menampakkan diri dan berbicara
kepada ilmuwan. Alam yang diselidiki
adalah dunia yang real, yang sama
sekali tidak bergantung pada pandanga
kita terhadapnya, dan memiliki hukum-
hukum yang tetap. Sementara itu, setiap
orang dapat mengenalnya karena ia
memiliki pemikiran sendiri dan
pengalaman yang memadai. Maka
dengan metode ilmiah, seseorang diajak
untuk mengajukan pertanyaan dan
mencari sendiri jawabannya
berdasarkan pengalamannya tentang
alam. (Adib M, 2011, hal. 90-91)
3. Metode Positisme
Metode ini dikeluarkan oleh
August Comte (1798-18570. Metode ini
berpangkal dari apa yang telah
diketahui, yang faktual, yang positif. Ia
mengesampingkan segala uraian di luar
yang ada sebagai fakta. Oleh karena itu,
ia mrnolak metafisika, Apa yang
diketahui secara positif, adalah segala
yang tampak dan segala gejala. Dengan
demikian metode ini dalam bidang
filsafat dan ilmu pengetahuan dibatasi
kepada bidang gejala-gejala saja.
4. Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya
keterbatasan indra dan akal manusia
untuk memperoleh pengetahuan,
sehingga objek yang dihasilkan pun
akan berbeda-beda, harusnya
dikembangkan satu kemampuan akal
yang disebut dengan intuisi.
Pengetahuan yang diperoleh lewat
intuisi ini bisa diperoleh dengan cara
berkontenplasi seperti yang dilakukan
oleh Al-Gazali.
5. Metode Dialektis
Dalam filsafat, dialektika mula-mula
berarti metode tanya jawab untuk mencapai
kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh
Socrates. Namun Pidato mengartikannya diskusi
logika. Kini dialekta berarti tahap logika, yang
mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-metode
penuturan, juga analisis sistematik tentang ide-
ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam
dan metode peraturan, juga analisis sistematika
tentang ide mencapai apa yang terkandung
dalam pandangannya.
Hegel menggunakan metode dialektis
untuk menjelaskan filsafatnya, lebih luas dari itu.
Menurut Hegel dalam realitas ini berlangsung
dialektika. Dan dialektika di sini berarti hal-hal
yang berlainan seperti :
1. Diktator. Di sini manusia diatur dengan
baik, tapi eka tidak punya kebebasan (tesis)
.
2. Keadaan di atas menamakan lainnya
yaitu negara anarki (anti tesis) dan negara-
negara tanpa batas, tetapi hidup dalam,
kekacauan.
3. Tesis dan anti tesis ini disintesis yaitu,
negara demokrasi. Dalam bentuk ini
kebebasan warga negara dibatasi oleh
undang-undang dan hidup masyarakat tidak
kacau. (Namja, 2012)
6. Metodologi Al-Qur’an
Sebagaimana kita ketahui bahwa
isi Al-Qur’an ini ada dua, yaitu Nur dan
Dzulumat. Mari kita bahas tentang
model berpikir Dzulumat sebagai
tantangan.
Arti Surat Al-Baqarah ayat 17
menjelaskan metodologi Al-Qur’an
sebagai berikut:
“Perumpamaannya mereka yang
Dzulumat itu panaka orang yang
menyalakan api unggun di malam hari.
Maka manakala api telah menyinari
sekelilingnya, Allah sepertihalnya
memadamkan sinar terang , (begitu
menghapuskan Nur menurut Sunnah
Rasul-Nya, terhadap mereka yang
tenggelam dengan angan-angan
subyektivismenya) dan membiarkan
mereka tenggelam kedalam pilihan
Dzulumat menurut Sunnah Syayathin
sehingga mereka tidak lagi
berpandangan dengan Nur menurut
Sunnah Rasul-Nya dalam kehidupan”.
Jadi berdasar Al-Qur’an ada dua
metode ilmu yaitu metode Nur lawan
metode Dzulumat. Methode Dzulumat
itu terbagi dua juga yaitu Idealisme dan
Naturalisme.
Idealisme : Plato sebagai pencipta
idealisme digambarkan dalam bukunya
Ahli-Ahli Pikir Besar tentang Negara
dan Hukum, Penyususn Von Schmid
Penterjemah :
Pada permulaan buku ketujuh
tentang “Negara”, Plato telah mencoba
menerangkan sekali lagi dengan jelas
secara ibarat yang indah sekali,
teorinya tentang ilmu pengetahuan
yang telah diuraikan lebih dahulu
dalam bukunya yang keenam. “Disitu ia
membayangkan manusia di dunia ini
sebagai makhluk yang sejak lahirnya
dirantai dalam sebuah gua yang
dimasuki cahaya matahari sedemikian
rupa, sehingga makhluk itu tidak dapat
bergerak dan hanya dapat
mengarahkan pandangannya ke jurusan
gua itu saja. Dibelakang makhluk yang
dirantai itu, diluar gua tersebut,
menyala api dan antara api dan gua itu
bergerak disepanjang jalan yang terjal,
dibelakang subuah tembok, orang-orang
yang memikul barang-barang
sedemikian rupa sehingga hanya
barang-barang itu saja yang tampak
dari sebelah tembok tersebut. Barang-
barang yang bermacam-macam itu
melemparkan bayang-bayangnya
kedalam gua. Bayang-bayang itu adalah
satu-satunya yang dapat dilihat oleh
orang-orang yang dirantai itu, sehingga
mereka akan menganggapnya sebagai
kenyataan yang sebenarnya. Dengan
orang-orang yang dirantai itulah kita
harus menyamakan menusia mengenai
hubungannya dengan dunia sekitarnya.
Selanjutnya Socrates
menggambarkan bagaimana manusia
akan berbuat, bila mana ia telah
dibebaskan dari rantainya tiba-tiba
ditempatkan diluar gua berhadapan
dengan cahaya dan gejala-gejala
sesungguhnya itu. Bagaimana ia pada
awalnya silau sama sekali, lambat laun
harus membiasakan diri pada keadaan
baru itu dan cenderung menganggap
bayang-bayang dalam gua itu sebagai
yang lebih mendekati yang sebenarnya
dari pada kenyataan baru itu, dan
berangsur-angsur akan mengerti
hubungan yang ada antara bayangan-
bayangan dalam gua itu dan kenyataan
yang ada di luar gua tersebut. Baru
kemudian dia akan gembira tentang
hal-hal yang baru itu dan tidak akan
menghiraukan lagi fikiran orang-orang
yang hanya melihat dalam gua saja,
demikian pula ia tidak menghiraukan
lagi pendapat-pendapat mereka yang
berbeda satu sama lain tentang
semuanya yang terjadi disana. Jikalau
ia ditempatkan kembali di dalam gua
itu, mula-mula akan lebih kurang
penglihatannya dari yang lain-lain, oleh
karena penglihatannya dirintangi oleh
kegelapan, dan ia akan dihina, serta
keterangannya tentang kejadian-
kejadian yang sebenarnya akan
ditertawakan orang saja, sehingga ia
akan ingin kembali ke dunia luar gua
itu, sedangkan orang-orang yang lain
tak akan sudi mengikutinya oleh karena
menganggapnya orang yang sama sekali
sudah terpesona.
Gua dibawah tanah itu adalah
dunia yang dapat dilihat, api yang
menyala itu adalah cahaya matahari,
sedangkan orang tawanan yang
membumbung ke dunia atas dan
melihatnya adalah jiwa yang naik ke
dunia pengertian.
Dalam dunia-jiwa yang tinggi dan
dikala itu Plato berusaha membentuk
susunan serba cita yang logis yang
dapat diperolehnya dengan jalan
uraian-uraian dan dialektik.
Singkatnya Idealisme satu
metode yang tidak mempercayai
kenyataan yang dihadapinya. Bagi
Idealisme kebenaran itu tidak terletak
pada materi, tapi kebenaran itu hanya
ada pada idea atau cita diluar alam
yang nyata ini.
Naturalisme : Apa yang digambarkan
oleh Bung Hata sebanrnya itulah metode
Naturalisme, hanya dengan
menggunakan istilah yang berbeda tapi
maksudnya sama. Pandangan
Naturalisme ini terbagi dua yaitu Macro
atomisme dan Micro atomisme.
Macro atomisme adalah
pandangan tehadap alam besar, dimana
pandangan ditujukan kepada benda-
benda langit kemudian ditarik
kesimpulan bahwa alam hagad raya ini
beredar demikian tertibnya, masing-
masing planet beredar menurut garis
edarnya masung-masing. Dari hasil
pengamatan ini melahirkan pandangan
hidup Individualisme yaitu kesimpulan
bagi kehidupan social manusia jika mau
beres masing-masing orang atur dirinya
sendiri, jangan usil orang lain. Itulah
sebabnya dalam kenyataan kita lihat
bahwa ada orang Islam, tapi hidupnya
individu, tidak peduli terhadap sesama
manusia.
Micro atomisme adalah
pandangan terhadap alam kecil atau
alam mikro. Pandangan Micro
atomisme ditujukan kepada tubuh
manusia diselidiki yaitu pandangan
ditujukan terhadap bagian-bagian dari
tubuh manusia, sehingga kesimpulannya
adalah tubuh manusia itu terdiri bagian
terkecil yaitu cel yang diorganisir dalam
klas-klas. Ada klas kepala, ada klas
tangan ada klas mata, ada klas kuping,
klas mulut, klas kaki dan sebagainya.
Namun dari semua klas itu yang paling
berkuasa adalah klas otak. Dibuktikan
jika klas perut ingin mengelaurkan air
seni, maka lewat urat saraf dikontek ke
otak melalui hati, maka semua klas yang
ada pada tubuh itu harus tunduk pada
perintah otak,
Ketika masuk WC, walaupun klas
hidung protes karma bau WC, tapi tidak
dapat memisahkan diri dari tubuh yang
satu itu.
Dari hasil pengamatan Micro Atomisme
itu maka lahirlah kehidupan kasta,
yaitu kehidupan menurut klas manusia.
Pandangan hidup ini disebut dengan
istilah Kolektivisme.
Methode NUR menurut sunnah
Rasul, memberikan jawaban yang telak
terhadap metode Dzulumat, bahwa
manusia itu tidak bisa apa-apa selain
mencontek yang sudah ada. Dengan
bahasa yang extrim, manusia itu hanya
bisa menjadi maling Ilmu dari Ajaran
Allah yang Nur menurut Sunnah Rasul-
Nya.
Seluruh ayat Al-Qur’an adalah
bersudut Nur yaitu dari Allah untuk
menerangkan alam semesta yang
tergantung pada kepastian Allah.
Itulah sebabnya kenapa Bung Hata
mengatakan bahwa perbedaan antara
Ilmu dan Agama ialah bahwa agama itu
masalah hati sedangkan Ilmu masalah
otak.
Bagi manusia yang belum kenal
metode Nur, pandangan ini di-iyakan.
Padahal Agama itu arti sebenarnya
A=tidak GAMA = kacau jadi agama
adalah satu system hidup yang tidak
kacau. Jikalau pengertian Agama seperti
itu, ada kemungkinan bisa dipakai
untuk menterjemahkan kata AD-DIIN.
Tapi kalau agama sama dengan
kepercayaan, yah pastilah seperti apa
yang dianut oleh Bung Hata tersebut.
Kesimpulan yang dapat kita
tarik, bahwa sebenarnya Al-Fatihah
sebagai pandangan umum jika kita mau
pinjam istilah metode deductif maka
setiap membaca surat Al-Fatihah maka
kita berada pada pada sudut
memandang secara umum yang
perinciannya ada pada isi Al-Qur’an
semuanya.
Sebaliknya jika kita sedang
membaca surat-surat dalam al-Qur’an
maka perlu disadari bahwa kita
memahami pada bagian demi bagian,
yang kalau mau meinjam istilah metode
inductif maka kita sedang berada pada
pandangan satu persatunya.
Namun baik Al-Fatihah, maupun
Al-Qur’anul’adhiim dua-duanya harus
ayat-ayatnya dari Allah untuk
menerangkan alam semesta yang
tergantung pada Kepastian Allah.
Konkritnya, semua ayat al-Qur’an harus
dalam posisi NUR yaitu segitiga ABC
dimana sudut A adalah Allah sebagai
Subjek, sudut B adalah Al-Qur’an dan
sudut C adalah sudut alam semesta yang
tergantung pada kepastian Allah.
Menjadi pertanyan bagi kita bagaimana
dengan Ilmu Tauhid? Ayat-ayat Al-
Qur’an dari Allah kemudian mereka
balikkan untuk membicarakan Allah
adalah non ilmiyah.
Surat Yunus ayat 5 menegaskan :
Artinya:
“Dia (Allah) yang sepertihalnya
membikin matahari memancarkan
sinar terang dan rembulan memntulkan
sinar terang (mencapai bumi pada
permukaan malam kelam) yakni Dia
memastikan yang demikian menjadi
berbagai posisi guna memberikan satu
ilmu tentang Kalenderiasi dan
Matematika dimana Allah tidak
menciptakan demikian kecuali menjadi
obyektif ilmiyah, begitu menurunkan
Al-Qur’an menurut Sunnah Rasul ini
guna mengklasifikasikan pembuktian-
pembuktian ilmiyah bagi golongan
manusia yang mau memiliki ilmu
agung”
Dari surat Yunus ayat 5 diatas
dapat kita sket segitiga ABC, dimana
Allah telah mencipta Matahari bulan
dan Bumi itu dilambangkan pada sudut
A sedangkan Al-Qur’an ada pada sudut
B dan alam semesta ada pada sudut C.
Dipermukaan gelap ada juga segitiga
BDC yaitu segitiga bayangan yang
berporos kepada subyektivisme
manusia yang oleh Plato dilambangkan
dalam gua. Inilah sandiwara kehidupan
manusia, Nur lawan Dzulumat diatas
satu panggung kehidupan alternative
manusia. Sekaligus menjadi jawaban
bagi kita, kenapa jika terjadi gerhana,
Mukmin/Muslim disuruh shalat oleh
Allah, karena pada waktu gerhana
posisi Matahari, Bulan dan Bumi ada
pada satu garis sehingga terjadi
kegelapan sistemik, maka Mukmin/
Musim disuruh shalat sebagai satu
jawaban, biarpun alam pada posisi
Dzulumat, tapi saya tetap pada posisi
Nur Menurut Sunnah Rasul-Nya.
A. Kesimpulan
Pada dasarnya berfikir ilmiah
adalah berfikir yang logis dan
empiris.yang dibahas secara mendalam
berdasarkan fakta yang dapat
dipertanggung jawabkan. Namun
berpikir ilmiah memiliki kelemahan
mencakup jangkauan kajian, asumsi
yang melandasi, serta kesimpulannya
bersifat relatif. Metode ilmiah tidak
dapat digunakan kecuali pada kajian
objek-objek material yang dapat
diindera.
B. Saran
Dalam melakukan sebuah
penelitian, sebaiknya digunakan metode
yang tepat. Salah satu metode yang
sering digunakan adalah metode ilmiah.
Dengan metode ini dapat
mengungkapkan dan mengembangkan
ilmu. Namun bukan berarti kita
mengabaikan metode ilmu yang lain
yang keberadaanya merupaka sebuah
pondasi keyakinan seorang manusia
yang secara pelan-pelan kebenaran
ilmiahnya sudah terungkap satu demi
satu. Contohnya tentang kejadia alam
semesta beserta isinya.
DAFTAR PUSTAKA
Adib M, D. M. (2011). Filsafat Ilmu.
Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).
Adib, D. H. (2011). Filsafat Ilmu.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bayu'zu. (2011, Desember). Definisi
Ilmu Pengetahuan . Dipetik Februari
Kamis, 2013, dari http://
tugasteknikmesin.blogspot.com.
Goldstein, M. G. (1980). How We Know.
New York: Exploration of the Scientific
Process.
Hatta, M. (2010, Februari). Metode Ilmu .
Dipetik Maret 1, 2013, dari http://
www.metodeilmu.blogspot.com/
Ilmiah, G. (2012, Maret). Definis
Berpikir Ilmiah. Dipetik Maret 2013,
dari http://galeriilmiah.wordpress.com
Moh.MA, A. D. (2011). Filsafat Ilmu.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Namja, A. (2012, Oktober).
Shvoong.Com . Dipetik Maret 2013, dari
http//www.id.ahvoong.com
Lebih Menarik Lagi: