Blog Legenda Tauhid: Januari 2014

Dua macam Ilmu Menurut Kitab Sirrul Asror

0 komentar

Assalamualaikum. Bagaimana khab
ar Sahabat Blogger ? semoga dalam pelu kan kasih sayang Allah, sang pemilik hidup dan mati.

Amma ba'du.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab sirrul asrar ( Rahasianya Rahasia )

Telah berkata Al muallif.

Bahwa Untuk selalu ingat tempat asal ya'ni alam LAHUT, maka harus
ada Basyirah. Basyirah,dapat terbu
ka dengan dua ilmu, seperti di seb
utkan postingan sebelumnya. yaitu

1. Ilmu Dzohir, yaitu syariat
2. Ilmu Bathin, yaitu makrifat

Adapun syariat untuk jasad kita ser
ta makrifat untuk bathin kita.ke 2
ilmu ini harus senyawa, agar mem
buahkan hakikat, seperti pohon dn
daun yang menghasilkan buah. fir
man Allah Qs.Arrahman:19-20. "

Dia membiarkan dua lautan meng
alir yang keduanya ketemu, antara
keduanya ada batas yang tidak di lampaui oleh masing - masing" de
ngan kata lain, ilmu dzohir saja ti
dak cukup untuk sampai pada haki
kat, artinya tidak akan sampai pada
inti dan tujuan ibadah. oleh karena
nya perpaduan ke duanyalah yang dapat memwujudkan ibadah yang sempurna.fimanNya Qs. Adzariyat ayat 56. Dan Aku ciptakan jin serta
manusia supaya beribada pada-Ku.

Ibadah dengan sempurna tak akan terwujud tanpa Makrifat, makrifat dapat terwujud setelah member
sihkan noda-noda yang menghal
angi cermin hati. Kemudian hati bersih baru lah manusia dapat me
lihat indahnya sesuatu yang terpe
ndam dan tertutup di dalam rasa di lubuk hati. Dapat dikatakan Allah mengadakan Manusia, tujuan
utamanya adalah agar manusia ma'
rifat akan Allah Al Jalal.

Marifat ada 2 macam, yaitu makri
fat akan sifat Allah dan Makrifat akan Dzat Allah. Adapun makrifat
sifat adalah tugasnya jasad di dunia
dan akhirat" alam Lahut " sejak manusi hidup di dunia. firmanNya
" Ku perkuat manusia dengan Ruh Al-Qudtsi Qs.Al-Baqarah ayat 87.

Seluruh Manusia di perkuat oleh Ruh al qudsti yang ada di dalam dirinya. Makrifat dzohir dan makri
fat batin dapat di raih tatkala 2 ilmu tersebut besenyawa. Ketahuilah manusia memerlukan ilmu syariat, supaya badan ada kegiatan, yang dapat mengantar kan kepada makrifat sifat, yaitu Darajat. Lalu ilmu batin, agar ruh nya ada kegiatan yang dapat meng hantarkan pada makrifat Dzat. Untuk dua tujuan ini manusia harus meninggal semua larangan syariat dan thariqat.

Alam Makrifat

Yang dimaksud Alam makrifat adalah alam LAHUT, yaitu negeri asal tempat di ciptakannya Ruh Al-Qudtsi dalam wujud terbaik. Yang di maksud ruh Al -Qudtsi ialah hakikat manusia yang di simpan di lubuk hati. Keberadaannya dapat di ketahui dengan taubat dan talqin serta mudawamah ( menga malkan dengan terus menerus ) kalimat La Ila Illah Allah. Pertama dengan lidah fisik. kalau hatinya sudah hidup beralih dengan lidah hatinya. Ahli Tasawuf menamakan Ruh  Al -Qudtsi dengan sebutan TIFLUL MA'ANI ( Bayi ma'ani ) karena Ia maknawiyah Qudtsiyyah.

Pemberian nama Tiflul ma'ani di dasarkan kepada.
1. Ia lahir dari hati seperti lahirnya
bayi dari rahim ibu dan ia diurus serta di besarkan hingga dewasa.

2. Dalam mendidik anak-anak tentan keislaman, ilmu yang di dahulukan adalah ilmu makrifat, begitu pula bagi bayi ma'ani ini.

3. Bayi bersih dari segala kotoran dosa lahiriyah. begitu pula bayi ma'nawi, ia bersih dari syirik dan ghaflah' ( lupa kepada Allah ).

4. Bayi ma'nawi merupakan aikon kesucian karena anak-anak pada umumnya suci daripada yang lainnya. Oleh karena itu bayi ma'nawi terlihat dalam mimpi dengan rupa yang indah dan tampan.

5. Ahli surga disifati anak -anak, sebagaimana firman Allah Qs.Waqiah : 17 dan Qs. Ath -Thur 24.

6. Karena bayi ma'nawi itu halus dan suci.

7. Penggunaan nama Tiflul ma'ani adalah Maajazi' di tinjau dari kaitannya dengan badan, ia berwujud seperti rupa manusia, juga karena manisnya bukan karena kecilnya.

Di lihat dari awal adanya, ia adalah Manusia hakiki karena dialah yang berhubungan langsung dengan Allah, sedangkan badan dan ruh jasmani bukan mahramnya bagi Dia, Berdasarkan hadist Rasul s.a.w. Aku punya waktu khusus dengan
Allah, malaikat terdekat nabi dan rasul tidak akan dapat memiliki nya ".

Yang di maksud malaikat terdekat adalah Ruh ruhani, yang di ciptakan di alam jabarut, seperti
halnya malaikat dapat masuk ke alam lahut. sabda Nabi saw " Allah memiliki surga yang tanpa bidadari dan istana serta tanpa madu dan susu. Kenikmatan surga itu hanya satu, yaitu melhat Dzat Allah." Hal ini di jelas dalam Qs. Al-qimah : 2. Juga di jelaskan dalam hadist : Kamu sekalian akan melihat Rabb kalian, seperti kamu melihat sinar bulan purnama. Malak jasmani, yakni segala sesuatu selain ruh Al-Qudtsi masuk di alam Lahut, maka pasti akan terbakar.

Ringkasan Bab Awal penciptaan makhluk sudah selesai.

Pembahasan BAB Kembalinya Manusia ke tempat Asal, Insya Allah akan saya ringkas atas izin Allah, di postingan berikut
nya.


Ringkasan Kitab SIRRUL ASROR

0 komentar

Bismillah wa billah la haula wa quwwa illa billah, Allahumma sholli ala abdika wa rasulika wa nuurika asyika, sayyidina wa nabiyyina wa syafi'ina wa qurrota a'yunina wa maulaanaa Muhamadinnuri dzati fi sairir asmaa'i wa shifati wa ala alihi wa sohbihi wa sallim. Dengan segala kebodohan serta ketidakberdaya
diriku. Izinkan saya ya Allah wa ya Rasulullah untuk meringkas kitab
Sirrul asror. Tentu harapan ridho dan halalnya dari Muallif kitab ter
sebut.(Asyekh Bazullah Al-Asyhab.)

Ketahuilah makhluk pertama yang
di ciptakan Allah adalah Ruh nabi 
Muhammad s.a.w. Ia di ciptakan da
ri Cahaya Jamal Allah. Apa itu Ruh, Nur, qalam, dan akal itu ?
Ruh,Qalam, dan Akal adalah Hakikat Mummad. Hakikat Muham
mad disebut " Nur " seperti firm 
an Allah " Telah datang kepadamu
cahaya dan kitab penerang dariNya
Hakikat Muhammad disebut juga a
kal, karena ia yang menemukan se
gala sesuatu. Hakikat Muhammad 
disebut qalam, karena ia yang men
jadi sebab perpindahan ilmu seper
ti halnya mata pena. Sebagai peng
alih ilmu di alam huruf. ( pengeta
huan yang tertulis ).Ruh Muham
mad adalah ruh yang termurni se
bagai makhluk pertama dan asal se
luruh makhluk. Sabda Rasu S.a.w. Aku dari Allah dan makhluk lain dari Aku".
Dan dari ruh Muhammad itulah Allah menciptakan semua ruh di a
alam LAHUT" dalam bentuk yang terbaik lagi hakiki. Itulah nama se
luruh manusia di alam lahut. Alam
lahut adalah negeri asal setelah 4.
000 tahun dari penciptaan Ruh Mu
hamad maka Allah menciptakan Ar
syi dari Nur Muhamad. Begitu pula
seluruh makhluk lainnya di cipta     kan dari Nur Muhamad.
Selanjutkan ruh-ruh diturunkan ke
alam terendah, di masukkan pada makhluk yang terendah ( Jasad ) Sebagaimana firman Allah : Kemu
dian Ku-turunkan tempat terendah
Proses ruh turun
Ruh di ciptakan di alam Lahut, lalu di turunkan ke alam Jabarut dan di
balut dengan cahaya Jabarut. Balu-
tan pakaian antara 2 haram di na-
makan RUH SULTANI. Kemudian di
turunkan ke alam Malakut, lalu di balut dengan cahaya Malakut, yang
di namakan RUH RUHANI. Lalu di -
turunkan lagi ke alam Mulki, kemu
dian di balut dengan cahaya Mulki, yang diberi nama RUH JASMANI.
Selanjutnya Allah mengadakan ba-
dan/ jasad dari Mulki atau bumi.fir
manNya : Dari bumi Aku mengada
kan kamu, kepada bumi Aku meng
embalikan kamu, Dan dari bumi ju
ga Aku mengeluarkanmu.

Setelah ada jasad, maka Allah peri
ntahkan ruh agar masuk ke dalam jasad lalu ruh masuk ke dalam ja-
sad. FirmanNya: Ku tiupkan ruhKu ke dalam jasad. ketika ruh senang berada dalam jasad dan lupa maka
lupalah perjanjian awal di alam La
hut, yaitu : Alastu birobbikum" bu
kankah Aku Tuhanmu ? Ruh jawab,
benar Engkau adalah Tuhan kami"
Tatkala ruh lupa perjanjian awal in
ilah yang jadi sebab tidatj bisa kem
bali yaitu ALAM LAHUT. kasih saya
ng Allah tiada awal dan tiada akhir
maka di turunkan kitab-kitab SAM
AWI, sebagai pengingat akan perja
njian tadi dan negeri asalnya. firm
anNya" Berilah peringatan pada m
ereka tentang hari-hari Allah yaitu
hari pertemuan dengan Allah bers
sama seluruh arwah . Agar dapat ingat hari perjumpaan dengan Allah ini di perlukan BASYIRAH, yai
tu pengelihatan Ruh dan pengeliha
tannya yang terbuka di mata hati.untuk membuka pengelihatan ini di perlukan dua ilmu. yaitu Ilmu dzohir, Syariat. dan yang ke dua, Ilmu bathin, ya'ni ma'rifat. dua ilmu ini akan di ringkas, di postingan berikutnya. doakan saya ya para sahabatku Blogger, supaya saya sehat selalu dan meneruskan meringkas kitab ini ( Kitab Sirrur Asrar atau Rahasianya Rahasia ).


Belajar puisi

1 komentar

Terkelupas
 
Terasa yang kau rasa pada diriku...
Satu demi satu
Artimu terkelupas...

Kau gersang
Karna kepanasan
Kau banjir
Karna kehujanan...

Hidupmu dingin,
Keras seperti es...
Embun pagi hari
Selalu membasahi pipi

Pikiranmu kacau
Inderamu penuh air
Dan hatimu membungkam..
Jangan biarkan kabut ini menutup jalanmu...



 PUISI GALAU

Ada satu yang membuatku sedih
Hatiku teriris pedih
Aku ingin menangis
Kenapa harus menangis

Bermacam perasaan bercampur di dalam jiwa
Gundah gulana mungkin itu yang kurasa
Kecewa dengan semua yang tlah terjadi
Apakah memang begitu

Anganku melayang jauh sekali ke angkasa
Pikiran berbaur dengan perasaan
Sepi……..
Kenapa jadi sepi yang kurasakan

Kenapa keramaian berubah jadi kesuyian
Kenapa semua kawan sepertinya jadi lawan
Kenapa tak ada seorangpun yang perduli
Kanapa semua orang tak menghiraukanku

Aku sendirian… .
Terpenjara dalam kegalauan
Terkurung dalam kesendirian
Terperangkap di lembah tanpa tujuan

Kenapa aku jadi seperti ini
Padahal aku kan gak seperti ini
Kegalauan telah membuntukan pikiran
Telah menjauhkan dari kebenaran

Kenapa perasaan ini harus ada
Adakah jalan untuk ku keluar
Adakah yang kan membantuku keluar dari semua ini
Adakah orang yang perduli padaku



Satu saja

0 komentar

Jangan memuji kecantikan pelangi
Tapi pujilah Allah
Yang menciptakan Langit & Bumi

Jangan percaya
Denga kata-kata bijakku
Tapi percayalah Firman Allah yang Maha Benar

Jangan masukkan namaku di hatimu
Tapi masukkan nama Allah
Hingga hatimu tenang

Jangan sedih jika cintamu di dustakan
Tapi sedihlah jika engkau dustakan Allah
Jangan pula engkau minta cinta kepada penyair
Tapi mintalah kepada Allah
yg memiliki cinta yg kekal dan sejati

Ya Allah yang Maha Rahman & Rahim
Jangan jadikan hatiku batu yg mengeras
Hingga lupa akan rahmatMu.





Wilayah Ilmu

0 komentar

Definisi Ilmu adalah Al ilmu huwa yangkhosifu bihal mathluubu inkisaafan taaman. Artinya Ilmu itu ialah Pemberi keterangan yang sempurna dan nyata kepada pecari Ilmu.
Asal - usul ilmu itu dari Allah, Bahkan Ilmu itu sifat Allah. Kalau
Kalau sifat Allah berarti semua, selain Allah tidak memiliki ilmu.
Jika ada yang mengaku punya il
Mu maka orang tersebut penipu.
Di karenakan ilmu itu sifat Allah -
maka, siapa saja yang di singgahi oleh ilmu dapat cahaya. Barang siapa yang tidak menggaku ilmu itu milik Allah, maka selama itu pula orang itu dalam kebodohan dan kesasatan serta kegelapan. Kendatipun orang tersebut melimpah pengetahuannya. Ilmu orang yang demikian ini sudah pasti tidak barakah, bahkan menimbulkan kerusakan di bumi.
Di tilik dari sisi lain, ilmu ada dua macam. Pertama Ilmu nature atau ilmu duniawi. Di mana ilmu duniawi ini dapat memberi man
faat apabilah di kembalikan kepada Allah serta di gunakan, da
lam rangka manifestasi jamalNya di bumi. Kalau tidak demikian maka ilmu dan hidupnya sia-sia.
Kedua ilmu supranature, yaitu ilmu Allah. Dengan kata lain, ilmu dari Allah ke Allah. Dalam tazallinya  senantiasa manifestasi kamal- Jamal-Jalal dan qoharnya Allah. Atas prinsip Huwal awwalu wal akhiru wa dzohir wal bathinu
wa huwa ala kulli syain qadir : Dan
Dia Allah yang awal, yang akhir, yang nyata, yang tidak tampak, dan dia Allah maha kuasa atas segala sesuatu. Qs-al hadid : 3


Artikel khusus unuk dewasa

0 komentar

Artikel Ini khusus untuk orang dewasa. di bawah umur di larangan keras membaca dan mengomentari. Adapun bagi anda yang sudah dewasa silahkan membaca. Namun tidak faham atau bikin kepala anda sakit, maka saya sarankan, jangan teruskan membaca dan memahami dan  Terkecuali Anda sudah punya guru Tauhid dan sudah belajar
1. Tafaqur syariat, yaitu Meniadakan bumi dan langit ( Menghilangkan pengelihatan )
2. Tafaqur Thariqat, yaitu Meniadakan Surga dan neraka ( menghilangkan pendengaran )
3. Tafaqur Haqiqat, yaitu meniadakan badan dan Nyawa. ( Menghilangkan pencium )
4. Tafaqur Makrifat, yaitu Meniadakan Allah dan Muhammad. ( Meniadakan Pengerasa )


Have you given Gift to parents?

0 komentar

Have you given Gift to parents?

If during your life does not make his parents happy??

do not worry Apostle Muhammad has come and teach us, that break or go near the Majlis Al Quran sciences. You simply open ears and listen. You definitely reward given by God and your parents will be glorified by God.

subhanallah just listen to it, you've bought the reward and give a special gift to parents.

Bagaimanaa if you learn "? What if you were to read every day. ? me give way,, do a lot of reading, if you can not committed and just 7 verses each day.It was quite a guarantee of you and your parents even people around you will be the grace of God, for you.

This is the word of God's greatness. You listen alone can gain a lot. let alone read it. therefore this' let's occupied with the word of God ..!


Only the Covert opponent Friend

0 komentar

                                                                                


Only the Covert opponent FriendRespect people , attacking the problem . Maybe make it pretty easy for us to understand this sentence . But when faced with a dispute or conflict situation , it is also hard to remember one of the principles of handling this conflict , let alone implement it . After all , we are only human .
 
When we quarrel or conflict with another person , it is easy for us to see the error of their own and forget that we also have a hand in the conflict . Easily we can consider this as opposed to the other party , rather than man. Moreover, coupled with emotions , we could have attacked the ' opponent ' , either verbally or physically .
 
But as humans we also always have a choice , including in the face of conflicts . We are free to choose ignored or avoided , argumentative / fist by the ' opponent ' or make the ' opponents ' as a friend to find solutions together .
 
Of course we have to ensure that the choices we make in accordance with the goals we want to achieve .
 
If indeed we want to make the problem of protracted and would rather get opponents than friends, we can choose to attack others . By attacking the ' opponents ' defensive we will make it so that there was a problem neglected or worse , even new problems could arise .
 
Take a look at this scenario .
A driver of a motor car to nudge you when you fall that way . Your clothes dirty , scuffed knees and hands , while your bike broken taillight . In fact you should be attending a meeting with the big boss and clients . 've Messed up everything ! With mounting frustration that you immediately berated the driver of the car and demanded to be responsible . The actual driver is ready to apologize surprised with your shedding and direct install stronghold . He also asks you to take responsibility for driving a motorcycle with a haphazard and make a dent in the bumper of his car while he had to rush home because of her illness . Nobody wants to give in because either the driver of the car and you both feel aggrieved and feel no guilt . Argument was unavoidable . Time goes by and your important meeting to begin. And when the atmosphere got hotter dispute mouth increased to a physical altercation . The people around you and also meleraikan before the driver battered . The police come and take you and the driver to the police station for examination .
 
Time wasted , and the problem is still far from complete . Never mind you missed an important meeting , blisters on hands and knees you have not treated your motor and rear lights are also not fixed . The process of examination at the police station is also time consuming and without an agreement between you and the driver of a solution has not been reached . The police officer was forced to take the middle ground and give the actual decision for your unsatisfactory .
 
Now let us look at the second scenario .

After accidentally rub against your motorcycle by a car , you went to the driver in good faith discussions to rectify the problem . Although you are very upset already rub against , you realize that you are also wrong because it slipped in when the car was going to turn . The driver of the car who was also upset because his bumper dented so thought better to get angry at the sight of your smile and good intentions . Dialogue ensued for understanding the causes of the accident and make a decision together for mutual benefit. You and the driver apologized to each other and mutually agree to bear the damage suffered each party . You and the driver also make this as a lesson to be more careful on the road . Fortunately , it appears that the driver of the car carrying P3K equipment that can help you treat abrasions from a fall earlier . You then immediately move on and get to the office on time for an important meeting .
 
The problem is completed in a short time without wasting unnecessary energy . Because when you humanize the ' opponents ' with respect and treat it as a friend , you give way to solve the problem together .
 
If we had the option to resolve the problem peacefully , why should you choose to let the protracted problem or create new problems without assurance that existing problems can be resolved ?
 
And if we had the option to get new friends , why should you choose to get your opponent ? Is not "1000 comrade is not enough , one opponent too much " ?
 
Run it does not translate as easily . But we will not know before trying , right?


The other side of Islam

0 komentar

Islam to me is anything that can maximize the potential of the human person so that it can be , in Islamic terminology , Insan Kamil . View like this , it tentatife , which could make a Muslim place themselves in a " desire " Islam is true ( ? ) .

 For me , there are still many people who put themselves in a position that is less true when the predicate Muslim should ( and indeed should ) deal with the " subjectivity of Islam 

 The exact position of the less visible manifestations and implications of the teachings of Islam which is embedded in a person . Many things can be broken down to the placement of the self that are less precise . As contained in the " Book of Songs" , that the damage is due to human beings dikosmos .  

Men that became " grandparent " damage . And all people are Muslims ; no human being could escape from the predicate kemusliman . So , in outline , all the damage was at the start of the personal self " Muslim man " denial of guilt ( sin ) of others is a breakdown of the placement of the wrong position . Such denial may result in a multi - crucial .

 Both impact damage ( authoritarian , intolerance , division, oppression and even " deification " ) and clicking impact - perfect man ( self-confidence , independence , altruism , etc. ) Other details of improper positioning when dealing with " Islamic subjectivity " can we dig out of the presence of something " bad " in the phenomenal universe . From here we will find So also a lot of damage " prime causa " of man , not of 

God . To make the process of establishing Islam Kamil , the Muslims must start from HOW " I " see Islam . Because the job is not without its consequences see . Muslims who see Islam as a form of " surrender " will be very different from the Muslims who see 

Islam as something that can maximize our potential. In contrast it is with Muslims who see Islam as " the most perfect religion " . So which one is correct ?
                                 


Tujuan kemerdekaan

0 komentar

Tiap kejadian kehendak Allah, namun tiap kejadian di sertakan oleh Allah sebab akibat  
oleh sebab ini  mari kita mengkoreksi diri sendiri, karena musibah di sebabkan tiga hal.
 satu karena banyaknya dosa, dalam hal ini kaitannya melangar larangan Allah,
 berarti Allah sayang sama kita sehinga di ingatkan. ke dua karena kita meremehkan Allah dan Rasulnya. 

Dimana semua kerusakan berawal dari meremehkan . Ke tiga karena Allah ingin menguji kita, berarti Allah menghendaki kita bahagia, namun kita tidak dapat  kebahagian tersebut  kecuali dengan ujian tersebut.
 dari uraian ini mari kita renungkan sebab apa semua musibah terjadi di negeri tercinta ?

 satu hal yang mau saya ingatkan adalah : Tolong jangan nomor duakan Agama, bukankah mendirikan sebuah negara itu untuk menjadikan kemerdekaan sebagai wadah ? kalau bukan untuk tujuan ini, maka ketahuilah dan pahamilah bahwa kita telah salah jalan.



Sang Pemilik Akal

0 komentar

                                                  


Ulil albab itu orang- orang yang memakai akalnya. Allah memanggil mereka dengan panggilan terhormat, ULIL ALBAB, artinya sang pemilik akal.msya Allah bukankah akal itu milik Allah ? lalu kenapa Allah panggiil mereka yang yang meluangkan waktu untuk berfikir dan bersama Allah, di panggil oleh Allah dengan panggilan SANG PEMILIK AKAL. begitu bangganya Allah kepada hamba-hambaNya yang menjalankan akalnya seiring berjalannya mata pena takdir Allah.
 
F irman Allah : Inna fii kholqissamaa waati wal adho wakh tilafil laili wannahari la ayaati lil ulil albab.Artinya : Sungguh di dalam penciptaan tujuh petala langit dan tujuh petala bumi, dan siri bergantinya siang dan malam, terdapat ayat- ayat ( kejadian - kejadian yang menajubkan ) bagi mereka yang ber-akal. Akal ada dua jenis. 1 Akal natural yaitu fikiran yang hanya berputat di dunia dan mencari serta mengumpulkan harta kekayaan milik Allah. mereka ini hanya menghendaki milik Allah, tapi tidak menghendaki Allah. ke dua akal supranatural, yaitu seperti dalam kandungan ayat di atas. Wallahu a’lam


Poto itu sepercikan Jamal Allah

0 komentar












Is the Theory of Evolution Still Trust Worthy ?

0 komentar

Is the Theory of Evolution Still Trust Worthy ? in terms of the homologyHomolog structure is a structure that is similar to a relatively different functions . The question is very clear in this case is why it is so similar the structure ? . Biological evolution explains that because of the similarity of the biological character and they earn comes from the same ancestor .
Before I answer this question , I will first explain what it is homology . Because I 'm sure not everyone knows this term unless they have studied at the Department of Evolutionary Biology . Most people know the theory of evolution is only skin deep , because it's a glimpse studied in high school . Although only know the skin , many believe this theory as a scientific truth .
The term of this homology appears typological morphology from an expert , Richard Owen . He defines homology , " as the same organ in different animals with different shapes and functions " . Further into use in the 18th century , by an expert in the life sciences , Comte Buffon . When he compared the morphology of anatomical structures between horses , donkeys , and zebras . Homology ranks second on the evidence of evolution as indicated by John W. Kimball , the book Biology Volume 3 ( pp. 764 ) . Meanwhile, Neil A. Campbell in the same title , placing it in third place ( pp. 16 ) .
Kimball stated , that , " Diversity forelimb of mammals is an example of homologous organs . This is not so surprising given the "trust " us that all organisms at a time in the history of evolution has the same ancestor " . I write deliberately skewed the word "trust " , simply shows that the descendants of a common ancestor turned out to be just a belief , not based on scientific evidence . As a belief , of course there are receiving , there is also a reject . I am among those who refused , of course with a myriad number of reasons which I will explain .
Then , what about the homology evidence proffered by both biology textbook was taught in college ? I think it's not evidence , even Ernst Mayr himself that in fact a scientist involved in mating Mendelian genetics with Darwin's theory of evolution in his book What Evoluton is ( p 36 ) mentions that , " homology is not evidence , homology is the result of drawing conclusions " .
Structural homology Organ
Now let's see , why evolutionists to conclude that way . One of the characteristics of homologous exemplified above is homology morphology , namely the structure of the organs of the front legs . In addition to organ homology , there are actually other homologies are actually interesting to discuss as homologous to the embryonic level and the molecular level . But according question , this paper will limit itself to the homologous organs .
Structure homologous organs in the picture above is to compare the structure of an organ ( for example ) on the front of the leg between humans , cats , whales and bats . Organs that have the same basic structure , but the organs are used for different purposes . In humans used to lift , cat for walks , whale to swim , and bats to fly . According to them that the same organ that is believed to come from a common ancestor . Change only the modification function of adaptation to the specific needs of the organism .
What they call the same actually false . Now let us consider , how do they determine that four members of the body is the same organ ? Is it true that they have evolved from a common ancestor ?
To prove whether they come from the same lineage or not , is actually very easy . Evolutionists ( should ) be able to prove through fossil findings with the sequence of the common ancestor to the present kebentuknya . In fact , to this day transitional fossils that no one has been found . No transitional fossils , evolutionists usually be justified because it is damaged , lost and decomposed by natural processes . I do not like it melilhatnya .
Let's look at one species of 4 species than in the example above , the ( fish ) Pope . These animals have ancestors who came from the land, such as bears . These animals evolved from land to sea plunged into . I think it's impossible , why ?
Research conducted by Alistain Evans and his team from Monash University , published in the Proceedings of the National Academy of Science 's concluded that the evolution of whales from land to water it took 12 million generations . This is very much a transitional form from only one type of animal that eventually whale products . It's hard to imagine how thick the layers of the earth by the fossil piles . If this transition does happen , of course it is very easy to find a transitional fossil forms from the pile . In fact , one was not successful transition fossils found by paleontologists . Instead , the fossils were found in a state it is already complete with his trademark traits . Fossils are no longer found in the soil layers older . This fact is proved by the very obvious fact that the organism is created and not the result of the transition from other forms of organisms .
If Evolved
Now , let us suppose that the pope actually evolved from earlier life on land (a type of bear ) , then moved to the water . Approximately what portion organs evolved first ? Perhaps , legs or arms originally had claws will change start to have a bit of membranes ; previously protected her thick hair began to diminish and disappear , and many other changes . The question is whether the form of the initial changes that it works well on the organism ? Of course not functioning . A small change is certainly not a virtue , but a loss for the existence of these animals . Well , imagine the thick fur that he needs in the cold air , which incidentally still live on land actually even reduced . Claws that he uses to survive against natural enemies , it becomes overgrown membrane . His legs , little by little began to disappear that it is still needed when he lived on land .
Small changes ( micro mutation ) is clearly very detrimental to the survival of these animals . How could something that is not useful in the early stages of development can continue to thrive , let alone absorbed into the genetic information that is passed on from generation to generation ? Let alone thrive , survive was difficult .
Homology was Moot
How can we prove that the members of the body mentioned in some species it is considered the same organ ? . The equation is simply false , myth , because if further investigated organs were derived from different materials . Even if considered together just shows the presence of the same Designer , the existence of the Creator . Creation is the domain of Religion , a belief certainly does not deserve to be debated . Just a theory evolusilah eligible to be debated , whether or not " scientific theory " it .
Now let us suppose again . If homology forelimb organ considered as evidence for evolution . What other organs such as the eye . Human and octopus eyes are very similar organs , the same . Why do evolutionists do not call it a homologous organs . Why do evolutionists do not consider humans and octopuses have a common ancestor ? Then , how homology to the wing structure in some species , such as insects , birds , etc. . How do they explain the evolutionary mechanism of the formation of these organs ? Of course they will be confused .
Finally , something that can not be proven , but it can conclude that the homology as evidence for evolution is not thinking scientists .

                                                                         


The importance of three things

0 komentar

The importance of three things , first memorize , understand the second , third believed , why is not there may be an understanding that there is no memorization , anything that flows in mind even in the liver is therefore memorize . As for who should be familiar is the concept of truth that can be received by the heart , thoughts , and feelings , not a book of stories or fairy tales , it is a fairy tale in need but not for adults . Then the third is believed , however much memorization and understanding but no belief what is the use ? because the fruit of memorizing and understanding is believing . I therefore invite all who need God let us , carried three concepts above . in addition to ' Know that one person who has memorized the incomparable thousand smart people , and one person who knows about it , incomparable memorized a thousand people , and a person who believes that incomparable thousand people who understand . Hopefully me and whoever you are , whatever religion you are , and wherever you are in nature , I hope to God that he is most holy longer almighty gracious rote , understanding and keyakinan.Amiin
                                                                  


Ta'aluq atau hubungan/kolerasi Cinta dan Makrifat

0 komentar

Allahumma inii as aluka
hubbaka wa hubba man
yuhibbuka
(Ya Allah, aku memohon agar
Engkau karuniakan cinta
kepada-Mu, dan agar aku bisa
mencintai orang-orang yang
mencintai-Mu)
 
Ilahi anta maqshuudi wa
ridhoka mathluubi a’tini
mahabbataka wa ma’rifataka
(Tuhanku, Engkaulah yang
kutuju dan ridho-Mu yang
kuharapkan, beri daku
kecintaan dan makrifat
kepada-Mu)
 
“Nafas Ar-Rahman menjadikan
semesta ini ada, guna
memancarkan cinta dan apa-
apa yang dilihat oleh Pencinta
dalam Diri-Nya. Melalui
penyaksian Yang Lahir, Dia
mengenal Diri-Nya sendiri,”
demikian tulis Syekh Al-Akbar
dalam Futuhat Al-Makiyyah.
Sifat Tuhan kepada alam,
mikro maupun makro, adalah
mencintai, sebab “Aku rindu
untuk dikenal, maka Aku
ciptakan semesta.” Cinta bagi
hampir semua Sufi, adalah
dasar dari penciptaan. Juga
dikatakan oleh beliau bahwa
Islam sepenuhnya adalah
agama cinta, sebagaimana
juga Rasul Muhammad adalah
yang dikasihi Allah—
habibillah. Cinta, kata
Jalaluddin Rumi, adalah
penyembuh bagi kebanggaan
dan kesombongan, dan
seluruh kekurangan diri. Dan
hanya mereka yang berjubah
 
cinta sajalah yang
sepenuhnya tidak
mementingkan diri. Hanya
mereka yang mencintai
sepenuh hati sajalah yang
mampu meniadakan diri
(fana) di dalam Diri Sang
Kekasih (Allah).
Cinta kepada Allah
(mahabbah) bukan cinta
dalam pengertian
keduniawian, yang masih
melibatkan ego dan keinginan
untuk diri sendiri. Cinta Sufi
adalah dalam rangka
merespons hadis “Aku rindu
untuk dikenal,” yakni seorang
pencinta harus mengenal
Allah sebagaimana Dia
 
mengenal Diri-Nya sebagai
Perbendaharaan Tersembunyi
yang menyimpan segala
Keindahan (jamal), Keagungan
(jalal) dan Kesempurnaan
(kamal). Tetapi, karena hanya
Allah yang mengenal Allah,
maka satu-satunya cara bagi
Sufi adalah “bersatu” dengan
Allah, mem-fana-kan sifat-sifat
buruk dan bahkan kediriannya
dan mengenakan sifat-sifat-
Nya dalam ke-baqa-an, lalu
menyaksikan bahwa segala
sesuatu hanyalah Allah saja.
Dengan cara inilah Sufi bisa
“meminjam” perspektif” Allah
dalam memandang Diri-Nya
sendiri.
 
Jadinya, tanpa cinta,
Perbendaharaan Tersembunyi
akan selamanya tersembunyi.
Tanpa cinta, tiada alam
semesta. Tanpa cinta, tidak
ada “persatuan” dengan
Allah. Tetapi apakah
sesungguhnya cinta
(mahabbah) itu? Cinta
menurut Sufi adalah salah
satu maqam dalam perjalanan
spiritual. Tetapi definisi yang
pasti untuk soal ini amat
sulit, jika tidak bisa dikatakan
mustahil. Syekh Akbar Ibnu
Al-Arabi dengan jelas
mengatakan bahwa cinta tidak
bisa didefinisikan:
 
Di kalangan orang-orang arif
dan yang membicarakannya,
cinta adalah sesuatu hal yang
tidak bisa didefinisikan. Cinta
diketahui oleh orang-orang
yang mengalaminya … tanpa
mengetahui (secara persis)
apa sesungguhnya cinta itu,
dan mereka tidak menyangkal
eksistensi riilnya.
 
Sasaran cinta bagi Sufi adalah
Perbendaharaan Tersembunyi
dari Wujud Ilahi di setiap
benda, sehingga seluruh
dunia adalah pencinta
sekaligus yang dicintai, dan
semuanya akan kembali
kepada-Nya. Cinta ilahi
adalah sumber semua cinta,
sebab Cinta Ilahi ada di
dalam Diri-Nya (Dzat-Nya)
sendiri yang mencintai kita
demi diri kita dan demi Diri-
Nya sendiri. Artinya, di satu
sisi, cinta-Nya kepada kita
demi diri kita adalah lantaran
agar kita bisa mengenal-Nya
dari amal ibadah yang
membawa kita kepada
pemenuhan keinginan-Nya
dan menjauhkan diri kita dari
segala hal yang bertentangan
dengan keinginan-Nya—atau
kita mengenal-Nya melalui
takwa. Di sisi lain, Dia
mencintai kita demi Diri-Nya
sendiri karena “Aku adalah
Perbendaharaan Tersembunyi,
aku rindu (cinta) untuk
dikenal, maka Aku ciptakan
dunia agar Aku bisa dikenal
mereka sehingga mereka
mengenal-Ku.” Jadi, kata
Syekh Akbar Ibnu Al-Arabi,
“Dia menciptakan kita hanya
demi mencintai Diri-Nya
sendiri, agar kita mengenal-
Nya,” yakni mengenal
Keindahan dan Keagungan-
Nya melalui perspektif-Nya
dan, di atas semua, di dalam
Diri-Nya—melalui fana dari
diri kita dan baqa dalam Diri-
Nya.
 
Ini juga berarti dua hal lain
yang relevan, yakni, pertama,
bahwa dalam rangka
mendapatkan perspektif dari
Yang Dicintai, seorang
pencinta harus memenuhi
keinginan dan perintah dari
Yang Dicintai. Inilah ujian
dalam cinta—cinta selalu
membutuhkan pengorbanan
demi yang dicintai. Syariat,
tata hukum ilahi, dalam arti
yang sempit maupun luas,
adalah ketentuan yang harus
dipatuhi. Tanpa mematuhi
perintah, tidak akan ada
persatuan, sebab cinta sejati
tidak boleh mengandung
pembangkangan terhadap
sang Kekasih. Atau dalam
bahasa Sufi, tanpa
(mematuhi) syariat, tidak akan
muncul hakikat (cinta).
Dan kedua, secara batin
seorang pencinta tidak boleh
berpaling kepada sesuatu
selain sang Kekasih atau
segala sesuatu yang membuat
seseorang lupa kepada-Nya.
Karenanya, bahkan
kesenangan dalam beribadah
menjadi sesuatu yang riskan,
sebab bisa membelokkan
pandangan pencinta dari
Sang Kekasih. Seseorang yang
masih memperhatikan
kesenangannya dalam
beribadah berarti dalam
dirinya masih tersimpan
kesenangan pada dirinya
sendiri, masih ada pamrih,
dan karenanya belum
merealisasikan ikrar lillahi
ta’ala. Ini adalah tingkatan
yang sulit, sebab kenikmatan
dalam beribadah adalah
sesuatu yang diperbolehkan
dan diharapkan. Nikmat iman
adalah sesuatu yang dipuji
dan dicari oleh umat Islam.
Tetapi bagi sufi, mengharap-
harap kenikmatan iman dalam
beribadah sama artinya
mengharap sesuatu selain
Diri-Nya, yang berarti pula
masih menyimpan perspektif
dari diri dan, karenanya,
belum sepenuhnya lebur
dalam perspektif ilahi
seutuhnya. Syekh Abdul Qadir
Al-Jailani dalam nasihatnya
mengatakan agar kita
beribadah demi Allah saja,
jangan demi nikmat-Nya. Di
sini terdapat andil nafsu yang
samar dan berbahaya bagi
Sufi.
Syekh Ibnu Atha’illah As-
Sakandari memperingatkan
jebakan nafsu ini.
Menurutnya, andil nafsu
dalam maksiat bisa tampak
jelas, tetapi andil nafsu dalam
ketaatan sangat samar dan
merusak keikhlasan
beribadah. Karena itu
kebanyakan Sufi lebih memilih
situasi yang berat dan sempit
(qabd) karena dalam
kesempitan itu nafsu tidak
punya tempat. Salah satu
nasihatnya yang amat bagus
adalah agar orang memilih
amal yang terasa lebih berat
bagi nafsunya. Dengan cara
ini kita bisa mengetahui apa
hakikat dari nafsu itu, dan
apa bentuk tipu dayanya, baik
tipu dayanya dalam hal
kemaksiatan maupun tipu
dayanya dalam ketakwaan.
Secara bertahap sifat-sifat
jahat dari nafsu ini akan
kelihatan dan jika “musuh” ini
sudah keluar dari
persembunyiannya, akan lebih
mudah bagi kita untuk
menyerangnya. Ketika sifat-
sifat jahat sudah dikalahkan,
maka Allah akan
mengaruniakan sifat-sifat-Nya
kepada kita. Dalam analisis
terakhir, taraf tertinggi adalah
ketika seseorang menyadari
bahwa bahkan keberadaannya
sendiri adalah “dosa yang
amat besar”. Menghilangkan
dosa ini sama artinya
meleburkan diri dalam fana,
lalu baqa, dan akhirnya
memandang keindahan dan
keagungan-Nya. Pada titik ini
cinta ilahi seorang Sufi tidak
akan lagi tergoyahkan.
Maka, murid (yang
menginginkan) menjadi murad
(yang diinginkan), yakni Sufi
menjadi lokus sempurna bagi
Allah untuk melihat Diri-Nya
sendiri. Dengan cara yang
sama, yang mengingat
menjadi yang diingat; yang
mengetahui menjadi yang
diketahui. Ini adalah tahap
persatuan, tahap penyaksian
sejati, atau pengetahuan
sejati (makrifat). Jadinya,
hubungan mahabbah dan
makrifat adalah hubungan
yang unik: timbal-balik
sekaligus menyatukan, yang
satu melahirkan yang lain.
 
Di satu sisi, ahli makrifat
mengenal Allah sebagai
Keindahan dan Keagungan,
yang melahirkan mahabbah.
Keindahan yang dikenal
adalah Keindahan Dzat-Nya
dan Keindahan Sifat-Nya dan
Perbuatan-Nya. Karena itu
mereka merasakan keindahan
dalam amal (ihsan), yakni
seperti dikatakan Nabi kepada
Jibril, “Engkau menyembah
Allah seolah-olah engkau
melihat-Nya; dan jika engkau
tidak melihat-Nya,
bagaimanapun Dia
melihatmu.” Yakni, melihat
setiap kualitas positif dan
indah dari Dzat-Nya yang
termanifestasi dalam setiap
lokus tajalli, mikrokosmos dan
makrokosmos. Syekh Al-Akbar
Ibnu ‘Arabi menulis:
Penyebab cinta adalah
Keindahan (jamal) yang
merupakan milik-Nya, karena
Keindahan dicintai lantaran
dirinya sendiri (keindahan itu
sendiri). “Allah itu Mahaindah
dan Dia mencintai
Keindahan.” Jadi Dia
mencintai Diri-Nya sendiri dan
penyebabnya adalah tindakan
memperindah (ihsan). Tidak
ada tindakan memperindah
kecuali dari Allah dan tidak
ada yang menjadikan indah
kecuali Allah. Jadi ketika aku
mencintai tindakan (amal)
keindahan, aku hanya
mencintai Allah semata,
karena Dialah yang
menciptakan keindahan
(Muhsin); dan ketika aku
mencintai keindahan (itu
sendiri) aku tak mencintai
sesuatu pun selain Allah
karena Dia adalah Yang
Mahaindah (Jamil). Jadi dalam
setiap aspek dihubungkan
hanya kepada Allah.
Di sisi lain, cinta
menyebabkan orang semakin
ingin mengenal yang
dicintainya. Cinta dalam
tingkat tertentu melahirkan
makrifat. Ketika sang pencinta
makin mengenal Yang
Dicintai, terbitlah isyq (rindu
dan cinta membara). Inilah
saat ketika ruh-ruh manusia
yang pada dasarnya suci
kembali ke kondisi
kefitriannya, diselimuti oleh
Keindahan dan Keagungan
Ilahi, dan lebur dalam
Kesempurnaan-Nya yang Serba
Menyatukan (tauhid). Saat ini
terjadi maka Allah akan
mempertontonkan Keindahan-
Nya (Jamal) kepada kesadaran
terdalam sang Sufi, yang
menyebabkannya Sufi “jatuh
cinta” di mana seluruh
perhatiannya hanya pada
Yang Dicintai sehingga Dia
tak lagi melihat kepada yang
lain, bahkan kepada dirinya
sendiri.
Sebagian Sufi yang tenggelam
dalam cinta mendalam ini
mengalami guncangan dahsyat
hingga mencapai ekstase,
mengucapkan syatahat yang
menggemparkan: ana al-haqq
(Akulah Kebenaran)!; la ilaha
illa al-isyq (tiada tuhan selain
Cinta); subhani maa adzama
syaani (Mahasuci aku,
alangkah besarnya
keagungan-Ku)!; laisa jubbatin
siwa Allah (Tiada yang ada
dalam jubahku kecuali Allah)!;
anna rabbakum fa’ buduunii
(Akulah Tuhanmu, taatilah
aku). Jadi, ketika “keakuan”
Sufi keluar atau sirna (fana),
maka “Ke-Aku-an” Tuhan yang
abadi akan masuk sehingga
“mengabadikan” sang Sufi
(baqa) bahkan sebelum Sufi
itu meninggalkan dunia,
mereka telah merealisasikan
perintah Nabi, mutu qabla an
tamutu—”matilah engkau
sebelum engkau mati.”
Kematian berarti leburnya
sifat-sifat seseorang dalam
Sifat-sifat Tuhan. Karenanya
ada pepatah Sufi mengatakan
“Tiada kebaikan dalam cinta
tanpa kematian.”
Ketika engkau jatuh cinta,
kata sebagian sufi, engkau
tidak boleh berpaling kepada
selain Kekasih. Sang Kekasih
akan cemburu jika cinta
diduakan. Tuhan tidak akan
memperkenankan apa pun
berbagi dengan-Nya, karena
hal itu adalah syirik. Jadi,
“Tuhan adalah pencemburu,”
kata Wali Allah yang agung,
ratunya para pencinta Tuhan,
Rabi’ah Al-Adawiyah.
Menyembah-Nya demi surga
atau lari dari neraka
menandakan seseorang masih
menduakan Tuhan, demikian
pandangan Rabi’ah Al-
Adawiyah. Dengan kata lain,
orang yang beribadah demi
surga berarti masih
menginginkan sesuatu untuk
dirinya sendiri. Ia masih
mengandaikan dirinya ada.
Padahal, kata Al-Hallaj,
“keberadaanmu adalah dosa
yang tiada bandingannya.”
Dan karenanya dia berdoa
agar “aku” yang
menghalanginya dari “Aku”
dihilangkan oleh-Nya. Ia
berseru dalam sajaknya:
Antara Aku dan Kau ada
sebuah ‘Aku’ yang menyiksaku.
Ambillah, demi Aku‑Mu
Sendiri, milikku diantara kita.
Bunuhlah aku, o sahabat-
sahabatku yang terpercaya!
Karena dalam kematianku
terdapat kehidupanku.
Imam Al-Ghazali, dalam
kitabnya Ihya Ulumuddin,
mengisahkan cerita yang
mengharukan mengenai
“kematian” ini. Suatu ketika
Nabi Ibrahim dipanggil oleh
malaikat maut, namun beliau
menolak mengikutinya, karena
beliau tidak bisa mempercayai
bahwa Tuhan akan
membunuh seseorang yang
begitu cinta kepada‑Nya.
Tetapi malaikat mengatakan
kepadanya; adakah orang
mencintai menolak untuk
pergi kepada kekasihnya?
Setelah didengar kata‑kata
itu, dengan rela beliau
menyerahkan nyawanya
kepada malaikat maut.
Seperti dikatakan Schimmel
Pencinta yang sudah belajar
menerima kematian sebagai
jembatan kepada yang
dicintai seharusnya
menyerahkan ‘nyawanya
dengan senyum seperti bunga
mawar’ (Rumi); itulah
 
sebabnya Al‑Hallaj
menari‑nari dengan tangan
terbelenggu ketika dibawa
untuk dihukum mati. Kaum
Sufi yakin akan firman Tuhan:
Jangan sebut mati mereka
yang terbunuh karena Tuhan;
tidak, sesungguhnya mereka
hidup (QS. 3:163). Kata la
dalam bagian pertama
syahadat yang diumpamakan
pedang itulah yang
membunuh sang pencinta;
kemudian tak ada yang
tinggal kecuali Tuhan.
Sulthan Al-Muhibbin Maulana
Jalaluddin Rumi
menggambarkan keadaan
cinta yang menyatukan
dengan cara lain yang tak
kalah eloknya:
Seseorang mengetuk pintu
kekasihnya;
sang kekasih bertanya,
“siapakah itu?”
Ia menjawab “aku”.
“Pergilah,” kata kekasihnya.
“Engkau terlalu cepat! Di
mejaku tidak ada tempat
untuk yang mentah.
Bagaimana yang mentah akan
masak kecuali dalam api
ketidakhadiran?”
Ia pun pergi dengan sedih,
dan api perpisahan
membakarnya sampai habis.
Lalu ia kembali dan mondar-
mandir di depan pintu sang
kekasih.
Ia mengetuk pintu dengan
memendam seratus
kecemasan dan harapan, agar
jangan ada ucapan kasar dari
bibir sang kekasih.
“Siapa itu?” tanya sang
kekasih. Ia menjawab,
“Engkau, wahai pemikat segala
hati.”
“Masuklah,” kata sang kekasih,
“karena engkau adalah aku,
masuklah. Tidak ada tempat
untuk dua ‘aku’ di rumah ini.”
Syekh Sulthan al-Awliya Abu
Hasan as-Syadzili mengatakan,
“Sempurnalah kewalian orang
yang mencintai Allah dan
mencintai untuk Allah.” Syekh
Qamaruzzaman al-Husaini
pernah mengatakan kepada
penulis bahwa beliau
mencapai kedudukannya
hanya karena mahabbah,
Cinta Ilahi, sehingga beliau
bahkan tak bisa berhenti
berzikir, sebab sedetik saja
beliau berhenti berzikir,
nafasnya akan sesak.
Seseorang yang mencintai
Allah hingga ke titik tertinggi
akan bisa “bercakap” langsung
dengan Allah azza wa jalla,
tanpa huruf dan tanpa kata.
Menurut Syekh Athaillah, ada
empat tingkatan cinta: cinta
untuk Allah, cinta karena
Allah, cinta dengan Allah dan
cinta dari Allah. Awalnya
adalah cinta untuk Allah dan
akhirnya cinta dari Allah –
murid (yang menginginkan)
menjadi murad (yang
diinginkan, seperti telah
dijelaskan di atas dan di bab
lain buku ini). Syekh Athaillah
selanjutnya menjelaskan
dalam Lathaif al-Minan:
Cinta untuk Allah adalah
mengutamakan Allah
ketimbang selain-Nya. Cinta
karena Allah adalah mencintai
Wali Allah karena Allah. Cinta
dengan Allah adalah
mencintai orang atau sesuatu
tanpa hawa nafsu. Dan cinta
dari Allah adalah Dia
menarikmu dari segala
sesuatu sehingga hanya Dia
yang kau cintai ... [Syekh Abu
 
Hasan menyatakan bahwa
cinta adalah Allah menarik
hamba-Nya dari segala
sesuatu selain Dia. Ia akan
selalu taat, akalnya dilindungi
ma’rifat, ruhnya terserap ke
dalam hadirat-Nya, dan sirr-
Nya sibuk menyaksikan-Nya ...
Ia mendapatkan segala
hakikat dan pengetahuan, dan
karenanya “Para Wali Allah
adalah pengantin Allah.”
Dalam cinta sejati tidak ada
“engkau dan aku” karena
menurut hadis Nabi dikatakan
“Seseorang sama dengan yang
dicintainya,” atau juga “orang
yang mencintai selalu
bersama yang dicintainya” (al-
muhibb ma’a man ahabba),
sebagaimana pengantin selalu
bersama. Tiada perpisahan di
sana, hanya ada persatuan
sejati, Tauhid.