Naskah Allah swt | Blog Legenda Tauhid

Tuesday,September 23,2025

Naskah Allah swt


14.19 |

Alam itu alamat, yang berarti tanda atau petunjuk. menujukkan kepada yang punya Allam.
 
Alam yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah sesuatu yang lain daripada Allah, yang diadakan atau yang diciptakan, umumnya juga dikatakan dengan “aghyar”. Jadi jelas sekali bahwa “alam” bukanlah Zat Allah.
Dari sinilah sebenarnya patokan kita untuk memahami setiap masalah yang menyangkut Tasawuf yang membicarakan tentang Ketuhanan.
Didalam pembahasan ini ada kata kata sebagai berikut :
  1. Alam Nuskhatul Haqqi = Alam adalah naskah Tuhan
  2. Alam Cermin Tuhan = Dalam istilah Alam Mir’atul Haqqi.
  3. Alam Mazhar Wujudullah = Alam,pembuktian ujud Allah.
  4. Alam Ainul Haqqi = Alam adalah kenyataan Tuhan.
Kata-kata yang seperti ini tidak bisa hanya dilihat dan dibaca menurut bunyi kata-kata itu semata-mata (leterjik), sehingga aosiasi tertuju kepada arti dari kat-kata. Kata-kata dan ungkapan dari kalangan Sufi pada umumnya adalah berupa rumus-rumus, gambaran-gambran sebagai pelampiasan kata hati dan perasaan.
Sebagimana kita maklum, bahwa kata-kata adalah suatu alat komunikasi antara satu pihak dengan pihak yang lainsehingga terjadi hubungan pengertian dari kedua belah pihak.
Dapat pula dimengerti, bahwa kata-kata itu sendiri dapat pula menimbulkan perkiraan yang salah terhadap mereka yang melahirkan kata-kata itu.
Akan tetapi bila kita kembali kepada suatu ungkapan bahwa kata-kta hanyalah sekedar isyarat dan gambaran belaka, lebih lagi bila kata-kata itu ada hubungannya dengan perasaan, maka seharusnya tidaklah perlu ada prasangka buruk (negatif) terhadap mereka yang melahirkan kata-kata dan ucapan itu.
Lebih ngeri lagi kalau kita bandingkan dngan sebuah sabda Rasulullah s.a.w.
” Khalaqa Aadama Kashuuratihi “
Artinya : Allah Ciptakan Adam seperti rupaNya
Kata-kata demikian ini sukar untuk menolaknya, lebih bila di ingat datang dari lidah Rasullah sendiri yang di riwayatkan oleh Imam Hadist terkenal ketelitiannya dalam merawih hadist.
Sabda Rasulullah itu tetap akan kita terima dan kita yakini, namun pasti ada pengertian yang lebih mendalam dibalik Lafaz dan kata-kata tersebut.
Begitu pula Hadist Rasulullah berupa Hadist Kudsi yang mana Allah berfirman :
” Aku jadi penglihatannya, Aku jadi kakinya, Tangannya dan seterusnya dan sebagainya
Alangkah hebatnya kata-kata itu.
Adakah yang bertanya dan membantah?
Kenapa Allah mau jadi tangan dan kaki hamba?
Dan kenapa jadi begitu?
Tidak ada tanya dan bantah.
Masya Allah hebat sekali.
Kalau demikian,apakah salahnya Ahlul Arifin Billah melahirkan kata-kata gambaran diatas? Kalau mereka nyata-nyata tenggelam dalam lautan “rasa” akhirnya mereka tidak dapat berkata, bingung, nanar, dan sasar, apakah ini harus dipersalahkan pula?
Apabila mereka berkata tak dapat lagi membedakan antra hamba dengan Tuhan, apakah tepat bila kita secara langsung menuduh mereka ” mempersamakan hamba dengan Tuhan?”
Tuduhan demikian adalah keliru.
Apakah sebabnya? Jawabnya mudah saja. Tidak ada seorang hambapun yang dahulunya dapat membedakan antara hamba dengan Tuhan kecuali asalnya Allah sendiri. Para Rasulpun tidak. Para Rasul hanya menyampaikan apa-apa yang di firmankan Allah kepada mereka.
Tidak ada seorang manusiapun tadinya yang mengetahui bahwa Allah itu hidup dan sebagainya, semua itu adalah pemberitahuan Allah.
Setelah Allah memberi tahu semua itu melewati Para Rasul dan Nabi, barulah manusia ini tahu keadaan Allah s.w.t. dan barulah manusia dapat membedakan antara hamba dengan Tuhan.
Karena pembicaraan ini menyangkut masalah Hakekat dan yang sebenar benarnya, maka pantas kalau mereka berkata dengan kata-kata tersebut itu.
Oleh sebab itu, maka diharapkan jangn sampai ada tuduhan yang mengerikan kepada mereka (Arif Billah) yang hanya dengan kata-kata nuskhatul haqqi, ainul haqqi, atau mir’atul haqqi lalu langsung menuduh mereka berfaham sesat atau dengan lain perkataan berupa gelar-gelar yang cukup menyinggung perasaan, malah hanya membawa perpecahan dan pemisahan yang tajam di dalam Ummat Islam sendiri.
Untuk menjaga kemurnian dan kelanggengan ajaran Islam memang seharusnya kita berusaha mempertahankan kebenaran Islam. Menolak ajaran yang nyata kekafirannya, nyata pula kesesatannya, penolakan ini tergantung dengan kekuatan Da’wah sampai dimana kita bisa memikat dengan mengemukakan cara berfikir yang benar dan sehat sebagai yang diajarkan oleh Allah sendiri :
” Ud’u Ila Sabiili Rabbika Bil Hiikmati Wal Mau Iazhotil Haasanati Wajaadilhum Billatii Hia Aahsanu “
Arinya :
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan bijaksana dan nasehat yang baik dan bantalah keterangan mereka dengan cara yang baik.
Metoda yang demikian saya kira tidaklah berarti merusakkan kerukunan beragama dalam Negar Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
Mengembalikan Tasawuf kepangkalnya, sebagaimana anjuran Buya Prof. Dr. Hamka pada pidato Dies Natalis PTAIN di Jogjakata tahun 1959 merupakan suatu anjuran yang beralasan, mengingat banyaknya gerakan kebatinan yang tumbuh laksana cendawan di musim hujan, tidak sedikit diantaranya yang lepas dari dasar-dasar Iman sepanjang ajaran Islam.
Saya beranggapan dan berharap bahwa dengan penyempurnaan Tulisan ini, kita kaum Muslimin yang berpegang teguh pendirian Ahlus-Sunnah Wal Jamaah masih tetap mempunyai kekuatan dan senjata ampuh ialah “Doa” dan harap kepada Allah s.w.t. agar tetap memelihara keagungan Agama Islam dimanapun juga serta memelihara Agama Islam dan Kaum Muslimin dari segala cobaan-cobaan.
Kita tetap menginginkan peratun bangsa dan keutuhan Negara Republik Indonesia yang kita intai ini sesuai engan azas Pancasila, dengan adanya suatu jaminan untuk tidak membiarkan tumbuhnya bermacam-macam kepercayaan dan iktikad yang memanggil-manggil orang-orang Muslim agar mengikuti ajaran mereka, dimana akhirnya selembar demi selembar daun-daun Muslim beterbangan dari pohonnya.
Berpanjang kata tentang salah ini, hnya dengan suatu maksud agar Kaum Muslimin dan Ulama Islam yang ada kini, tidak begitu mudah melontarkan kata-kata, mengucilkan sesama umat yang bernabikan Muhammad s.a.w. dan berkitab sucikan Al Qur’an, umat yang masih percaya kepada hari kebangkitan, karena dengan demikian akan menghancurkan barisan Umat Islam sendiri pada akhirnya.


Lebih Menarik Lagi:

Related Posts



Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar