Alam itu alamat, yang berarti tanda atau petunjuk. menujukkan kepada yang punya Allam.
Alam
yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah sesuatu yang lain daripada
Allah, yang diadakan atau yang diciptakan, umumnya juga dikatakan dengan
“aghyar”. Jadi jelas sekali bahwa “alam” bukanlah Zat Allah.
Dari sinilah sebenarnya patokan kita untuk memahami setiap masalah yang menyangkut Tasawuf yang membicarakan tentang Ketuhanan.
Didalam pembahasan ini ada kata kata sebagai berikut :
-
Alam Nuskhatul Haqqi = Alam adalah naskah Tuhan
-
Alam Cermin Tuhan = Dalam istilah Alam Mir’atul Haqqi.
-
Alam Mazhar Wujudullah = Alam,pembuktian ujud Allah.
-
Alam Ainul Haqqi = Alam adalah kenyataan Tuhan.
Kata-kata
yang seperti ini tidak bisa hanya dilihat dan dibaca menurut bunyi
kata-kata itu semata-mata (leterjik), sehingga aosiasi tertuju kepada
arti dari kat-kata. Kata-kata dan ungkapan dari kalangan Sufi pada
umumnya adalah berupa rumus-rumus, gambaran-gambran sebagai pelampiasan
kata hati dan perasaan.
Sebagimana
kita maklum, bahwa kata-kata adalah suatu alat komunikasi antara satu
pihak dengan pihak yang lainsehingga terjadi hubungan pengertian dari
kedua belah pihak.
Dapat
pula dimengerti, bahwa kata-kata itu sendiri dapat pula menimbulkan
perkiraan yang salah terhadap mereka yang melahirkan kata-kata itu.
Akan
tetapi bila kita kembali kepada suatu ungkapan bahwa kata-kta hanyalah
sekedar isyarat dan gambaran belaka, lebih lagi bila kata-kata itu ada
hubungannya dengan perasaan, maka seharusnya tidaklah perlu ada
prasangka buruk (negatif) terhadap mereka yang melahirkan kata-kata dan
ucapan itu.
Lebih ngeri lagi kalau kita bandingkan dngan sebuah sabda Rasulullah s.a.w.
” Khalaqa Aadama Kashuuratihi “
Artinya : Allah Ciptakan Adam seperti rupaNya
Kata-kata
demikian ini sukar untuk menolaknya, lebih bila di ingat datang dari
lidah Rasullah sendiri yang di riwayatkan oleh Imam Hadist terkenal
ketelitiannya dalam merawih hadist.
Sabda
Rasulullah itu tetap akan kita terima dan kita yakini, namun pasti ada
pengertian yang lebih mendalam dibalik Lafaz dan kata-kata tersebut.
Begitu pula Hadist Rasulullah berupa Hadist Kudsi yang mana Allah berfirman :
” Aku jadi penglihatannya, Aku jadi kakinya, Tangannya dan seterusnya dan sebagainya “
Alangkah hebatnya kata-kata itu.
Adakah yang bertanya dan membantah?
Kenapa Allah mau jadi tangan dan kaki hamba?
Dan kenapa jadi begitu?
Tidak ada tanya dan bantah.
Masya Allah hebat sekali.
Kalau
demikian,apakah salahnya Ahlul Arifin Billah melahirkan kata-kata
gambaran diatas? Kalau mereka nyata-nyata tenggelam dalam lautan “rasa”
akhirnya mereka tidak dapat berkata, bingung, nanar, dan sasar, apakah
ini harus dipersalahkan pula?
Apabila
mereka berkata tak dapat lagi membedakan antra hamba dengan Tuhan,
apakah tepat bila kita secara langsung menuduh mereka ” mempersamakan
hamba dengan Tuhan?”
Tuduhan demikian adalah keliru.
Apakah
sebabnya? Jawabnya mudah saja. Tidak ada seorang hambapun yang
dahulunya dapat membedakan antara hamba dengan Tuhan kecuali asalnya
Allah sendiri. Para Rasulpun tidak. Para Rasul hanya menyampaikan
apa-apa yang di firmankan Allah kepada mereka.
Tidak ada seorang manusiapun tadinya yang mengetahui bahwa Allah itu hidup dan sebagainya, semua itu adalah pemberitahuan Allah.
Setelah
Allah memberi tahu semua itu melewati Para Rasul dan Nabi, barulah
manusia ini tahu keadaan Allah s.w.t. dan barulah manusia dapat
membedakan antara hamba dengan Tuhan.
Karena
pembicaraan ini menyangkut masalah Hakekat dan yang sebenar benarnya,
maka pantas kalau mereka berkata dengan kata-kata tersebut itu.
Oleh
sebab itu, maka diharapkan jangn sampai ada tuduhan yang mengerikan
kepada mereka (Arif Billah) yang hanya dengan kata-kata nuskhatul haqqi,
ainul haqqi, atau mir’atul haqqi lalu langsung menuduh mereka berfaham
sesat atau dengan lain perkataan berupa gelar-gelar yang cukup
menyinggung perasaan, malah hanya membawa perpecahan dan pemisahan yang
tajam di dalam Ummat Islam sendiri.
Untuk
menjaga kemurnian dan kelanggengan ajaran Islam memang seharusnya kita
berusaha mempertahankan kebenaran Islam. Menolak ajaran yang nyata
kekafirannya, nyata pula kesesatannya, penolakan ini tergantung dengan
kekuatan Da’wah sampai dimana kita bisa memikat dengan mengemukakan cara
berfikir yang benar dan sehat sebagai yang diajarkan oleh Allah sendiri
:
” Ud’u Ila Sabiili Rabbika Bil Hiikmati Wal Mau Iazhotil Haasanati Wajaadilhum Billatii Hia Aahsanu “
Arinya :
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan bijaksana dan nasehat yang baik dan bantalah keterangan mereka dengan cara yang baik.
Metoda
yang demikian saya kira tidaklah berarti merusakkan kerukunan beragama
dalam Negar Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
Mengembalikan Tasawuf kepangkalnya, sebagaimana anjuran Buya Prof. Dr. Hamka
pada pidato Dies Natalis PTAIN di Jogjakata tahun 1959 merupakan suatu
anjuran yang beralasan, mengingat banyaknya gerakan kebatinan yang
tumbuh laksana cendawan di musim hujan, tidak sedikit diantaranya yang
lepas dari dasar-dasar Iman sepanjang ajaran Islam.
Saya
beranggapan dan berharap bahwa dengan penyempurnaan Tulisan ini, kita
kaum Muslimin yang berpegang teguh pendirian Ahlus-Sunnah Wal Jamaah
masih tetap mempunyai kekuatan dan senjata ampuh ialah “Doa” dan harap
kepada Allah s.w.t. agar tetap memelihara keagungan Agama Islam
dimanapun juga serta memelihara Agama Islam dan Kaum Muslimin dari
segala cobaan-cobaan.
Kita
tetap menginginkan peratun bangsa dan keutuhan Negara Republik
Indonesia yang kita intai ini sesuai engan azas Pancasila, dengan adanya
suatu jaminan untuk tidak membiarkan tumbuhnya bermacam-macam
kepercayaan dan iktikad yang memanggil-manggil orang-orang Muslim agar
mengikuti ajaran mereka, dimana akhirnya selembar demi selembar
daun-daun Muslim beterbangan dari pohonnya.
Berpanjang
kata tentang salah ini, hnya dengan suatu maksud agar Kaum Muslimin dan
Ulama Islam yang ada kini, tidak begitu mudah melontarkan kata-kata,
mengucilkan sesama umat yang bernabikan Muhammad s.a.w. dan berkitab
sucikan Al Qur’an, umat yang masih percaya kepada hari kebangkitan,
karena dengan demikian akan menghancurkan barisan Umat Islam sendiri
pada akhirnya.Lebih Menarik Lagi: